Rabu, 18 Februari 2015

Kontes Senryu 1



(1)
Sri Lestari Sulaiman #KonSen 1
A
Lestarikanlah
Keperawanan laut
Dicumbu turis
B
Sungai menangis
Ternoda limbah haram
Pilu merana
C
Hutan menjerit
Hingga tak bersuara
Si Jagal tamak
.

(2)
Nia Kurniawati #KonSen1
(A)
Gempa melanda
Di setiap provinsi
Salah siapa

(B)
Hutan terbakar
Penghuninya teriak
Tak tentu arah

(C)
Penagantin baru
Larut dalam birahi
Mengejar mimpi

.

(3)

Edi SangWinduraja Wangisutah #Konsen1
A
Jauh di sana
Hamparan daun hijau
Surga dunia
B
Ingin ku gapai
Butuh ribuan langkah
Nikmati indah
C
Puncak inilah
Surga yang ku maksudkan
Puncak Ciremai


(4)

Entjep Sunardhi :
#KonSen1

(A)
banjir Jakarta
Katulampa bicara
bisa berdamai

(B)
cekungan Bandung
pecah air melimpah
rendam Cieunteung

(C)
tumpukan sampah
hiasan warga kota
gambaran nyata

(5)
Asmat Sulitnih #KonSen1

(A)
Hutanku luas
Hatimu buaskan ?
Pantas banjir lah

(B)
Hawa gunung wah
Vilamu bertambah trus
Bukitku hangus

(C)
Lautku kaya
Nelayanku kok miskin
Tukan negriMu
.

(6)
Kang Ramdan #konSen1
(A)
gadis pualam
memakan banyak korban
timbulkan longsor
(B)
di gang sebelah
meruap bau sampah
sumpah serapah
(C)
menangkap ikan
pakai bahan peledak
preman di laut
.
(7)

Tilua Abdul M #konsen1

(A)
Kota bersolek
Abaikan jerit alam
Sungai menghitam

(B)
Warga siaga
Mata lihat kehulu
Katak berjingkrak

(C)
Banjir tlah tiba
Waktunya cuci mata
Sedekah paha

(8)
Hendrico Z Ricko #KonSen1

(A)
jaring nelayan
tarik menari etnik
ikan menangis

(B)
terkata diam
pantai teriak kotor
buih menghitam

(C)
tetes di daun
ruh tak segar didenyut
ranting merapuh
(9)
Bunga Edelweis #KonSen1

A
Baru bebenah
Hujan turun kembali
Bebenah lagi

B

Rumah di tingkat
Bukannya banyak duit
Biar ga basah

C

Banjir melanda
Kiriman dari Bogor
Bukan Asinan

(10)
Abah Ialah #KonSen1

A
Villa disemai
Ciliwung panen air
Jakarta banjir

B
Kodok tertipu
Ojek payung kecewa
Global warming

C
Ikan menangis
Temannya tinggal sampah
Sama penjarah
(11)
Anita Rohani #KonSen1

A
Camar terkapar
Hawa bumi terpapar
Bau badanmu

B
Maafkan jika
Bumi semakin berat
Aku beranak

C
Obat mujarab
Sembuh semua sakit
Air Mbah Dukun

(12)
Harie Wirayudha #Konsen1
A
Papan terpangpang
Jagalah kebersihan
jadi hiasan
B
Dimana sawah
kini gedung bertingkat
cangkul bertanya
C
Tak ada kicau
burung pindah kekota
Hutan terdiam

(13)
Riki Zip #Konsen 1
(A)
Mau Ke Hutan
Terbayang Suasana
Kepala Gundul
(B)
Alam Tak Asap
Asap Bulat Asap Love
Asap Love Sumbing
(C)
Polusi kota
Transportasi tradisi
Forboden Delman

(14)
Japar Sodik #KonSen1

(A)
hujan mengguyur
aku tak makan sayur
kuman bercampur

(B)
kaki tergenang
sungai bersih terkenang
kini menghilang

(C)
jakarta banjir
bogor yang disalahkan
no perubahan

(15)
Michel Jhon # KONSEN 1

( A )

Sapi diperas
Susu minum semua
Susuku anak

( B )

Hujan menderas
Pengantinnya beruang
Undangan banjir

( C )

Melamar pawang
Amankan Pesawatnya
Biar selamat

(16)
Sri Paudwal #KonSen1
(A)
Ketika hujan
Bumi pasrah menadah
Banjir meraja

(B)
Mencari hidup
Menantang ombak laut
Ikanpun hilang

(C)
Kemarau tiba
Juragan jadi herder
Air dipundak

(17)
Sona Sonjaya #KonSen1

(A)
Hey .. Setan gundul
Hentikan ulah busuk
Hutanku gundul

(B)
Langit berdangdut
Kilat bergoyang dumang
Bumipun basahhh

(C)
Banjir menyapa
Lupa harta, derita ..
Waktunya selfie

(18)
Valen Idealistino #KonSen1
(A)
Dimana hutan
Mal juga perkotaan
Perkosa lahan
(B)
Lahanku hilang
Pohon ganti profesi
Furnitur jadi
(C)
Pergi ke laut
Terumbu karang mati
Tinggal bikini

(19)
Cahaya Qolbu #Konsen1

(A)
Retak ditanah
Bumi meleleh lahar
Pemanasan global
(B)
Pohon rindang
Burung berkicau, serbu
Berdemo orasi
(C)
Hujan februari
Mengguyur semua kota
Banjir di Ibukota

(20)
Ratna Ningrum #konsen1

(A)
Hujanpu turun
waktu menjelang pagi
tarik selimut
(B)
Air melimpah
merendam rumah rumah
banjir jadinya
(C)
Jalan terendam
hujan semakin lebat
anginpun kencang
(21)
Wangsa Urang Subang Pituin #Konsen1
(A)
Alamku elok
Namun tak bersahabat
Ulah sang insan

(B)
Duhai bumiku
Penghunimu musuhmu
Musibah datang

(C)
Indonesiaku
Subur tanahmu gersang
Budi bangsamu

(22)
Sang Penikmat #Konsen1

(A)
Penebang liar
Fikir sebelum jadi
Tanah bicara

(B)
Cintai sampah
Jangan asal dibuang
Ambil manfaat

(C)
Sebelum tiba
Limbah pabrik sulap
Menjadi karya

(23)
Achmad Masih #KonSen1

(A)
Air kemasan
Isi limbah berlabel
Dipalsu juga

(B)
Aroma padi
Nasi wangi de de te
Percepat kenyang

(C)
Lukisan alam
Sampah karya indah
Industri kreatif?

(24)
Endang Djumena #konSen1
(A)
hujan terhenyak
tak bisa tembus bumi
rumputnya plastik

(B)
bumi digali
akik jadi sensasi
mendulang uang

(C)
botak di puncak
tengah limpahan sampah
banjir Cieunteung


(25)
Nining Rosita #KonSen 1

(A)
Indonesiaku
Gemah ripah katanya
Loh dikorupsi?

(B)
Negri Maritim
Turis-turis terkagum
Laut bajigur

(C)
Lumbungnya padi
Kini jadi industri
Karawang goyang

(26)
Maman Aqualink SuRachman Rachman #konSen1

(A)
Gaun berkibar
Mal bertabur cahaya
Manequin ghaib
(B)
Belah durian
Batal. Penghulu urung
Terjebak banjir
(C)
Jalan beraspal
Bebek bersepatu. Lecet
Mencari empang

(27)
Endang Kasupardi #KonSen1

(A)
Hutan terbakar
Kabut membumbung tinggi
Menjadi imigran
(B)
Banjir semalam
Rumah di pinggir jalan
Banyak tontonan
(C)
Meronda malam
metik jagung tetangga
Menunggu maling

(28)
Denis Hilmawati #KonSen1
(A) Batok kelapa
Telah masuk istana.
Hidangan Raja.

(B) Sang pengembara
Daki bukit dan gunung
Tertutup beha

(C) Ya..........Anggrek Hitam.
Mahal karena langka
jangan diobral

(29)
Dewi S. Soerono #Konsen 1
(A)
Polusi berat
Pabrik dan kendaraan
Aku sekarat

(B)
Tak jadi mandi
Kain dililit sudah
Kali beracun

(C)
Banjir kiriman
Katanya dari Bogor
Memangnya pesan ?

(30)
Andri Pituin Cianjur #KonSen1

(A)
hulu ke hilir
ikan mencari air
telat berfikir
(B)
kecebong sawah
terlindas roda kota
lempung menggunung

(C)
belalang desa
pintar memainkan golf
lupa rumahnya
(31)
Mila Jingga *

#Konsen1
A
Laut diuruk
Abai ekosistim
Manusia tamak

B

Karang poranda
Biota laut gamang
Tunggu binasa

C

Sampah berserak
Pasir pantai mabuk
Manusia norak

(32)
Tatin Sardjiman #KonSen1

(A)
Sawahnya sepi
Ulat merajalela
Burung dikurung

(B)
Selalu banjir
Jalannya dinaikan
Airnya pindah

(C)
Hamburkan tisue
Pohon habis ditebang
Lap pake kain
.
(33)
John Darkun #KonSen 1
(A)
Kemarau banjir
Hujan api membakar
Musim terkapar
(B)
Memupuk tanah
Gersang tandus jadinya
Bahan kimia
(C)
Di kotakota
Ekosistem berubah
berdarahdarah

(34)
Aidah Lembayung Senja #KonSen1

(A)
Merumpun gigil
Kami tidak sekolah
Semesta basah

(B)

Si jago merah
Rumput bergoyang mesra
Terinjak kaki

(C)

Daun tak rindang
Kawanan burung terbang
Alam pun murka
.
(35)
Amaiso Nensy #KonSen1
(A)
hijaunya daun
asrinya keindahan
hanya lukisan
(B)
alam semesta
berharap kebersihan
namun kecewa
(C)
udara pagi
hampiri bumi ini
dengan polusi
.
(36)
Noor Sutji Pasgatwati #konSen1
( A )
Desah cemara
Terjerat cinta duda
Beranak lima

( B )
Katak menari
Tersedak niat istri
Menikah lagi

( C )
Banjir meraja
Berlari tak kuasa
Pipis celana

(37)
Kang Nded #KonSen 1
(A)
Tertidur lelap
Mimpi indah berlayar
Kasur di sungai
(B)
Motor kreditan
Terendam air banjir
Indahnya hidup
(C)
Menanam batang
Tak tumbuh juga daun
Istriku hamil

(38)
Arsyad Indradi #KonSen1
(A)
Kupungut sampah
Jadilah bunga plastik
Penghias kamar
(B)
Melempar mangga
Terkena sarang lebah
Langkah seribu
(C)
Tumpukan sampah
Diolah jadi pupuk
Tanaman subur

(39)
Arie Gadho #Konsen1

(A)
pakaian mahal
sayang terciprat air
kodok berjalan

(B)
bunyi peluit
tanda usai bermain
jeb! kodok K O

(C)
si pungguk bingung
bulan terlambat datang
srigala ngumpet

(40)
Eni Setiani #konSen1

(A)
Di belantara
Pembalak tunggang-langgang
Diserang tawon

(B)
rimba ku sayang
diganyang tangan panjang
si perut besar

(C)
Rumputnya hijau
Sayang rumput tetangga
Menelan ludah

(41)
Wachyu Pras #konsen1

A
musim penghujan
perahu bersliweran
di jalan raya

B
hutan keramat
dijarah konglomerat
jatah pejabat

C
bebukit emas
digali dan dikuras
rakyat dilibas
.
(42)
Aberijlain Gomar Samsara #KONSEN1

(A)
selokan mampet
ada bantal bersayap
banjir sendiri
(B)
jalan berlubang
ditanam pohon pisang
berbuah saran?
(C)demam berdarah
lain demam daerah
aideh safety

(43)
Demas Pradita Elsobira #Konsen1
(A)
Hutan ditebang
Satu pohon tak tumbang
Jagoan debus

(B)
Air Citarum
Bagaikan kopi susu
Dirubung semut

(C)
Penduduk padat
Kumpulkan di lapangan
Bulldozer saja

44
Yusuf S. Martawidénda #KonSen 1

A
Surya dan bulan
Ingin ganti posisi
Bumi tertawa

B
Mengeluh air bah
Sungai dilanda sampah
Susah berubah
C
Mencukur bumi
Jagat murka sekali
Tuyul raksasa
.
45
Ilusi Bintang Penyendiri #konSen1

A
hutannya botak
juragan pangkat edan
binatang hilang

B
hujannya besar
gorong-gorongnya hilang
mancing di jalan

C
deru mesinya
jadi kelapa sawit
monyet berdasi
.
(46)
Asep Sumekar Januar #konSen1
(A)
Sampah menumpuk
Kota kembang nan cantik
Jalanan busuk

(B)
Hutan ditebang
Lubang Ozon menganga
Cuaca ekstrim

(C)
Kota kembang
Dulu indah dan harum
Layu dan banjir
.
(47)

Yumma Loranita Theo #KonSen1

A
Tanah Air
Tanahnya penuh plastik
Air berbusa

B
Tanah Air
Tanahnya jadi genting
Air tercemar

C
Tanah Air
Pinjaman anak cucu
Disia-sia
.
(48)
Eman Rais #Konsens 1

A. Perut kencang
Melilit kelaparan
Itu kahitutan

B. Kuda pedati
Lahapi sinom asem
Lalu bergulingan

C. Terbaring lesu
Perawat seliweran
Siap badotan
.
(49)
Siti Halimah #konsen1

(A)
Air menghitam
Biota laut terkapar
Tanker bersandar

(B)
Ratap petani
Sawah berubah wajah
Pabrik berdiri

(C)
Alam membisu
Pohon rindang hilang
Telan bencana
.
(50) Lucius Tanaka
#Konsen 1 A
Pelangi Jingga
Dirundung sepi bintang
Menanti malam
B
Secarik kertas
Tergores warna pena
Suram mencekam
C
Terangnya lilin
Menutup sepi malam
Penggati surya
.
(51)
Alburhan Ash-shiddiq #Konsen1

(A)
Monyet di hutan
Rumahnya dimusnahkan
Mereka berang

(B)
Monyet di kota
Ingin hutan kembali
Bikin puisi

(C)
Wakilnya monyet
Hobinya jual aset
Hutan dan tambang
.
(52)
Ruhiyat Rael #konsen1
(A)
Dimana hinggap
Burung ditanya pecinta
Ditiang listrik
(B)
Dimana rimba
Pesona alam bermimpi
Dicukur bapak
(C)
Sungai menguning
Hobi pipis sembarang
Anak berenang
.
(53)
Teguh Ginanjar Purnama Alamsyah #KonSen1
(A)
dataran banjir
longsor datang menggunung
si loreng bingung
(B)
sawah dibajak
kerbau teriak embo
tinggal wasiat
(C)
sembah belalang
lading patah tercebur
terlanjur basah
.
(54)
Elli Sagara Nitis #konsen1
(A)
Bumi membias
Gedung-gedung berhias
tak ada beras

(B)
Sawah ditumpas
Kerbau-kerbau pun bebas
Buruh memelas

(C)
Sawah pun amblas
Jadi hotel berkelas
Rakyat tertindas
.
(55)
AR Munggaran #KonSen 1
(A)
buldozer garang
semak belukar tegang
engkau mengerang

