gampanf-prawoto.blogspot.com
Pandangan Cak Nun tentang garis keturunan Nabi Muhammad.
Muhammad SAW diduga sebagai seorang Arab-Jawa. Bukan Arab tulen. Muhammad SAW menolak digambar wajahnya demi menghindari kontroversi pada masa setelah ia wafat. Kontroversi itu terutama mengenai ciri fisik Muhammad SAW yg layak diduga tidak persis Arab tulen.
Cara berjalan Muhammad SAW tidak menunjukkan ciri gesture Arab tulen yg mendongak kepala dan jumawa. Cara berjalan Muhammad SAW ialah melangkah santun dan “seperti menuruni ketinggian bukit”. Tawadlu. Cara berjalan Muhammad SAW adalah berat badan atas condong ke depan/membungkuk, dan kaki kuat berkuda2.
Tuturkata Muhammad SAW lemah-lembut. Mana ada orang Arab [tulen] yg begitu, terutama pada masa itu? Tuturkata lemah-lembut ini khas Jawa, berbeda jauh dari style Arab yg suka bicara kasar dan meledak2. Gesture dan tuturkata Muhammad SAW ini menjadi magnet shg kehadirannya menyedot perhatian Arab2 tulen.
Muhammad SAW suka bertapa [khalwat]. Bangsa Arab tulen tak punya tradisi ini. Bertapa itu khas Jawa. Ibunda Muhammad SAW bernama Siti Aminah. Belum ada studi dan penelitian memadai mengenai Sang Ibu.
Mn Kamba mengkonfirmasi bahwa tidak ada nama Siti di masyarakat Arab tulen. Siti bukan Bahasa Arab. Muhammad SAW berasal dari garis silsilah Ibrahim AS dari Siti Hajar. Hajar juga bukan Bahasa Arab. Siti Hajar layak diduga bukan araab tulen, melainkan imigran. Siti Hajar didatangkan untuk diperistri dan penghibur atas hati Ibrahim yg gundah. Bukan Arab tulen. Siti dan Hajar adalah Bahasa Jawa. Siti = tanah = bumi. Hajar = ajar = belajar. Tulen Jawa.
Muhammad SAW tidak dididik dg Al-Qur’an dan Hadits. Dia hanif hingga 40 th. Tidak shalat hingga 53th. Tidak ada satu pun Nabi dan Rasul di muka bumi ini yg dididik dg Al Qur’an dan Hadits.
Al Qur’an adalah konfirmasi terakhir setelah membaca ayat qauniyah: alam semesta dan dirimu sendiri. Muhammad pernah berkata,”Ana ‘Arab bila ‘Ain. Aku Arab tanpa ‘Ain.” Bukan Arab tulen, tapi Gusti dari Jawa .
-------------------gampanf-prawoto.blogspot.com
Pandangan Cak Nun tentang garis keturunan Nabi Muhammad.
Muhammad SAW diduga sebagai seorang Arab-Jawa. Bukan Arab tulen. Muhammad SAW menolak digambar wajahnya demi menghindari kontroversi pada masa setelah ia wafat. Kontroversi itu terutama mengenai ciri fisik Muhammad SAW yg layak diduga tidak persis Arab tulen.
Cara berjalan Muhammad SAW tidak menunjukkan ciri gesture Arab tulen yg mendongak kepala dan jumawa. Cara berjalan Muhammad SAW ialah melangkah santun dan “seperti menuruni ketinggian bukit”. Tawadlu. Cara berjalan Muhammad SAW adalah berat badan atas condong ke depan/membungkuk, dan kaki kuat berkuda2.
Tuturkata Muhammad SAW lemah-lembut. Mana ada orang Arab [tulen] yg begitu, terutama pada masa itu? Tuturkata lemah-lembut ini khas Jawa, berbeda jauh dari style Arab yg suka bicara kasar dan meledak2. Gesture dan tuturkata Muhammad SAW ini menjadi magnet shg kehadirannya menyedot perhatian Arab2 tulen.
Muhammad SAW suka bertapa [khalwat]. Bangsa Arab tulen tak punya tradisi ini. Bertapa itu khas Jawa. Ibunda Muhammad SAW bernama Siti Aminah. Belum ada studi dan penelitian memadai mengenai Sang Ibu.
Mn Kamba mengkonfirmasi bahwa tidak ada nama Siti di masyarakat Arab tulen. Siti bukan Bahasa Arab. Muhammad SAW berasal dari garis silsilah Ibrahim AS dari Siti Hajar. Hajar juga bukan Bahasa Arab. Siti Hajar layak diduga bukan araab tulen, melainkan imigran. Siti Hajar didatangkan untuk diperistri dan penghibur atas hati Ibrahim yg gundah. Bukan Arab tulen. Siti dan Hajar adalah Bahasa Jawa. Siti = tanah = bumi. Hajar = ajar = belajar. Tulen Jawa.
Muhammad SAW tidak dididik dg Al-Qur’an dan Hadits. Dia hanif hingga 40 th. Tidak shalat hingga 53th. Tidak ada satu pun Nabi dan Rasul di muka bumi ini yg dididik dg Al Qur’an dan Hadits.
Al Qur’an adalah konfirmasi terakhir setelah membaca ayat qauniyah: alam semesta dan dirimu sendiri. Muhammad pernah berkata,”Ana ‘Arab bila ‘Ain. Aku Arab tanpa ‘Ain.” Bukan Arab tulen, tapi Gusti dari Jawa .
-------------------gampanf-prawoto.blogspot.com
Banyak pendapat yang menyatakan tentang
genealogi Nabi Besar muhammad SAW dan salah satunya menyatakan bahwa
Nabi muhammad merupakan seorang Muarobin seperti pendapat dari
Mifthachul Luthfi Muhammad yaitu orang keturunan Indonesia yang hidup di
daerah timur Tengah. Jika benar pendapat ini maka suatu anugerah yang
besar buat Bangsa Indonesia. Bangsa yang saat ini sedang terpuruk dengan
perilakunya yang sangat jauh akan hikmah dan kesopanan. Bangsa yang
saat ini sedang tidak memiliki tokoh panutan dan teladan yang Menomor
satukan Tuhan sesuai dengan sila pertama pancasila “ Ketuhanan Yang Maha
Esa”, Ikhlas dan Jujur. Dengan adanya pendapat seperti ini maka di
harapkan adanya perubahan perilaku dan semangat kembali mempelajari suri
tauladan manusia agung tersebut berupa Hadist dan Sejarahnya yang
selama ini banyak di tinggalkan masyarakat Indonesia.
Seperti kata Budayawan Emha Ainun Najib yang menyoroti dan menyimak tentang Nabi Muhammad. Nabi
Muhammad SAW layak diduga sebagai seorang Arab-Jawa. Bukan Arab tulen.
Nabi Muhammad SAW menolak digambar wajahnya demi menghindari kontroversi
pada masa setelah ia wafat. Kontroversi itu terutama mengenai ciri
fisik Muhammad SAW yang layak diduga tidak persis Arab tulen. Cara
berjalan Muhammad SAW tidak menunjukkan ciri gesture Arab tulen yg
mendongak kepala dan jumawa. Cara berjalan Muhammad SAW ialah melangkah
santun dan “seperti menuruni ketinggian bukit”. Tawadlu. Cara berjalan
Muhammad SAW adalah berat badan atas condong ke depan/membungkuk, dan
kaki kuat berkuda-kuda.Tuturkata Muhammad SAW lemah-lembut.
Mana ada orang Arab [tulen] yang begitu, terutama pada masa itu?
Tuturkata lemah-lembut ini khas Jawa, berbeda jauh dari style Arab yg
suka bicara kasar dan meledak-ledak. Gesture dan tuturkata Muhammad SAW
ini menjadi magnet sehingga kehadirannya menyedot perhatian Arab-arab
tulen. Muhammad SAW suka bertapa [khalwat]. Bangsa Arab tulen tak punya
tradisi ini. Bertapa itu khas Jawa.
Jika membicarakan tentang garis keturunan
Nabi Muhammad SAW maka tidak akan jauh pembicaraannya dengan Ibunda
Siti Hajar dan Nabi ismail AS. Dan perlu diketahui pula bahwa nama
“Ismail” merupakan bahasa Ibrani ( Yahudi ) bukan asli Bahasa Arab yang
artinya Hamba Tuhan. Ibunda Siti Hajar sebelum dinikahi oleh Nabi
Ibrahim AS adalah budak yang utama dari Fir’aun Khufu Raja Mesir kuno
yang mengangkat dirinya sebagai Tuhan dan mengaku sebagai keturunan Ra
dan Osiris Dewa Matahari dan Bulan Bangsa Mesir Kuno. Fir’au Khufu
mengganggap dirinya pantas menjadi tuhan karena selama hidupnya tidak
pernah sakit secara kasat mata semacam pilek dan batuk dan sebagainya,
berumur panjang konon sampai 600 tahun, mempunyai kekuasaan yang absolut
dan mutlak.
Pada waktu pemerintahannya guna mendukung
jalannya pemerintahan serta pembangunan bangunan monumental maka
Fir’aun Khufu memerlukan para penambang emas yang saat itu hanya
manusia-manusia dari Swarnadwipa ( Pulau Emas ) atau yang lebih dikenal
dengan Pulau Sumatera saat ini yang memiliki kemampuan dalam menggali
dan menambang emas. Fir’aun Khufu sudah mengetahui sepak terjang para
penambang tersebut ketika mereka menggali dan menambang emas di bagian
tengah dan selatan Benua Afrika. Guna menunjang keinginan tersebut maka
Fir’aun Khufu mengundang para penambang-penambang emas tersebut di bawah
pimpinan yaitu kakek dari ayahanda Ibunda Siti Hajar. Beliau merupakan
kepala ekspatriat dari Swarnadwipa yang di datangkan oleh Fir’aun Khufu.
Seiring dengan banyaknya tambang emas baru yang diketemukan maka banyak
pula bertambah para imigran dari daratan Swarnadwipa yang menjadi
penambang emas di Negeri Mesir dan sudah diakui menjadi kelompok
masyarakat tertentu di Negeri Mesir.
Semakin absolutnya kekuasaan Fir’aun
Khufu maka semakin pula dia berbuat semena-mena termasuk salah satunya
adalah dia banyak meniduri para perawan dari rakyatnya.Tidak terkecuali
dia tertarik oleh kecantikan Siti Hajar meskipun beliau merupakan putri
ekspatriat penambang emas yang terkemuka. Munculnya penyakit “raja
singa” ini pertama kali yang mengidapnya adalah Fir’aun Khufu tersebut
karena hobinya yang menyimpang. Disamping itu pula ketika si Fir’aun
Khufu setelah meniduri perawan rakyatnya maka dia akan menyunat
perempuan tersebut.Selain itu penyakit darah tinggi dan diabetes juga
mengidap si raja tersebut di karenakan memakan makanan yang lezat-lezat.
Hal tersebut banyak merisaukan ayahanda
Siti hajar, oleh karena itu suatu ketika ayahanda Siti Hajar menawarkan
kepada Fir’aun agar Siti Hajar dianggap sebagai keluarganya agar Ibunda
Hajar tidak di tiduri oleh Fir’aun Khufu dengan catatan ayahanda Siti
hajar menyetorkan Emas lebih banyak dan banyak menemukan tambang emas
lagi. Pada saat itu para permaisuri Fir’aun banyak yang menolak status
Ibunda Siti Hajar yang merupakan keturunan luar Bangsa Mesir dan pada
akhirnya agar membedakan status Ibunda Siti Hajar dengan para permaisuri
maka telinga ibunda Siti Hajar di tindik atau diberikan anting-anting.
Maka anting-anting ini merupakan bentuk aksesoris Ibunda Hajar yang
pertama di dunia disamping beliau pula yang mengenalkan sabuk
untukmengikat pinggang.
Waktupun berlalu hingga kedatangan
Khalifah Dagang yang di pimpin oleh Nabi Ibrahim hingga si Fir’aun Khufu
tertarik akan kecantikan Ibunda Sarah dan diboyonglah Ibunda Sarah ke
Istana Fir’aun dan ketika akan di tiduri Fir’aun Khufu tidak sanggup
menggerakkan badannya. Karena takut akan ketinggian ilmu Ibunda Sarah
maka si Fir’aun pun melepaskan Ibunda Sarah dan memberikan salah satu
anggota keluarganya sebagai pembantu Ibunda Sarah yaitu Ibunda Hajar.
Dan Ibunda Hajar pun ikut rombongan dari Nabi Ibrahim yang kelak di
nikahinya dan kemudian di tempatkan di Makkah serta mempunyai anak yang
bernama Ismail dan mempunyai keturunan sebagai Nabi penutup yaitu Nabi
Muhammad SAW. Kalau misalkan memang diperlukan penelitian lebih lanjut
maka Nabi Muhammad SAW pun meninggalkan fisiknya yaitu berupa rambut
yang di simpan di Museum di Turki. Dari rambut maka akan banyak
diketahui tentang gen, DNA dan golongan darah yang nantinya dapat
mengerucut pada genealogi Nabi Muhammad SAW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar