Selasa, 01 Oktober 2013

Puisi untuk Gus Dur Diluncurkan




KUDUS - Sebuah antologi puisi untuk menghormati KH Abdurrah­man Wahid (Gus Dur) diluncurkan, Sabtu malam (28/9). Buku berjudul ''Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel'' yang dikuratori Jumari HS, Sosiawan Leak, dan Ullyl Ch ini diluncurkan di RM Bambu Wulung.
Launching buku itu dihadiri ratusan penyair dan sastrawan dari ber­bagai kota, seperti Semarang, Solo, Cirebon, Sragen, Cirebon, dan Kalimantan. Nampak hadir pula di tengah ratusan sastrawan itu, antara lain Thomas Budi Santoso, Sosiawan Leak, Jumari HS, Lukni Maulana, Asyari Muhammad, Aziz Wisanggeni, Kidung Purna­ma, dan Puji Pistol. Pelun­curan antologi puisi ini semakin lengkap dengan kehadiran putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid.
Aris Junaedi, Ketua Dewan Kesenian Kudus (DKK) yang merupakan ajudan Gus Dur mengutarakan, banyak penyair dari berbagai kota yang datang dalam peluncuran, utamanya mereka yang karya (puisi)-nya tercantum dalam antologi.
''Keluarga Gus Dur sangat mengapresiasi terbitnya antologi puisi buat Gus Dur ini. Pihak keluarga bahkan mendukung jika ada penerbitan buku puisi Gus Dur kedua,'' ujarnya saat memberikan sambutan peluncuran buku yang diterbitkan kerja sama DKK dan Forum Sastra Surakarta.
Inayah Wahid yang datang mewakili pihak keluarga besar Gus Dur mengutarakan, pihak keluarga memang sangat mengapresiasi terbitnya buku antologi puisi Gus Dur ini. ''Sebelum diterbitkan, mas Aris sudah berkomunikasi dulu dengan pihak keluarga,'' katanya
Kenapa ibundanya Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid tidak ikut hadir dalam launching buku ini, menurut dia karena konsentrasi terhadap gerakan yang berbeda. ''Ibu dan kakak-kakak saya gerakannya di bidang lain. Untuk seni, sastra, dan budaya, saya. Sejak awal, mas Aris ngajaknya saya, kebetulan saya (kuliahnya) dulu di sastra Indonesia,'' ungkapnya. (H61-32,88) suaramerdeka.com



                                                       Poto oleh bunda Sulis Bambang



























L e n t e r a
         Kagem : Gus Dur

saat
kertas masih kosong
kau gambari macan dan singa
lalu tertulis tentang bulu-bulu mereka
yang belang karena kerakusan warna
pelatuk “melaksanaken” perintah beo
untuk membredelnya

ketika
lokomotif kereta tua
kau jalankan, penumpang tak berkarcis
turut serta pada gerbong kelas utama
“akulah penggeraknya” sambil menepuk
pundak laki-laki tua berkacamata
dan seorang permpuan seusianya
untuk mengangkat tangan bersama
sama ia

mentari yang biasa menyapa pagimu
merampas siang, saat siluet menghantar sore
membangunkan malam pada sebuah tahta
untuk menukar mahkota dengan daun nangka
“maaf, gerhana” katanya
karena perputaran matahari  saat menyinari bumi
harus tercatat pada sebuah penanggalan
yang berbeda warna

sungai
sungai kering karena kemarau 
taklagi taat pada secangkir musim
yang haus akan tetes dahaga kekuasaan

kau
adalah tambang “menjilma“ naga
merangkul dunia, mendekap, melingkarinya
menimba sedalam bilik-bilik hati
menyirami  titik-titik  “jagad” retak
walau tanpa kitab dan ayat yang sama
karena kita adalah sesama

sayub kau  masuki nadi dari pintu pori
pori yang suci, dalam hati bercengkerama
tentang rasa yang berimigrasi dari benua
ke benua, lirih terucap dari daun bibirmu
“aku kehilanganmu”
karena
“aku meninggalkanmu”

“ku titipkan peradaban bumi kepadamu,
 karena bumi sudah kuikat dengan seutas tali”

Bojonegoro, 01012010

 gampang-prawoto.blogspot.com

4 komentar: