Rabu, 18 Februari 2015

Kontes Senryu 1



(1)
Sri Lestari Sulaiman #KonSen 1
A
Lestarikanlah
Keperawanan laut
Dicumbu turis
B
Sungai menangis
Ternoda limbah haram
Pilu merana
C
Hutan menjerit
Hingga tak bersuara
Si Jagal tamak
.

(2)
Nia Kurniawati #KonSen1
(A)
Gempa melanda
Di setiap provinsi
Salah siapa

(B)
Hutan terbakar
Penghuninya teriak
Tak tentu arah

(C)
Penagantin baru
Larut dalam birahi
Mengejar mimpi

.

(3)

Edi SangWinduraja Wangisutah #Konsen1
A
Jauh di sana
Hamparan daun hijau
Surga dunia
B
Ingin ku gapai
Butuh ribuan langkah
Nikmati indah
C
Puncak inilah
Surga yang ku maksudkan
Puncak Ciremai


(4)

Entjep Sunardhi :
#KonSen1

(A)
banjir Jakarta
Katulampa bicara
bisa berdamai

(B)
cekungan Bandung
pecah air melimpah
rendam Cieunteung

(C)
tumpukan sampah
hiasan warga kota
gambaran nyata

(5)
Asmat Sulitnih #KonSen1

(A)
Hutanku luas
Hatimu buaskan ?
Pantas banjir lah

(B)
Hawa gunung wah
Vilamu bertambah trus
Bukitku hangus

(C)
Lautku kaya
Nelayanku kok miskin
Tukan negriMu
.

(6)
Kang Ramdan #konSen1
(A)
gadis pualam
memakan banyak korban
timbulkan longsor
(B)
di gang sebelah
meruap bau sampah
sumpah serapah
(C)
menangkap ikan
pakai bahan peledak
preman di laut
.
(7)

Tilua Abdul M #konsen1

(A)
Kota bersolek
Abaikan jerit alam
Sungai menghitam

(B)
Warga siaga
Mata lihat kehulu
Katak berjingkrak

(C)
Banjir tlah tiba
Waktunya cuci mata
Sedekah paha

(8)
Hendrico Z Ricko #KonSen1

(A)
jaring nelayan
tarik menari etnik
ikan menangis

(B)
terkata diam
pantai teriak kotor
buih menghitam

(C)
tetes di daun
ruh tak segar didenyut
ranting merapuh
(9)
Bunga Edelweis #KonSen1

A
Baru bebenah
Hujan turun kembali
Bebenah lagi

B

Rumah di tingkat
Bukannya banyak duit
Biar ga basah

C

Banjir melanda
Kiriman dari Bogor
Bukan Asinan

(10)
Abah Ialah #KonSen1

A
Villa disemai
Ciliwung panen air
Jakarta banjir

B
Kodok tertipu
Ojek payung kecewa
Global warming

C
Ikan menangis
Temannya tinggal sampah
Sama penjarah
(11)
Anita Rohani #KonSen1

A
Camar terkapar
Hawa bumi terpapar
Bau badanmu

B
Maafkan jika
Bumi semakin berat
Aku beranak

C
Obat mujarab
Sembuh semua sakit
Air Mbah Dukun

(12)
Harie Wirayudha #Konsen1
A
Papan terpangpang
Jagalah kebersihan
jadi hiasan
B
Dimana sawah
kini gedung bertingkat
cangkul bertanya
C
Tak ada kicau
burung pindah kekota
Hutan terdiam

(13)
Riki Zip #Konsen 1
(A)
Mau Ke Hutan
Terbayang Suasana
Kepala Gundul
(B)
Alam Tak Asap
Asap Bulat Asap Love
Asap Love Sumbing
(C)
Polusi kota
Transportasi tradisi
Forboden Delman

(14)
Japar Sodik #KonSen1

(A)
hujan mengguyur
aku tak makan sayur
kuman bercampur

(B)
kaki tergenang
sungai bersih terkenang
kini menghilang

(C)
jakarta banjir
bogor yang disalahkan
no perubahan

(15)
Michel Jhon # KONSEN 1

( A )

Sapi diperas
Susu minum semua
Susuku anak

( B )

Hujan menderas
Pengantinnya beruang
Undangan banjir

( C )

Melamar pawang
Amankan Pesawatnya
Biar selamat

(16)
Sri Paudwal #KonSen1
(A)
Ketika hujan
Bumi pasrah menadah
Banjir meraja

(B)
Mencari hidup
Menantang ombak laut
Ikanpun hilang

(C)
Kemarau tiba
Juragan jadi herder
Air dipundak

(17)
Sona Sonjaya #KonSen1

(A)
Hey .. Setan gundul
Hentikan ulah busuk
Hutanku gundul

(B)
Langit berdangdut
Kilat bergoyang dumang
Bumipun basahhh

(C)
Banjir menyapa
Lupa harta, derita ..
Waktunya selfie

(18)
Valen Idealistino #KonSen1
(A)
Dimana hutan
Mal juga perkotaan
Perkosa lahan
(B)
Lahanku hilang
Pohon ganti profesi
Furnitur jadi
(C)
Pergi ke laut
Terumbu karang mati
Tinggal bikini

(19)
Cahaya Qolbu #Konsen1

(A)
Retak ditanah
Bumi meleleh lahar
Pemanasan global
(B)
Pohon rindang
Burung berkicau, serbu
Berdemo orasi
(C)
Hujan februari
Mengguyur semua kota
Banjir di Ibukota

(20)
Ratna Ningrum #konsen1

(A)
Hujanpu turun
waktu menjelang pagi
tarik selimut
(B)
Air melimpah
merendam rumah rumah
banjir jadinya
(C)
Jalan terendam
hujan semakin lebat
anginpun kencang
(21)
Wangsa Urang Subang Pituin #Konsen1
(A)
Alamku elok
Namun tak bersahabat
Ulah sang insan

(B)
Duhai bumiku
Penghunimu musuhmu
Musibah datang

(C)
Indonesiaku
Subur tanahmu gersang
Budi bangsamu

(22)
Sang Penikmat #Konsen1

(A)
Penebang liar
Fikir sebelum jadi
Tanah bicara

(B)
Cintai sampah
Jangan asal dibuang
Ambil manfaat

(C)
Sebelum tiba
Limbah pabrik sulap
Menjadi karya

(23)
Achmad Masih #KonSen1

(A)
Air kemasan
Isi limbah berlabel
Dipalsu juga

(B)
Aroma padi
Nasi wangi de de te
Percepat kenyang

(C)
Lukisan alam
Sampah karya indah
Industri kreatif?

(24)
Endang Djumena #konSen1
(A)
hujan terhenyak
tak bisa tembus bumi
rumputnya plastik

(B)
bumi digali
akik jadi sensasi
mendulang uang

(C)
botak di puncak
tengah limpahan sampah
banjir Cieunteung


(25)
Nining Rosita #KonSen 1

(A)
Indonesiaku
Gemah ripah katanya
Loh dikorupsi?

(B)
Negri Maritim
Turis-turis terkagum
Laut bajigur

(C)
Lumbungnya padi
Kini jadi industri
Karawang goyang

(26)
Maman Aqualink SuRachman Rachman #konSen1

(A)
Gaun berkibar
Mal bertabur cahaya
Manequin ghaib
(B)
Belah durian
Batal. Penghulu urung
Terjebak banjir
(C)
Jalan beraspal
Bebek bersepatu. Lecet
Mencari empang

(27)
Endang Kasupardi #KonSen1

(A)
Hutan terbakar
Kabut membumbung tinggi
Menjadi imigran
(B)
Banjir semalam
Rumah di pinggir jalan
Banyak tontonan
(C)
Meronda malam
metik jagung tetangga
Menunggu maling

(28)
Denis Hilmawati #KonSen1
(A) Batok kelapa
Telah masuk istana.
Hidangan Raja.

(B) Sang pengembara
Daki bukit dan gunung
Tertutup beha

(C) Ya..........Anggrek Hitam.
Mahal karena langka
jangan diobral

(29)
Dewi S. Soerono #Konsen 1
(A)
Polusi berat
Pabrik dan kendaraan
Aku sekarat

(B)
Tak jadi mandi
Kain dililit sudah
Kali beracun

(C)
Banjir kiriman
Katanya dari Bogor
Memangnya pesan ?

(30)
Andri Pituin Cianjur #KonSen1

(A)
hulu ke hilir
ikan mencari air
telat berfikir
(B)
kecebong sawah
terlindas roda kota
lempung menggunung

(C)
belalang desa
pintar memainkan golf
lupa rumahnya
(31)
Mila Jingga *

#Konsen1
A
Laut diuruk
Abai ekosistim
Manusia tamak

B

Karang poranda
Biota laut gamang
Tunggu binasa

C

Sampah berserak
Pasir pantai mabuk
Manusia norak

(32)
Tatin Sardjiman #KonSen1

(A)
Sawahnya sepi
Ulat merajalela
Burung dikurung

(B)
Selalu banjir
Jalannya dinaikan
Airnya pindah

(C)
Hamburkan tisue
Pohon habis ditebang
Lap pake kain
.
(33)
John Darkun #KonSen 1
(A)
Kemarau banjir
Hujan api membakar
Musim terkapar
(B)
Memupuk tanah
Gersang tandus jadinya
Bahan kimia
(C)
Di kotakota
Ekosistem berubah
berdarahdarah

(34)
Aidah Lembayung Senja #KonSen1

(A)
Merumpun gigil
Kami tidak sekolah
Semesta basah

(B)

Si jago merah
Rumput bergoyang mesra
Terinjak kaki

(C)

Daun tak rindang
Kawanan burung terbang
Alam pun murka
.
(35)
Amaiso Nensy #KonSen1
(A)
hijaunya daun
asrinya keindahan
hanya lukisan
(B)
alam semesta
berharap kebersihan
namun kecewa
(C)
udara pagi
hampiri bumi ini
dengan polusi
.
(36)
Noor Sutji Pasgatwati #konSen1
( A )
Desah cemara
Terjerat cinta duda
Beranak lima

( B )
Katak menari
Tersedak niat istri
Menikah lagi

( C )
Banjir meraja
Berlari tak kuasa
Pipis celana

(37)
Kang Nded #KonSen 1
(A)
Tertidur lelap
Mimpi indah berlayar
Kasur di sungai
(B)
Motor kreditan
Terendam air banjir
Indahnya hidup
(C)
Menanam batang
Tak tumbuh juga daun
Istriku hamil

(38)
Arsyad Indradi #KonSen1
(A)
Kupungut sampah
Jadilah bunga plastik
Penghias kamar
(B)
Melempar mangga
Terkena sarang lebah
Langkah seribu
(C)
Tumpukan sampah
Diolah jadi pupuk
Tanaman subur

(39)
Arie Gadho #Konsen1

(A)
pakaian mahal
sayang terciprat air
kodok berjalan

(B)
bunyi peluit
tanda usai bermain
jeb! kodok K O

(C)
si pungguk bingung
bulan terlambat datang
srigala ngumpet

(40)
Eni Setiani #konSen1

(A)
Di belantara
Pembalak tunggang-langgang
Diserang tawon

(B)
rimba ku sayang
diganyang tangan panjang
si perut besar

(C)
Rumputnya hijau
Sayang rumput tetangga
Menelan ludah

(41)
Wachyu Pras #konsen1

A
musim penghujan
perahu bersliweran
di jalan raya

B
hutan keramat
dijarah konglomerat
jatah pejabat

C
bebukit emas
digali dan dikuras
rakyat dilibas
.
(42)
Aberijlain Gomar Samsara #KONSEN1

(A)
selokan mampet
ada bantal bersayap
banjir sendiri
(B)
jalan berlubang
ditanam pohon pisang
berbuah saran?
(C)demam berdarah
lain demam daerah
aideh safety

(43)
Demas Pradita Elsobira #Konsen1
(A)
Hutan ditebang
Satu pohon tak tumbang
Jagoan debus

(B)
Air Citarum
Bagaikan kopi susu
Dirubung semut

(C)
Penduduk padat
Kumpulkan di lapangan
Bulldozer saja

44
Yusuf S. Martawidénda #KonSen 1

A
Surya dan bulan
Ingin ganti posisi
Bumi tertawa

B
Mengeluh air bah
Sungai dilanda sampah
Susah berubah
C
Mencukur bumi
Jagat murka sekali
Tuyul raksasa
.
45
Ilusi Bintang Penyendiri #konSen1

A
hutannya botak
juragan pangkat edan
binatang hilang

B
hujannya besar
gorong-gorongnya hilang
mancing di jalan

C
deru mesinya
jadi kelapa sawit
monyet berdasi
.
(46)
Asep Sumekar Januar #konSen1
(A)
Sampah menumpuk
Kota kembang nan cantik
Jalanan busuk

(B)
Hutan ditebang
Lubang Ozon menganga
Cuaca ekstrim

(C)
Kota kembang
Dulu indah dan harum
Layu dan banjir
.
(47)

Yumma Loranita Theo #KonSen1

A
Tanah Air
Tanahnya penuh plastik
Air berbusa

B
Tanah Air
Tanahnya jadi genting
Air tercemar

C
Tanah Air
Pinjaman anak cucu
Disia-sia
.
(48)
Eman Rais #Konsens 1

A. Perut kencang
Melilit kelaparan
Itu kahitutan

B. Kuda pedati
Lahapi sinom asem
Lalu bergulingan

C. Terbaring lesu
Perawat seliweran
Siap badotan
.
(49)
Siti Halimah #konsen1

(A)
Air menghitam
Biota laut terkapar
Tanker bersandar

(B)
Ratap petani
Sawah berubah wajah
Pabrik berdiri

(C)
Alam membisu
Pohon rindang hilang
Telan bencana
.
(50) Lucius Tanaka
#Konsen 1 A
Pelangi Jingga
Dirundung sepi bintang
Menanti malam
B
Secarik kertas
Tergores warna pena
Suram mencekam
C
Terangnya lilin
Menutup sepi malam
Penggati surya
.
(51)
Alburhan Ash-shiddiq #Konsen1

(A)
Monyet di hutan
Rumahnya dimusnahkan
Mereka berang

(B)
Monyet di kota
Ingin hutan kembali
Bikin puisi

(C)
Wakilnya monyet
Hobinya jual aset
Hutan dan tambang
.
(52)
Ruhiyat Rael #konsen1
(A)
Dimana hinggap
Burung ditanya pecinta
Ditiang listrik
(B)
Dimana rimba
Pesona alam bermimpi
Dicukur bapak
(C)
Sungai menguning
Hobi pipis sembarang
Anak berenang
.
(53)
Teguh Ginanjar Purnama Alamsyah #KonSen1
(A)
dataran banjir
longsor datang menggunung
si loreng bingung
(B)
sawah dibajak
kerbau teriak embo
tinggal wasiat
(C)
sembah belalang
lading patah tercebur
terlanjur basah
.
(54)
Elli Sagara Nitis #konsen1
(A)
Bumi membias
Gedung-gedung berhias
tak ada beras

(B)
Sawah ditumpas
Kerbau-kerbau pun bebas
Buruh memelas

(C)
Sawah pun amblas
Jadi hotel berkelas
Rakyat tertindas
.
(55)
AR Munggaran #KonSen 1
(A)
buldozer garang
semak belukar tegang
engkau mengerang

(B)
hutanku gundul
bukit tinggal separuh
burungku hilang

(C)
pohon meranggas
perut bumi kau remas
burungmu lemas
.
(56)
Ang Jasman #Konsen 1
(A)
Berharap cerah
Hujan riang mengantri
Popok berkibar
(B)
Malam gerimis
Di celah retak genting
Bulan menggoda
(C)
Berbedak debu
Di macet ibukota
Buru gorengan
.
(57)
Dodi Suwandi #Konsen1

(A)
Tembang gergaji
kidung di bukit gundul
Semut mengungsi

(B)
Janda kembang
mandi di sungai kering
pantat mengambang

(C)
Hutan sengsara
babi menjarah kampung
monyet mengemis
.
(58)
David Darmawan Siswandi #KonSen1
(A)
air bah laju
kepakan sayap hilang
salah sendiri

(B)
Panas menyergap
alam terbakar riuh
kompor meleduk

(C)
Cintai alam
kepung nurani diri
hanya nyanyian
.
(59)
Eulis Watidihati #KonSen1

(a)
MENGGANTANG ALAM
SELAKSA AWAN
TEMARAM SURAM

(b)
Cahya Harapan
Kitari Kidung Rindu
KUncup Gerhana
a
(c)
Hutan Memerah
Barisan Hewan Punah
Di Renggut Alam
.
(60)
Fahrudin Ali Ahmad #KonSen1

(A)
Di pasar tumpah
Ragam dagangan murah
Limbah melimpah

(B)
Musim penghujan
Sampah buang sembarang
Banjir mengancam

(C)
Pohon ditebang
Kepodang hilang sarang
Habitat tumbang
.
(61)
Usin Muhsin #konsen1

(A)
Kubangun rumah
Tanpa sepotong kayu
Hijaulah hutan

(B)
Asap menyebar
Sang penikmat melengos
Hadirin batuk

(C)
Seonggok sampah
Kelamaan menggunung
Bau menyebar
.
(62)
Maulana Hasannudin #KonSen1
A
kau buang sampah
seperti makan nasi
yang penting habis

B
Rumahku basah
Tanahku juga basah
Hujannya betah

C
Wahai gergaji
Mengapa engkau mau
Potong pohonku?
.
(63)
Pianno #KonSen1

(A)
Gunungku gundul
Tinggal rumput merambat
Dalam celana

(B)
Pengantin baru
Tolak jadi pengungsi
Ketika banjir

(C)
Citarum hitam
mengandung air kencing
Pabrik-pabrikan
.
(64)
Robinson Munte #KoSen1
(A)
Kemarau panjang
Bumi kering kerontang
Hutan dibakar

(B)
Ilegal loging
Hutan lindung digundul
Jakarta banjir

(C)
Hujan Desember
Citarum penuh sampah
Bandung tenggelam
.
(65)
Hyang Purwa Galuh #konsen1
(A)
Mentari runduk
Buih ombak memutih
Ikan pun hilang
(B)
Tanah disumpal
Cukong menabur semen
Eh, banjir lagi
(C)
Penyapu sibuk
Sampahpun berserakan
Kok demo lagi?
.
(66)
Rifa Newton Vasquez #Konsen1
(A)
Reboisasi
Tanam pohon kembali
Lingkungan asri

(B)
Gedung ditanam
Sawah-ladang berkurang
Petani mati

(C)
Pohon ditebang
Tanah menjadi gersang
Bencana datang
.
(67)
IdjJem Kania #Konsen1

A
Indonesia
aku bosan di sini
pindah ke Garut

B
pohonnya malu
dibungkus tiga kain
tutup oratnya

C
hujannya deras
kasurku jadi basah
meski tak bocor
.
(68)
Iis Nur Aisyah #Konsen 1

(A)
Semilir angin
Pepohonan yang tinggi
Rimbun hutanku

(B)
Jangan kau tebang
Gersang akan melanda
Akhirnya longsor

(C)
Jerit si kecil
Tertimbun bongkah tanah
Nyawa melayang

(69)
Agus Galecok #konsen1
(A)
Bukit menjerit
burung pindah ke pasar
Beton dipancang

(B)
Hujan mengguyur
orang tua menangis
Anak berenang

(C)
Sawah menghilang
jadi bensin premium
Aku melongo
.
(70)
Mapung Madura #konsen1 (A)
Kelebat makhluk
Tuyul jadi pembalak
Hutan bercermin

B)
Langit dan Bumi
Bahtera yang berlayar
dimana otak ?

C
Awannya pipis
lupa pakai pembalut
Banjiri perlak.

(71
Ridwan Ch Madris
#konsen1
(A)
lidah apimu
membakar tanah hijau
menjadi lahar

(B)
Ladang dan kolam
Gunung bahkan kuburan
Dimakan buta

(C)
Derasnya hujan
Tak kunjung tuntas sungai
Melimpas darah
.

(72)

Melati Purwakarta #Konsen1

(a)

zen mengajarkan
mencintai lingkungan
kejar hadiah

(b)

filosofi zen
jemari pun di hitung
gunung dan lembah

(c)

ilalang liar
tutupi ular bludak
yuk kerja bakti

(73)
Coe Didi #Konsen1
(A)
Anakan ayam
Mati terkena banjir
Selokan mampet
(B)
Pohon ditebang
Monyet pindah ke kota
Mimpi Wa Haji
(C)
Kepala kijang
Gading gajah dan tupai
Di dinding rumah
.
(74)
Agus Age Supriyadi #konSen1
(A)
Booming harganya
Zaman batu merasuk
Gunung dibabat
(B)
Kemana burung
Kicau riangnya hilang
Ngumpet di ringtone
(C)
Citarum pilu
Fitrahnya hilang lenyap
Ditelan sampah
.
(75)
Kokom Komariah #konSen1

(A)
Pohon ditebang
ganti dengan sayuran
banjir melanda

(B)
Bertanam sayur
berpestisida banyak
untung sesaat

(C)
Beternak sapi
limbah mengalir bau
lingkungan cemar
.
(76)
Raka Patria Elmagfira #KonSen1
(A)
Janji pejabat
Lestarikan lingkungan
Disumpah pocong
(B)
Hewan berkumpul
Seminar Ekologi
Dipimpin unta
(C)
Kentut lapindo
Sangat dashyat baunya
Abu pun lenyap
.
(77)
De Nyk #KonSen1
(A)
Hujan mereda
Bu Tani cuci kaki
Kodok tersenyum

(B)
Padi bergoyang
Musim panen pun tiba
Tikus cemberut

(C)
Belut dan Lele
Berantem saling jotos
Berebut jangkrik
.
(78)
Supriadi Bin Joni #Konsen

Semua tahu
Paru paru dunia
Negara kita

Solusi apa
Hutan hangus terbakar
Dunia bertanya

Yang menakutkan
Ekologi terganggu
Tak bisa napas
.
(79)
Sarah Febrianty #Konsen1

(A)
Udara segar
Kuhirup pagi hari
Baunya trasi

(B)
Anginnya kencang
Menyambar jemuranku
Jemuran gesek

(C)
Lambai meniup
Lepah pohon kelapa
Timpah kepala
.
(80)
Eulis Wiwin #Konsen
(A)
Hamparan hijau
Air mengalir lembut
Virus bertumbuh

(B)
Padang pelangi
Singa bermeditasi
Satwa bergaya

(C)
Bumi memanas
Gajah beraksi lembut
Bintang terjatuh
.
(81)
E Sopiyudin #konsen1

(A)
Mancing di sungai
Ikan ingin kudapat
Sendal terangkat

(B)
Ribuan pulau
Berjajar nusa nusa
Bingkai prahara

(C)
Semak dan sekam
Tiap tahun terbakar
Low hujan,,, banjir
.
(82)
Fasha Imani Febriyanti #konsen1
(A)
Pohon ditebang
Mataharipun geram
Rambut terbakar

(B)
Dianku redup
Tanah merah merekah
Ditebing malam

(C)
Alam berontak
Orang-orang teriak
Tuhan tersenyum
.
(83)
TehRai #KonSen1
(A)
Bangau terbang
Ikan terkapar
Tanah merana
(B)
Hutan ditebang
Air menelan kampung
Rakyat mengungsi
(C)
Hujan mengguyur
Alam terendam karam
Ulah siapa?
.
(84)
• Ratna Ayu Budhiarti #konsen1
(A)
Polusi kota
Kumpulkan di tong sampah
Atau didenda

(B)
Aturan ada
Keluar lima juta
Kok tetap banjir

(C)
Jalanan bolong
Waktu hujan mobilpun
Jadi perahu
(85)
Chandra Yusuf #konsen1
(A)
hutan di tebang
hijau menjadi coklat
kampung tertimbun

(B)
pohon di kota
akar beralas beton
mati tak makan

(C)
capung bertengger
ilalang tampak indah
musnah terbakar
.
(86)
Asep Eri #konsen 1
(A)
Memapah bumi
tuntun lekukan jangkar
ulah manusia
(B)
menghentak kalbu
putarkan mesin waktu
Zaman tak lekang
(C)
Matilah nadi
Sungai kering kerontang
petani miskin
.
(87)
Zay Ahmadi #konsen1

(A)
samudra luas
garis pantai memanjang
garamnya impor

(B)
masuk jeruji
curi ranting di hutan
illegal loging

(C)
asap knalpot
membentuk rumah kaca
beternak mobil
.
(88)
Endang Rochimat #konsen 1
(A)
Hutannya lebat
Susu sapi diperah
Ingat semalam

(B)
Humut yang tandus
Lunglai lepas dahaga
Aku Selingkuh

(C)
Tebas ilalang
Sombong kokoh dan pongah
Cikcak buaya
.
(89)
• Vinny Soemantri #konSen1
(A)
bulanku bulat
perutkupun membuncit
dan kaupun raib

(B)
lempar sekoci camar menukik tajam
cintaku padam

(C)
beriku kembang
dan dadaku mengembang
kau dalam gamang
.
(90)
Saeful Al-Qudus #konsen 1 (A)
Bangsat yang besar
Mereka yang membakar
Hutan sendiri

(B)
Retaknya tanah
Dikikis pemberontak
Sangkuni kantor

(C)
Iman adalah
bukan lisan bajingan
merusak alam
.
(91)
• Tri Karyono #KonSen1

(A)
Menggali lobang
Menebang pepohonan
Tak kena sangsi
(B)
Berdalih indah
Mengisap perut bumi
Tersedak pasir
(C)
Alam berduka
Sang pandir berseteru
Tak tahu malu
.
(92)
Kinanti Laras #KonSen1
A
Hutan tergerus
Burung pindah bersarang
Di sarung bapak-----
B
Gadis nan cantik
Kempit ayam yang hitam
Ketekmu bau-----
C
Hajatan ruah
Perut butriktrik kenyang
Berkatpun meunang
.
(93)
•Vanny Rantini #konSen1
(A)
Perajut gedung
Hutanku jadi beton
Mengulum Gunung
(B)
Lembang dipangkas
Pribumi jadi cemas
Villa meraja
(C)
Air Cisangkuy
Oh sekeruh bajigur
Hadiah Fengtai
.
(94)
Rukmana Saputra Deru #konsen1
(A)
Udara segar
Tercemar kentut teman
Polusi alam
(B)
Dukun bertindak
Putar celana dalam
Hujan tak reda
(C)
Batu di ambil
Pohon tanah sekarat
Kepala gundul
.
(95)
Cany Shaw #KonSen1

(A)
Hutanku gundul
Pejabatku tertawa
Kursiku aman

(B)
Menanam benih
Perempuan menyiram
Hutannya rimbun

(C)
Kemarau panjang
Dahaga melandaku
Tetangga banjir
.
(96)
Tetyesnat Nataprawira #KonSen 1

(A)
Bulan menangis
Burung hantu tlah mati
Negri pun sepi

(B)
Banjir melanda
Emak mencari bayi
guling didapat

(C)
Berlaga pandai
Katak dalam tempurung
Kolam tersenyum
.
(97)
Jejen Jaelani War #KonSen1

(A)
Di atas dahan
Burung meringkuk beku
Sayapnya kaku
(B)
Kicaunya pilu
Mentari sudah lelap
Bulan tertawa
(C)
Bulan tertawa
Cahaya bintang redup
Burungku kaku
(98)
Etti RS
#Konsen1
A
Perut kerontang
kepala isi tinja
otak si udang
B
Daun merambat
bau 'Sunda' menyengat
oh 'kahitutan'
C
Daun nan muda
tiap orang tak suka
daun jendela
.
(99)
Ipit Saefidier Dimyati #KonSen1 (A)
malam jumatan
pohon di hutan tumbang
dalam lap tisyu

(B)
kota berbunga
punah diserang hama
tinggal bunga bank

(C)
usir kemarau
lomba tangis sejuta
mengalir sungai
.
(100)
• Noer Listanto Alfarizi #konSen1

(A)
Pohon ditebang
Hewan pun baca mantra
Jadilah longsor

(B)
Sawah berkurang
Rimba beton menjulang
Petani malang

(C)
Sampah menggunung
Lalat-lalat berdo'a
Banjir bertamu
.
(101)
• Nella S Wulan #konSen1
A
ketika kering
nyamuk menari nari
pun tumpang kaki
B
rerintik tandang
lihat, langit terpana
ternak teriak
C
semut di bangku
hangatkan diri. sambil
menunggu reda
.
(102)
Achmad Stone Zain #konsen1

A
Sampah menumpuk
Kali kotor dan keruh
Jamban berderet

B
Laut mendangkal
Nelayan pasang jaring
Tinja menyangkut

C
Sudah kebelet
Lari ke rimbun Semak
Ular menyusup.
.
(103)
Eni R. Kustiadi #KonSen1
(A)
Bumi berguncang
Hantam keserakahan
Penuh amarah
(B)
Laut mendarat
Memamah penuh marah
Negri yang pongah
(C)
Hutanku gundul
Dicukur tukang ngibul
Bumi pun mandul
.
(104)
• Cahaya Alam #KonSen1

(A)
Sawah tak ada
rumah mewah jadinya
metamorposis
(B)
Diatas empang
diam jongkok termenung
ikan pun makan
(C)
Nangis di bogor
air berlimpah tumpah
rumah terendam
.
(105)
• Andi Rustandi #KonSen1
(A)
Langit puasa
Tanah kehausan euy
Bulu tak tumbuh
(B)
Alam menusuk
Lorong tersedak lega
Joged dikasur
(C)
Alam berbisik
Daun berdendang ria
Bumi berontak
.
(106)
Ivan Adzam Wahyudin #konSen 1
(A)
Buaya ilang
Di hutan meradang
Garuda bimbang
(B)
Udang yang sakit
Nelayanpun menjerit
Cirbon pailit
(C)
Pohon ditebang
Jadi buku tuntunan
Janji melayang
.
(107)
Agus Mezeck Sorume #KonSen1
(A)
Hujan menangis
Hutan merasa sepi
Banjir menyapa
(B)
Tanah terinjak
Cacing pun kepanasan
Burung keriting
(C)
Laut bernyanyi
Ombak terbias racun
Ikan pun teller
.
(108)
Gampang Prawoto #KonSen1
.
(A)
Terik beranting
rimba manja bersemi
membuta musim.
.
(B)
Gauli alam
cinta kasih sesama
sirna bencana.
.
(C)
Ozon tertusuk
melepuh kulit bumi
hawa yang adam.
.
(109)
Nanon Iskandar #KonSen1
(A)
Orang serakah
Hutan lindung dijarah
Rusaklah sudah
(B)
Lautpun merah
Diledak bom berdarah
Habitat musnah
(C)
Sungai nan indah
Tercemar air limbah
Nanarlah sudah
.
(110)
Muhammad Kusna #KonSen1
A
Awan cumulus
Berarak langit gelap
Hujanpun lebat
B
Serasa magrib
Guruhpun bersahutan
Tiada henti
C
Kilat berbinar
Rancaekek,cieunteung
Waspada banjir!.
(111)
Andi Maulana #Konsen1

(A)

Susi menembak
Kapal kapal tenggelam
Nelayan riang

(B)

Cecak buaya
Piting memiting leher
Sungai berdarah

(C)

Hujan menggunung
Ribut banjir menggerung
Ahok pun berang
.
(112)
Idham Hamdani #KonSen 1
(A)
Sampai TPA
Organik anorganik
Rujuk kembali
(B)
Orang peduli
Bumi diselamatkan
Kapan kiamat?
(C)
Terima sampah
Syarat: sudah dipilah
Dan diuangkan
.
113
.
Gaus Firdaus #KonSen1
(A)
Kotor dan bau.
Air, tanah, udara.
Metro Polutan.
(B)
Kebersihan tuh.
Bagian dari iman.
Saya Iman, Pak!
(C)
Tumpukan uang.
Sumber banyak penyakit.
Tumpukan sampah?
.
(114)
Inda Nugraha Hidayat #Konsen1

(A)
Di perut Sanca
Ajag melawan Macan
Mati semua

(B)
Rebutan Domba
Macan dan Ajag mati
Nazar berpesta

(C)
Anjing dan Kucing
Tangisi Babi mati
Dibunuh Tikus
.
(115)
Bung Bram #konSen 1

(A)

bak pesta rakyat
banjir bandung tradisi
hujankan sampah

(B)

pulanglah satwa
dapatkan bunga sawit
berbuah pasir

(C)

buaian malam
pasopati merona
kubur balubur
.
(116)
Mang Bibih #konsen1

(A)
Mendulang sampah
Cari sesup nasi
Nasib pribumi

(B)
Gunung menjulang
Simpan emas berlian
Didulang asing

(C)
Hutan nan rindang
Menyimpan air hujan
Tinggal kenangan
.
(117)
Herman Hermit #KonSen1
(A)
Di atas sesar
Fosil saja dibakar
Lumpur direbus
(B)
Beribu musim
Demi perut membuncit
Rimba dibakar
(C)
Kita wong edan
Artefak dimusnahkan
Kurang ingatan
.
(118)
Pipin Rosdianta #KonSen1

(A)
Harum Citarum
Aliri listrik sawah
Bejibun limbah
(B)
Sampah menumpuk
Mang yana telat angkut
Bukan PNS
(C)
Indahnya desa
Kakus bawahnya empang
Ikannya lahap
.
(119)
Iwan M. Ridwan #konSen1
(A)
Hujan menari
Anak-anak berlari
Dorong motorku
(B)
Jalan berkubang
Kutanam ikan lele
Jadi gurame
(C)
Di sungai keruh
Bapakku mancing ikan
Dapat celana
.
(120)
Widaningsih Counselor #konSen 1
(A)
Luwak gendutku
Melumat pisang raja
Ranting terkekeh
(B)
Maria lari
Musim kawin katanya
Mencium dahan
(C)
Panjat hatiku
Lahang di lodong bapa
Manisku rasa
.
(121)
Pemilik Hati Eka #KonSen1
(A)
daun di petik
pohon tak akan tumbang
karena tumbuh
(B)
pohon di tebang
tak dapat lagi hidup
daunnya gugur
(C)
bunga yang gugur
pasti akan di ganti
bunga yang baru
.
(122)
Destra Yana #Konsen1

(A)
Bumi di gali
bukan padi kutanam
penggali kubur

(B)
Rumah idaman
satu tak diimpikan
tanah kuburan

(C)
Penggali kubur
nanam tak harap panen
petani ikhlas
.
(123)
Rarah Rakhmah #KonSen1
(A)
Bandung Berhiber
Bersih Hijau Berumput
Sayang sintetis
(B)
Wisata Limbah
Kali Kordon di Bandung
Kentut abadi
(C)
Tong sampah basah
Sampah kering dipisah
Campur dalam truk
.
(124)
Abdurahman Abro #KonSen1

(A)
sim sim salabim
bukan sembarang kucing
bertaring bajing
(B)
sim sim salabim
bukan sembarang tikus
bernyali maling
(C)
sim sim salabim
kucing mabuk kemaruk
dibius tikus
.
(125)
Retno Indrarsih Soerono #KonSen1
(A)
Desaku hilang
Terkubur bubur lumpur
Ditinggal kabur

(B)
Pergi memancing
Sungai hitam menggumpal
didapat sandal

(C)
Si monyet bingung
Cari tempat bergantung
Pohonan bunting
.
(126)
Iguy Aishiteru #KonSen1


(127)
Ataqi #konsen 1
A)
Tak ada hujan
Banjir melanda, sebab
Di Bogor hujan
B)
Siapakah yang
Salah, rakyat membuang
Sampah di kali
C)
Pemberi surat
IMB, pada tanah
Resapan air
.
(128)
Yuyu Ydw #KonSen 1
(A)
semusim hujan
resah diintai banjir
tidur berdiri
(B)
burung yang bingung
tak ada pohon rindang
rela di sangkar
(C)
piknik di taman
makan tak jadi nikmat
aroma sampah
.
(129)
Ikin Sodikin #konsen 1
(A)
batu berjaya
mata kagum menatap
hiasan tangan
(B)
tanah kuburan
habis terseret rumah
mayatpun linglung
(c)
sampah menggunung
lalat nyamuk tersenyum
dokter beruntung
.
(130)
Didi Garnadi #KonSen1
(A)
polisi nilang
sopir diam membisu
melongo bingung
(B)
polisi nanya
apa yang ia bawa
malah ketawa
(C)
pak sukro marah
mobil langsung ditilang
membawa sukro
.
(131)
Dado Tisna #konsen1

(A)
wahai Khalifah
sisakan Kami rumah
Dhemit mengeluh

(B)
Makan tak nikmat
berasnya hampos. Air
sungainya hitam

(C)
Banjir melanda
bergegas pulang. Aku
tak lupa selfie
.
(132)
Herlambang Satrio Wibowo #KonSen1
(A)
awan kelabu
di punggung gunung gundul
pertanda banjir

(B)
musim penghujan
isi sungai meluap
tersendat sampah

(C)
polah manusia
rimbun hutan menjelma
batangan korek
.
(133)
Tiwi Berlina #KonSen1
(A)
hamparan pasir
nyinyir sinis mencibir
laut memasir
(B)
mahluk menjerit
terhimpit tersakiti
tanda mesedih
(C)
nalar kembali
harap hidup tertindih
tiada lakon lagi
.
(134)
Catatan Senja #konsen1
(A)
Aturan idem
Saritem juga sarkem
Pakailah helm
(B)
Malioboro
Gudeg, rawon dan soto
Tak ada comro
(C)
Tubuh telanjang
Tontonan banyak orang
Kebun binatang
.
(135)
Agus Injuk #konsen 1
#konsen 1

A
Limbah dan lembah
Tak ada jurang pemisah
Karena sampah

B
Pohon keramat
Dibabat tanpa rahmat
tak ada selamat

C
Di hutan Beton
Burung pipit marathon
Sawah menonton
.
(136)
Ghee Wirawan #KonSen 1

(A)
limbah merkuri
tubuh tertimbun PETI
emas meringis

(B)
lukamu bumi
kemilau pasir emas
cukong terbahak

(C)
gunung dikerok
lembayung keemasan
mendanau biru
.
(137)
Agustin Hartati #KonSen1
(A)
Bibit sedia
Pa bupati pa camat
Menanam pohon

(B)
Sekarang tanam
Untuk masa mendatang
Tinggal menebang

(C)
Hijau daunmu
Ranum rindang buahmu
Kayalah kita
.
(138)
Penyair Terhunus #Konsen 1

(A)
Sampah bertumpuk
kali ciliwung banjir
pemulung panen

(B)
Nafas pun sesak
debu panas krakatau
bukanlah asma

(C)
Lumpur lapindo
menggusur rumah rakyat
lumpur ditampung
.
(139)
Teti Herawati #Konsen 1

(A)
sampah meruah
sekonyong banjir bandang
jiwa melayang

(B)
menghijau rumput
insanpun lalu lalang
sayangnya plastik

(C)
pohon ditebang
akasiapun tumbang
banjir menghadang.
(140)
Anastasia Hermina Irianti #konsen1
A
lebatkan hutan
maju mundur daunmu
rindu oksigen
B
rupawan hutan
tak mau hujan asam
merusak wajah
C
selagi sepi
desiran angin sunyi
kemahku rapi
.
(141)
Yulius Sulistiadi #Konsen1
A
Kutebang pohon
Kusampahi selokan
Ku umpat banjir

B
Paru Dunia
Indonesia bangga
Hutanku gundul

C
Bencana datang
Salahkan pemerintah
Kucuci tangan
.
(142)
Greysand Harimau #KonSen1
(A)
lumpur meluber
kali serupa darat
buaya ranjang
(B)
sawah meringkik
darah muncrat ke petromak
makan suike
(C)
tanah diblender
gunung berubah kolam
pembuat bata
.
(143)
Handoko F. Zainsam #KonSen1

(A)
melihat monyet
enak membuang sampah
ke tengah kali

(B)
tanaman rempah
tumbuh di halamanku
sehat pun murah

(C)
padi menguning
ikan melimpah ruah
petani senyum
.
(144)
Doddi Kiwari #konsen 1
( A)
alam tersenyum
bintang dilangit
suara bernyanyi
(B)
getaran magma
geliat sang waktu
tak terkendali
( C)
tebing runtuh
termakan isu busuk
mimpi tak pasti
.
(145)
Rudy Aliruda #KonSen1

A
menanam singkong
tanah dikubur limbah
memanen racun

B
alam tercemar
sampah limbah polutan
kita pun mutan

C
naik sepeda
isi perut terburai
jenazah santung
.
(146)
Daenk Ida #KonSen1

A
Pohon meranggas
Asap mengepul-ngepul
Dimana anda?

B
Sesaknya nafas
Mencari kesejukan
Rindukan alam

C
Pucuk dicinta
Ulam datang merana
Daun tlah hilang
.
(147)
Bambang Tanoeatmadja #KonSen1
(A)
Hujan satu jam
Mobil motor berenang
Bandung semalam

(B)
Bandung cantik
Rumput berganti plastik
Kotamu seksi

(C)
Citarum harum
Cikapundung minum
Airnya ranum
.
(148)
Supriadi Bin Joni #konsen 1

Banyaknya ikan
Dansa pukat harimau
Tangis nelayan

Asingnya kapal
Ikan ikut berlayar
Ibu mencegah

Jaring diukur
Ikan kecil bernyanyi
Gera dewasa
.
(149)
Kalembo Ade Andri #KonSen1

(A)
Hemat energi
Bahan Bakar Makanan
Onthel bergigi

(B)
Kau bilang buang
Sampah menjadi uang
Kau bilang sayang

(C)
Puncak ciremai
Edelweis indah permai
Tanpa mencapai
.
(150)
Atta Verin #konsen1
(A)
Angin Menjambak
Pusaran Menggelora
Bumi Nestapa

(B)
Wangi Menjangan
Serupa akar malam
Tegak meradang

(C)
Sampaikan Luka
Luruhkan dedaunan
Rekahkan tanah
.
(151)
Cunong Nunuk Suraja #Konsen 1

(A)
gerimis liris
katak kecebong lengang
dipatuk bango

(B)
pestisida, o
rantai makanan racun
bencana punah

(C)
air jernih, ah
isyarat tanpa limbah
sebotol asa
.
(152)
Andrian Eksa #KonSen1

(A)

jelang valentin
Jakarta banjir coklat
tapi air bah

(B)

pohon disulap
jadi kertas koran, cling
berita banjir

(C)

orang sembunyi
bawah timbunan tanah
longsor ternyata
.
(153)
Ade Saskia Darmawan #konSen1

(A)
Cemari sungai
Abaikan kebersihan
Keluhkan banjir

(B)
Tenggak oplosan
Terhanyut kesenangan
Nyawa melayang

(C)
Beli surabi
bungkus koran.Terbaca
jelas karyaku
.
(154)
Bu Emma #KonSen1
(A)
Puting beliung
Porak poranda Bandung
Karuhun pundung
(B)
Datangnya rutin
Bebas bayar iuran
Banjir langganan
(C)
Musim layangan
Hanya dalam khayalan
Langit memurka
.
(155)
Yulia Sugiarti Achdris #KonSen1

(A)
Siul cemara
Pergi bersama angin
Hutan membara

(B)
Bedil dikokang
Elang menukik tajam
Rimba meringis

(C)
Batu ditambang
Akik mendulang uang
Bumi terluka
.
(156)
Ade Satia #KonSen1

(A)
Ayam berkokok
Nampak sinar kemilau
Bening jidatmu

(B)
Kembang meringis
ganti aroma wangi
kentut koruptor

(C)
Gadis meringis
sawah tergadai syahwat
Kakek tersenyum
.
(157)
Gilang Respati #KonSen1

(A)
Langit membelah
Banjir melanda kota
Katak tertawa

(B)
Air berlimpah
telanjang kaki di kali
ikan berjingkrak


(C) Gunung gundul
Banjir melanda negri
Kontraktor ngacir
.
(158)
Nia Thoriq #konsen1
(A)
pohonan tumbang
kakek intip perawan
jidatnya benyut

(B)
bulan mengintip
bumi tersenyum malu
hutan beranak

(C)
pohon melambai
ajak awan berdansa
angin cemberut
.
(159)
DaNie Viul #konSen1
(A)
Warisan banjir
septictank luap ruang
pembalut nyangkut.
(B)
Rimba menyala
semut bersimulasi
Tarzan ke Blok M.
(C)
Tanker terkaram
wajah teri berminyak
Duyung korengan.
.
(160)
Padepokanseni Mayangsunda #konsen1
(A)
Siapkan Pawang
Hujan tak pernah reda
Hamburkan uang.
(B)
Pawang semedi
Banjir datang melanda
Mantra tak mempan.
(C)
Biarkan Hujan
Berkah sirami bumi
Pawang tenggelam.
.
(161)
Lovely LiLy #Konsen1
(A)
Hutan terbakar
kuda liar ke kota
mencari susu
(B)
Lahar mengalir
lari menuntun sapi
anak tertinggal
(C)
Meliuk ganas
asap cerobong pabrik
superman asma
.
(162)
Achiel Syam #KonSen 1
(A)
Ilegal loging
Flora fauna raib
Rekening gendut
(B)
Kulit buaya
Gengsi sosialita
Pendemo parau
(C)
Lapangan bola
Masa kecilku indah
Beton Mal songong
.
(163)
Kelana Putra #konsen1

(A)
Hutan berkurang
Petani pesta-pora
Bersama tikus

(B)
Kucari batu
Jadilah cincin akik
Tuk melamar mu

(C)
Di luar banjir
Dingin menusuk ari
Anak bertambah
.
(164)
R Iman #konsen1

(A)
Citarum indah
dangkal merana resah
kita yang salah

(B)
Tanahnya emas
hijau bertaut kilau
investor pun koruptor

(C)
Kulihat laut
merah menghampar rona
bangkai pesawat
,

(165)
Rochaeni Neni Albanjari #konsen1
(A)
Ikan terdesak
Sampah menyerbu sungai
Bumiku banjir
(B)
Hutan berhijrah
Melesak masuk pesak
Air menghilang
(C)
Tanah digorok
Bumi berlumpur darah
Danau Lapindo

.
(166)
Bambang Kustedjo Soedarjo #KonSen1

(A)
Banjirpun bandang
Ketika hutan rebah
Habis ditebang

(B)
Harapkan hijau
Tanam kembali pohon
Yang dulu tumbang

(C)
Langitpun biru
Saat udara bersih
Tanpa polusi
.

(167)
Teh Zaneta #KonSen 1

A
Sawah digusur
Ladang menghilang kelam
Panenku impor

B
Salak berduri
Durenku dinikmati
Rindu didodol

C
Merah merayu
Berkubang di ulekan
Bunga kecombrang
.

(168)
Anggi Putri W #Konsen1
(A)
asap meruap
dada tersadap sesak
bumiku keruh

(B)
sungai meluap
penduduk jumpalitan
membajak hidup

(C)
pohon menangis
paru-paru dunia
direnggut habis
.

(169)
Nani Karyono #konsen 1

(A)
Gagal sang pawang
Pejabat saling lomba
Banjir mi instan

(B)
Di daur ulang
Kata kata kampanye
Sampah menggunung

(C)
Menanam beton
Peresmian bangunan
Tebangi hutan
,
(170)
Dewi Ratna Damayanti #Konsen 1
(A)
Mentari sangar
Putri malu meranggas
Tanah telanjang
(B)
Mimis menjerit
Sayap bersimbah darah
Aksi pemburu
(C)
Langit menangis
luka bumi terendam
mayat mengambang
,
(171)
Prahara Hujan #konsen 1
(A)
tepian laut
dan bangkai ubur-ubur
dimana sunset

(B)
pagi menjelma
tanah hilang rumputan
embun tak datang

(C)
hujan tak habis
kota jadi telaga
bulan kecemplung
.
(172)
Revi Uchox's #KonSen1

(A)
angin berhembus
Air selebor tanah
si hijau muncul .

(B)
Ikan menari
Jari kaki menerkam
Siparuh girang

(C)
Seperti tumbuh
Banyak pohon beranak
Salahkan pupuk
,
(173)
Cahaya Mentari #Konsen 1
(A)
Rimba tersulut
Karbon mencakrawala
Virus membumi
(B)
Bumi terguncang
Jeritan lalu hening
Jiwa terkubur
(C)
Rimba binasa
Disulap jadi emas
Pebisnis subur
,
(174)
Aceuk Tresna #Konsen 1

A
Agni mengamuk
Akar dan dahan terjungkal
Hutanku rebah

B
Sampah berlomba
Air tenggelam perih
Manusia bejat

C
Makan dimakan
Habitat tidak sehat
Punahlah tanah
.
(175)
Yeni Bintu Chozin #KonSen1

A)
Hutan dibakar
Kebun sawit terhampar
Sedih hatiku

B)
Tikus di sawah
Para petani marah
Rusak semua

C)
Freeport Menggali
Lubang Dimana-mana
Kami merugi
,
(176)
Elok Bagas #KonSen 1
(A)
Banjir melanda
Akibat hutan gundul
Panas dan kering
(B)
Udara bersih
Semakin sulit ada
Karna polusi
(C)
Awan menghitam
Asap dimana mana
Semakin sesak
.
(177)
DĂ© Goeriang Kusmawan #konSen1

(A)
"Abrakadabra...!"
Hutannya hilang, lihat...!
Jadi ilalang.

(B)
Binal nafsumu
Jalang cumbui rimba
Hingga telanjang.

(C)
Hijau pulauku
Biru laut langitku
Dalam lukisan.
.
(178)
Tetyesnat Nataprawira #KonSen 1

(A)
Sakura mekar
Saat di Shizuoka
Kukunjungi anakku
(B)

Tatap yang jauh
Menembus awan putih
Banjir mengepung

(C)
Salju memutih
Di luar jendèlaku
Desember lalu
.
(179)
Kananta Egotika #KonSen1

Negri bahari
Julung julung tergusur
Plastik berenang

Asap industri
Rokok bebas nikotin
Merpati batuk

Kurang lokasi
Lumpur panas dibendung
Wisata duka
.
(180)
Aji Septiaji #KonSen1

(A)
Siang di Garut
Pohon-pohon mengering
Kurang disayang

(B)
Polusi rokok
Bumi resah gelisah
Orang tak sadar

(C)
Subur dan makmur
Tanah kita katanya
Tapi khayalan
.
(181)
Bunyamin Fasya #KonSen1
(A)
Di alun-alun
Duduk di rumput. Bau
kaki menyengat
(B)
Air mengetuk
jalan-jalan tergenang
mobil selancar
(C)
Tikus merayap
Masuk gedung petinggi
Seperti ingus
.
(182)
Abah Fajry #Konsen1 :
(A)
pergi ke bali
/hamparan pasir putih
sungguh indahnya
(B)
bulan desember
jeritan ketakutan
di tanah atjeh
(C)
tsunami datang
mereka kalang kabut
aku berjemur
.
(183)
Rinrin Candraresmi #konSen1
(A)
Semua kera
Mengamuk tak tertahan
Menebang kota
(B)
Kawanan burung
Bersarang di baligo
Bergambar hutan
(C)
Penghuni hutan
Serentak unjuk rasa
Menolak KB
.
(184)
Neni Yuhaenah #Konsen 1
(A)
Pipit mengerang
bulu rontok terpanggang
ozon melenggang
(B)
Air melimpah
sampah nyangkut di rumah
buang sembarang
(C)
Hutan dibabat
satwa menggasak kebun
seringai cukong
.
(185)
Widia Gustiani #konSen1

(A)
Percikan api
Dari puntung rokoknya
Hutan terbakar

(B)
Gunung dikeruk
Truk-truk nunggu antrean
Longsor melanda

(C)
Ini prestasi
Banjir masuk istana
Rakyat melongo
.
(186)
Kardanis MudaWi Jaya
#KonSen1

(A)
bergetar bunga
digoyang angin malam
terkena spilis.


(B)
buat bom ikan
merusak trumbu karang
mulutnya jontor.

(C)
menebang pohon
bencana longsor banjir
dalaman lepek.
.
(187)
Ésép Muhammad Zaini #KonSen1
A
nasib mahoni
ditempel poster caleg
dan sedot WC
B
terlelap tidur
mimpi kayuh perahu
tergenang banjir
C
Menanam beton
berbuah apartemen
kapan dipanen?
.
(188)
Cahyono Soedjadi #KonSen1

(A)

Sungaiku kotor
berderet kapal selam
kuning warnanya

(B)

sama sama dam
Belanda dan Rotterdam
kita terendam

(C)

Polusi angin
keluar lewat kentut
bau semerbak
.
(189)
Adrian Agoes #konSen1
(A)
Di satu desa
Penduduk gosok gigi
Berkumur lumpur
(B)
Di satu kota
Penduduk tak bekerja
Terkungkung banjir
(C)
Di satu negri
Penduduk tak bertani
Tanahnya beton
.
(190)
Nandang R. Pamungkas #KonSen1
(A)
Dari pohon, kan?
Karton untuk berdemo
“Lindungi Hutan!”
(B)
Bukti kampanye
Tol laut jadi nyata
Jakarta Raya
(C)
Minkomankamin
Kuman jadi vitamin
Doa pemulung
.
(191)
Thomz Ward #KonSen1
(A)
sungguh hijaunya
jika semua tumbuh
sejuk terasa

(B)
mataharipun
tersenyum padamu
tanpa teriknya

(C)
sahabat jaga
bumimu untuk kami
tanpa terganggu
.
(192)
Ayie Bukhary #KonSen1

(A)

Dangkal sungai
sampah di ujung ngarai
sulit terurai

(B)

salah membaca
alam raya bersabda
tergenang mata

(C)

bongkah batu
diangkat dari perut
akik di jari.
.
(193)
Rudi Riadi #Konsen1

(A)

Bersama sampah
Keliling sudut kota
Akulah lalat

(B)

Supaya sehat
Bersih-bersih lingkungan
Sambil merokok

(C)

Nikmati alam
Menatap pemandangan
Menghisap knalpot
.
(194)
Oma Neska #KonSen1

(A)
Binatang langka
Pindah ke rumah kertas
: buku cerita

(B)

Di hutan beton
rakus melahap dollar
: tikus parlemen

(C)

Menghemat lahan
pasung perkosa pohon
Bonsai dirantai...
.
(195)
Eneng Iyul
#Konsen1
(A)
Cerobong Maut
Asapmu hitam pekat
Bertopeng uang
(B)
Ogokan plastik
Menggunung menutupi
Pemulung pesta
(C)
Hutanku limbung
Merana tak berdaun
Botak otakku
.
(196)
Ersa Sasmita #Konsen 1

(A)
Rambut terkikis
Khawatir disangka akik
Kututup topi

(B)
Burung pun linglung
Tumbuhan jadi beton
Bingung bersarang

(C)
Hutan tergerus
Banjir bandang menerjang
Rumah diangkut
.
197
Dewi Azza #konsen1

(A)

Telanjang kaki
Melawan deras arus
Jembatan putus

(B)

Panas berpijar
Surya membakar kulit
Ozon menipis

(C)

Ilalang hilang
Kebun berganti wajah
Mal jadi raja
.
(198)
Doddo Abdullah #konsen1
(A)
cuaca dingin
masuk kamar pengantin
malam pertama
(B)
di hutan kota
tongkat kayu dan beton
Jadi tanaman
(C)
hutan dibakar
hati hangus tersulut
api serakah
.
(199)
Nan Keanan #konsen1
(A)
politik bising
kujual pulau pulau
demi kau nyai
(B)
buldozer datang
jangan lagi berladang
mari main golf
(C)
petani punah
makanlah seng dan plastik
dan tertawalah
.
(200)
Aam Hamidah #konsen1

(A)

Istana banjir
Hiruk pikuk opini
Sabotasekah

(B)

Air membanjir
Jalan menangguk sampah
Pemulung senyum

(C)

Betis tersingkap
Om om menelan ludah
Rejekikah
.
(201)
Harry Deker #konSen1
(A)
kiriman tamu
dari bogor katanya
tak di undang
(B)
anaku senang
renang kini geratis
berikut gatel
(C)
sekolah libur
gedung nya ikut renang
belajar renang
.
(202)
R Okke Chandra #KonSen1

(A)
Kuburkan aku
Kafani pakai kresek
Awet Seabad

(B)
Busa berlimpah
Deterjen masuk sungai
Ikan pun “bersih”

(C)
Knalpot terbahak
Orang pada tersedak
Mati perlahan
.
(203)
Seli Desmiarti #KonSen1

(A)
masih teringat
tanah air yang subur
sayang dongengan

(B)
garam di langit
musim kemarau panjang
hujan buatan

(C)
satwa bersedih
hutan hilang pemimpin
tarzan diburu
.
(204)
Thyara Miranty #KonSen1
(A)
Pecinta alam
Bersiul dan bernyanyi
Kencingi pohon
.
(B)
Lemparkan pancing
Di Ciliwung yang keruh
Dapat sepatu
.
(C)
Hutan yang gundul
Sangat elok dipandang
Saat kasmaran
.
(205)
Djalu Padjajaran #Konsen1

(A)

daun bambu pun
menyumbu kimiawi
tinggal sebatang

(B)

dinding sekolah
jadi saksi yang bisu
stop vandalisme

(C)

serumpun bambu
hisap udara pabrik
investasi lah.
.
(206)
Denny Cholid Rachmat Awan #KonSen1

(A)
Hujan dan banjir
Musyawarah kemarau
Semoga damai

(B)
Dipersidangan
Perdebatan yang ketat
Kontes berkokok

(C)
Burung garuda
Dua puluh empat jam
Hinggap didinding
.
(207)
Novy Siti Nurzanah #konsen1

(A)
mereka protes
mengeluh banjir. Warga
di pinggir kali

(B)
Hutan ditebang
tinggal satu. Penebang
ngaso berteduh

(C)
Rimba yang tangguh
gagah perkasa. Kelak
hanyalah dongeng
.
(208)
Ayém Cépian #KonSen1

( A )

hutan terbakar
pemadam cepat datang
tak bawa air

( B )

mengunyah uang
saat alam diregang
tak mungkin kenyang

( C )

angin mengering
kelakarnya menjerit
api dan hutan
.
(209)
Sri Mulyani #KonSen1

(A)
Lampunya mati
Kompak berjuta lilin
Di rumah warga

(B)
Sumpah jabatan
Kado untuk koruptor
Ke suka miskin

(C)
Pocong bersumpah
Tidak akan korupsi
Di tanah abang
.
(210)
Nur Achmad Rus #konsen 1

A
gedung mentereng
pesawahan terkapar
lapar menganga

B
kita bergaya
angkik berpesta dansa
longsor membanjir

C
alam meringis
terinjak kasut iklan
pencinta alam
.
(211)
Mira Rosana Gnagey #Konsen1

(A)
Kampanye hijau
Taman Kota Bertambah
pedagang panen

(B)
Banjir mengepung
protokolerpun sibuk
Tangan melambai

(C)
Menggali tanah
satu mayat sepetak
megah shoping mall
.
(212)
Aank Hantomi .
#KonSen1
(A)
Air Citarum
Terminum hingga kencing
Bercabang dua

(B)
Kuternak kambing
Semuanya betina
Takut beranak

(C)
Tanam alpukat
menjadi pohon nangka
Ah, dasar senryu
.
(213)

Efri Aditia #KonSen1

(A)
Hutan Perawan
Tersibak selendangnya
Ganggu nafasmu

(B)
Air Lautan
Kehilangan birunya
Rusak mandimu

(C)
Nir kata-kata
Alam membincang hidup
Di balik dada
.
(214)
Laila Kurniawaty #konSen1
(A)
Langit menderum
Hawa menggigit malam
Jangkrik berdendang
(B)
Telur terpendam
Escavator menggeram
Maleo padam
(C)
Sampah buanglah
Jendela terbukalah
mobil bersihlah
.
(215)
Zulkifli Songyanan IX #konSen1

(A)
Hutanku gundul
Ingat kepala bapak
Utang semata.

(B)
Sebatang sungai
Ngalir senantiasa
Di ranjang hanya.

(C)
Hujan melulu
Banjir di mana-mana
Tuhan di mana?
.
(216)
FE Sutan Kayo #KonSen1

A
Batu batu
Melingkar dijari manis
bumi pun ompong

B
Ikan terbang
Hutan adat melayang
Tinggal nisan

C
Musim kemarau
Sawit beranak sabun
Hutang mengkilat

.
(217)
Juned Topan #KonSen1
(A)
Pupuk kimia
Rekayasa genetik
Rapuhkan tanah
(B)
Bumi di kuras
Sepi tak ada gugat
Bangsa yg gagap
(C)
Hutan di babat
Satwapun turun gunung
Perutnya busung

Selasa, 17 Februari 2015

Vanera El-Arj Penyair Yang Pulang

EL, PENYAIR YANG PULANG


Oleh Muhamad Rois Rinaldi *(

Dalam lingkaranMu, yang kucoba pahami adalah cinta. Namun selalu yang engkau minta aku pahami adalah duka. Kini dalam purnama, luka dan duka adalah dua jiwa dalam satu nyawa bernama Cinta; menjadi aku yang senantiasa menjadi purba dalam lautan pemahaman dan makna tanda baca. Engkau dan hanya Engkau tujuanku, dan kerelaanMu yang kucari. Engkau lebih mengerti jalan mana yang harus kulalui. (Vanera El-Arj)

I/
Saya tidak bisa mengaku bahwa saya mengetahui banyak hal tentang Vanera El-Arj. Tidak, sungguh tidak banyak yang saya ketahui mengenai Vanera, atau El, atau Va, atau panggilan-panggilan kasih sayang lainnya yang beragam ditujukan padanya.  Karena begitu banyak hal yang tidak saya pahami darinya, baik dari caranya diam atau caranya bicara. Meski demikian, sebagian kecl yang mulai saya pahami darinya, karena perkenalan dengannya tidak dapat dikatakan sebagai perkenalan yang singkat. Sekitar tahun 2011-2012 saya mulai mengenalinya, bukan dari nama atau rupa, melainkan karya yang saya baca dari buku yang diterbitkan Sembilan Mutiara. Entah apa judulnya, mungkin Guci Berdarah atau Kamboja. Buku itu hadiah dari Noor Aisya, penyair Singapura yang karya-karnyanya juga tergabung di dalamnya.

Saya sempat mengatakan pada Noor Aisya bahwa saya suka puisi yang ditulis oleh penyair bernama Vanera El-Arj, tentu lengkap dengan catatan-catatan kecil yang saya minta agar disampaikan pada Vanera El-Arj (kemudian saya lebih merasa akrab memanggilnya, El). Saya melihat potensi kesadaran jiwa yang besar dalam diri seorang El. Potensi kesadaran itu yang akhirnya membuat saya kerap memaklumi berbagai hal teknis yang dilalaikan.  Sebagian ahli sastra mungkin akan menanggapnya sebagai kesalahan elementer, sementara saya kadang menyepakati kadang tidak, tergantung mana yang lebih bermanfaat.

Lelaki kelahiran Wonosobo 13 April 1989 yang memili nama asli Ahmad Muadzin El-Zahid ini kemudian cukup menyita perhatian, meski saya tidak selalu menunjukkan ketertarikan dengan cara yang verbal. Saya dan El kemudian dipertemukan melalui media sosial, Facebook. Dimulailah penelusuran-penelusuran saya terhadap penyair muda berbakat ini. Melalui obrolan di berbagai kesempatan, ia lelaki yang tidak banyak bicara. Kalimat-kalimat yang digunakan cenderung singkat dan padat. Dari kalimat-kalimat padat dan singkat itu, saya menemukan kedalaman cara pikirnya: tenang dan sangat hati-hati. Bagi saya, ketenangan dan kehati-hatian dalam diri anak muda berusia 20-an merupakan gejala langka. Sebagaimana kita ketahui--apalagi di zaman serba panas ini--manusia lebih senang dengan ketergesa-gesaan dan kepanikan. Mengetahui potensi kematangan emosional yang dimiliki El, saya semakin optimis, pada waktunya ia akan menemukan maqam puisi yang cemerlang.

Alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum Islam Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo yang aktif menulis sejak tahun 2003 ini, rasanya tidak berlebihan jika dianggap sebagai penerus keusastraan Indonesia yang layak diharapkan.  Selain kematangan emosioanal ia juga memiliki semangat berkarya yang menggembirakan. Akan tetapi, harapan adalah harapan bukan keputusan yang dapat dipegang teguh kepastiannya. Pada 29 Desember 2014, saya ditelpon Arafat AHC, penyair Demak--yang juga sahabat saya--menyampaikan kabar bahwa Vanera El-Arj pulang ke pelukan Gusti Allah. Dengan suara yang memberat dan napas yang agak patah, saya berkali-kali menanyakan pada Arafat mengenai kebenaran kabar tersebut. Saya sempat berusaha atau sebut saja berharap Arafat sedang bercanda. Sayang sekali, Arafat tidak memberi saya ruang untuk berharap lain, El telah pulang lantaran penyakit radang selaput otak yang dideritanya dan saya yang sudah lupa kapan terakhir kali meneteskan airmata, tidak sanggup menahan tangisan. Penyair muda yang sudah saya anggap seperti adik sendiri pulang begitu cepat: di usia 25 tahun, di mana ia sedang begitu keras memperjuangkan harapan-harapannya. Bukan tidak mengikhlaskan, tetapi manusia pada suatu perpisahan kerap tidak sanggup menampik kesedihan.

Saat keadaan lebih tenang, saya mulai mengingat-ingat: ketika El muntah darah di Cilegon dalam Temu Penyair Asia Tenggara pada Oktober 2014, saya--meski sangat khawatir--tidak menduga bahwa darah sebagai pertanda pertahan badan El sudah di ambang batasnya. Atas informasi dari Arafat, saya meminta tim saya untuk mengantarnya ke klinik terdekat. Sepulangnya dari klinik, saya menanyakan kepada tim saya ihwal hasil pemeriksaan dokter, tapi rupanya El sengaja tidak mengaja tim saya masuk sehingga tidak ada informasi yang saya dapatkan mengenai penyakitnya. Saya juga tidak bertanya pada El, karena ia pasti akan menjawab bahwa ia baik-baik saja. Jawaban yang kadang sulit saya terjemahkan, kemana arah dan muara 'baik-baik saja' itu.

Setelah kegiatan Temu Penyair Asia Tenggara selesai, saya, Dimas Indiana Senja, Ka Tyo, dan Arafat memutuskan untuk berwisata alam ke Baduy Banten.  El pun tampak begitu bersemangat, bahkan ketika akan naik ke Baduy Dalam yang harus menempuh 4-5 jam pendakian, ia tidak sama sekali mengajukan protes atau tampak lelah. Saya yang mengajukan protes, karena fisik saya yang tidak memungkinkan juga kesehatan El yang masih mengkhawatirnya. Wal hasil, kami hanya berputar-putar di wilayah yang tidak terlalu tinggi. Dalam perjalanan itu, berkali-kali saya melihat begitu banyak yang ia sembunyikan. Semacam kegelisahan tapi bukan kegelisahan, semacam ketenangan tapi bukan ketenangan yang sebagaimana biasa saya temukan di mata kebanyakan orang. Sikap El, secara langsung membuat saya begitu ingin bicara banyak dengannya.

Sambil menunggu Arafat dan Dimas selesai belanja pernak-pernik Baduy, saya dan El memilih duduk santai di jembatan rotan. Ia memegang setangkai ranting dengan kaki yang terjulur, sedangkan saya dengan tangan kosong, sesekali menyentuh kakinya. Selain bicara mengenai pohon-pohon besar yang mulai langka dan tentang bagaimana air mengalir dari sumber ke muara, ia juga banyak bicara tentang kebaikan, ketulusan, dan pengorbanan manusia atas manusia. Saya berusaha tidak banyak bicara--aslinya saya sangat cerewet--dan dengan khidmat mendengarkan setiap kalimat yang diutarakan El. Hanya sesekali saya menimpali dan mengingatkan agar El tidak lupa minum obat.

Tentu tidak hanya saya yang punya cerita, Mirza Sastroatmodjo (Kudus) yang sempat sekamar dengan El, mungkin punya banyak cerita di bulan-bulan terakhir menjelang kepergian El. Tetapi, baiknya kita tidak terlampau melankolia, toh, El pernah bilang, bahwa segala yang ada di dalam dirinya suatu ketika akan hilang dari kefanaan. Saya takut El tidak merestui jika banyak cerita tentang dirinya. Cukuplah pembaca tahu, El adalah penyair muda yang dimiliki Indonesia. Penyair yang pulang dengan segala keheningan yang ditinggalkan di kepala dan jiwa orang-orang yang dekat dengan dirinya, dan mungkin keheningan itu akan masuk dalam kepala jiwa para pembaca.

II/
Mengenai asal mula rencana penerbitan antologi puisi ini. Rasanya belum sampai tiga hari setelah kepulangan El, banyak inbok Facebook yang masuk. Inbok-inbok tersebut dengan redaksi yang berbeda menyampaikan isi yang sama: El ingin menerbitkan antologi puisi tunggal, itu harapan yang tidak dapat ia realisasikan semasa hidupnya. Noor Aisya (Singapura), Anna Mariyana (Kalsel), dan Dimas Indiana Senja (Yogyakarta) juga menyampaikan hal yang serupa. Dalam hati sempat terbersit rasa bersalah dan permohonan maaf, "Maafkan kami, El, kami benar-benar terlambat!"

Meski merasa terlambat, tidak jadi alasan untuk tidak menerbitkan puisi-puisi Vanera El-Arj. Persoalannya kemudian, bagaimana cara menerbitkannya?Menerbitkan antologi puisi bukan perkara mudah, lantaran puisi masih jadi anak tiri dalam khazanah penerbitan masa kini. Ternyata apa yang sempat saya duga akan sulit, tidak demikian nyatanya. Kawan-kawan yang mengenali dan dekat dengan El, antusias menyambut rencana penerbitan antologi puisi tersebut. Pustaka Senja Publishing, Sembilan Mutiara Publishing, dan Lentera Internasional secara serempak menyanggupi. Tentu saja beradasarkan kemampuannya masing-masing. Selain itu, banyak kawan yang juga turut mendukung secara personal. Nama-nama yang saya rahasiakan beradasarkan permintaan yang bersangkutan. Sungguh, keterlambatan ini tidaklah menjadi sia-sia. Penerbitan antologi puisi Vanera El-Arj adalah jalan yang layak ditempuh. Karena jejak seseorang yang 'berarti' tidak boleh begitu saja dihapus dari setiap ingatan.

Kendala lain kemudian muncul, bukan mudah pula mengumpulkan puisi-puisi El, tidak ada yang tahu di mana El menyimpan semua puisinya. Jalan yang ditempuh akhirnya mengumpulkan puisi-puisinya yang sudah diterbitkan dalam buku, di catatan facebook, maupun yang ada dalam dokumen pribadi kawan-kawannya El. Dengan demikian, boleh jadi puisi yang diterbitkan tidak secara keseluruhan sudah sampai pada tahap pematangan si penyairnya. Dalam hal ini, berdasarkan masukan kawan-kawan, editor disarankan untuk tidak mengubah kata perkata dalam puisi El sebagaimana yang terjadi pada puisi Chairil Anwar. Alasannya sederhana, untuk menyuguhkan kemurnian penciptaan dan tidak menyimpangkan orientasi pesan penyair.

III/
Seperti apa sesungguhnya puisi-puisi El, dan apa sesungguhnya yang ingin disampaikan penyair sebelum ia pulang ke keabadian? Banyak! Begitu banyak yang ingin disampaikan. Sebagaimana penyair pada lazimnya, El ingin menyampaikan kegelisahan-kegelisahannya mengenai hidup dan kehidupan. Di mana ia kadang meletakkan dirinya sebagai objek dan kadang sebagai subjek atau kadang tidak berada di keduanya. Hal yang paling spesifik dan yang saya tandai dari puisi-puisinya adalah cinta yang tidak profan. Cinta yang begitu ia sakralkan sebagai inti atom pemikiran-pemikirannya. Penyair ini tampak bersikeras mengurai nilai-nilai cinta dalam berbagai aspek, sebagaimana dalam penggalan beberapa puisi berikut ini:

...
Catatan-catatan yang pernah kutulis dan akan kupelajari yang selanjutnya berharap aku memahaminya seakan-akan tak pernah ada. Yang kurasai selalu engkau masih dalam satir yang begitu dalam - misteri yang begitu gelap. Sedang siluetmu senantiasa melambaikan tangan agar aku lekas memelukmu.
...
(Akan Engkau)

...
Aku masih terus mencari aku-engkau
dalam jasad yang satu.
Sebagaimana aku
berusaha meleburkan aku-ku ke dalam jiwamu
...
(Rindu yang Gelap)

...
Kau masih saja sebagai misteri
dalam otakku yang kecil,
dalam hatiku, kandil.
meski kau ada
bersama sepanjang sejarah:
Nafas
...
(el-Firzh)

...
maukah engkau mengajakku duduk di beranda atau sekedar duduk di teras, pun bahkan apabila duduk-duduk hanya di tepi jalanaku sungguh merasa sendiri, dan berharap engkau berkenan menyapamengajakku bercerita tentang entah tentang brantahmelahirkan diskusi-diskusi konyol penuh tawa, juga mempuisikan hidup yang semakin membuat lena seperti tragedi telenovela
...
(I am Still Alone)

...
Dan benar, sebentar saja sinar matahari yang jatuh ke permukaan tanah tikungan sebelum jembatan itu merubah suasana angin yang berkesiur. Sedari subhuh yang masih sayup, waktu itu masih hanya sekedar seberkas sinar putih yang menembus fajar
...
(Tikungan Sebelum Jembatan)

Begitulah cara El, menyelipkan Cinta dalam puisi-puisinya,  kadang kata 'cinta' digunakan sebagai penegas keberadaan cinta dalam cinta sang pecinta dan kadang ditiadakan untuk menyembunyikan tirakat cinta sang pecinta cinta, tanpa menghilangkan esensi cinta itu sendiri.

Selain cinta atas pengertian yang luas dan dalam, ada hal-hal yang dapat diperhatikan melalui puisi-puisinya, yakni kesadaran mengenai 'kematian'. Begitu banyak soal kematian yang ia tulis, baik kematian yang ditulis dengan tegas ataupun dengan samar dan nyaris sulit diterka. Bahkan pada 12 November 2014 sebelum akhirnya saya dan kawan-kawan tidak dapat berkomunikasi dengan El baik melalui facebook maupun handphone, ia mengirimkan puisi terakhirnya melalui inbok:

Dalam Cahaya

Kau
dan aku adalah jarak;
melebur dalam cahaya.

Grand Mangkuputra, Cilegon, 23 Oktober 2014

Tanpa Alas

Tanpa alas kaki Sang pejalan
tak berhenti sampai
cahaya tak silaukan mata.

Cilegon, Dzulhijjah 1435 H

Apakah dua puisi di atas sebagai isyarat atau firasat? Apapun, firasat atau isyarat sesungguhnya bukan hal yang amat sangat tidak dapat disentuh manusia. Pada dasarnya, alam semesta senantiasa memberikan sinyal pada jiwa manusia, mengenai hal-hal yang tidak kasat. Tidak heran, jika kemudian penyair mempu menangkap sinyal-sinyal itu, terlepas dengan sadar atau tidak.  Karena simpul-simpul kehidupan, uraian-uraian kejadian, serta rahasia-rahasia sesungguhnya tertutup dan terbuka.  Manusia dapat menangkap itu, tentu saja pada batas-batas kesanggupannya semata.

Dari berbagai kenangan yang masih terawat oleh ingatan, hal yang paling dekat adalah status yang ditulis El pada 29 November 2014, sebulan sebelum ia berpulang. Dalam statusnya tersebut, El dengan sangat gamblang meminta doa kepada kawan-kawannya agar didoakan husnul khatimah. Meski beberapa kawan mengamini status tersebut, tentu tidak ada yang menyangka hanya berjarak 30 hari El benar-benar pulang, semoga juga benar-benar husnul khatimah sebagaimana pengaminan sahabatnya, Rini Intama dan kawan-kawan dalam status.

Lebih sederhana, barangkali perlu ditarik juga ke ranah yang lebih logis dan memungkinkan dapat diterima dengan mudah: El sesungguhnya tengah membangun kesadaran-keadarannya sebagai seorang manusia yang penyair atau sebagai penyair yang manusia. Bahwa segala yang baru akan rusak dan hilang. Setiap yang dilahirkan akan menemukan kematian:kesinambungan kesadaran akan hakikat dunia dengan kefanaannya serta hakikat alam akhirat dengan kekekalannya. Rasanya, apa yang dipikirkan dan direnungkan oleh seorang Vanera El-Arj sangat penting dan perlu juga direnungkan oleh kita semua.

Mengenai kepulangan penyair ini, tidak ada yang terbaik selain doa dari semua pembaca. Diharapkan kesediannya mengirim alfatihah bagi El (Ahmad Muazin El-Zahid). Sebagai penutup, bacalah penggalan puisi El yang seolah sebagai wasiat bagi keluarga, sahabat, dan kerabat. Wasiat yang memberikan rambu-rambu bagaimana mengenang seorang Vanera El-Arj:

...
aku ingin mengenangmu bukan dalam takutku,
aku ingin mengenangmu bukan dalam tangisku,
aku ingin mengenangmu bukandalam bimbang dukaku,
namun....
aku ingin mengenangmu dalam cinta
...
(AKU, KAU dan DIA)


*(Muhammad Rois Rinaldi, penggiat sastra, tinggal di Kramatwatu, Banten.

Mirza Sastroatmodjo (kiri) dan Vanera El-Arj (kanan) sedang makan kacang, di hotel Grand Magkuputra Cilegon 24 Oktober 2014.Mirza Sastroatmodjo (kiri) dan Vanera El-Arj (kanan) sedang makan kacang, di hotel Grand Magkuputra Cilegon 24 Oktober 2014.