(B)
hutanku gundul
bukit tinggal separuh
burungku hilang

(C)
pohon meranggas
perut bumi kau remas
burungmu lemas
.
(56)
Ang Jasman #Konsen 1
(A)
Berharap cerah
Hujan riang mengantri
Popok berkibar
(B)
Malam gerimis
Di celah retak genting
Bulan menggoda
(C)
Berbedak debu
Di macet ibukota
Buru gorengan
.
(57)
Dodi Suwandi #Konsen1

(A)
Tembang gergaji
kidung di bukit gundul
Semut mengungsi

(B)
Janda kembang
mandi di sungai kering
pantat mengambang

(C)
Hutan sengsara
babi menjarah kampung
monyet mengemis
.
(58)
David Darmawan Siswandi #KonSen1
(A)
air bah laju
kepakan sayap hilang
salah sendiri

(B)
Panas menyergap
alam terbakar riuh
kompor meleduk

(C)
Cintai alam
kepung nurani diri
hanya nyanyian
.
(59)
Eulis Watidihati #KonSen1

(a)
MENGGANTANG ALAM
SELAKSA AWAN
TEMARAM SURAM

(b)
Cahya Harapan
Kitari Kidung Rindu
KUncup Gerhana
a
(c)
Hutan Memerah
Barisan Hewan Punah
Di Renggut Alam
.
(60)
Fahrudin Ali Ahmad #KonSen1

(A)
Di pasar tumpah
Ragam dagangan murah
Limbah melimpah

(B)
Musim penghujan
Sampah buang sembarang
Banjir mengancam

(C)
Pohon ditebang
Kepodang hilang sarang
Habitat tumbang
.
(61)
Usin Muhsin #konsen1

(A)
Kubangun rumah
Tanpa sepotong kayu
Hijaulah hutan

(B)
Asap menyebar
Sang penikmat melengos
Hadirin batuk

(C)
Seonggok sampah
Kelamaan menggunung
Bau menyebar
.
(62)
Maulana Hasannudin #KonSen1
A
kau buang sampah
seperti makan nasi
yang penting habis

B
Rumahku basah
Tanahku juga basah
Hujannya betah

C
Wahai gergaji
Mengapa engkau mau
Potong pohonku?
.
(63)
Pianno #KonSen1

(A)
Gunungku gundul
Tinggal rumput merambat
Dalam celana

(B)
Pengantin baru
Tolak jadi pengungsi
Ketika banjir

(C)
Citarum hitam
mengandung air kencing
Pabrik-pabrikan
.
(64)
Robinson Munte #KoSen1
(A)
Kemarau panjang
Bumi kering kerontang
Hutan dibakar

(B)
Ilegal loging
Hutan lindung digundul
Jakarta banjir

(C)
Hujan Desember
Citarum penuh sampah
Bandung tenggelam
.
(65)
Hyang Purwa Galuh #konsen1
(A)
Mentari runduk
Buih ombak memutih
Ikan pun hilang
(B)
Tanah disumpal
Cukong menabur semen
Eh, banjir lagi
(C)
Penyapu sibuk
Sampahpun berserakan
Kok demo lagi?
.
(66)
Rifa Newton Vasquez #Konsen1
(A)
Reboisasi
Tanam pohon kembali
Lingkungan asri

(B)
Gedung ditanam
Sawah-ladang berkurang
Petani mati

(C)
Pohon ditebang
Tanah menjadi gersang
Bencana datang
.
(67)
IdjJem Kania #Konsen1

A
Indonesia
aku bosan di sini
pindah ke Garut

B
pohonnya malu
dibungkus tiga kain
tutup oratnya

C
hujannya deras
kasurku jadi basah
meski tak bocor
.
(68)
Iis Nur Aisyah #Konsen 1

(A)
Semilir angin
Pepohonan yang tinggi
Rimbun hutanku

(B)
Jangan kau tebang
Gersang akan melanda
Akhirnya longsor

(C)
Jerit si kecil
Tertimbun bongkah tanah
Nyawa melayang

(69)
Agus Galecok #konsen1
(A)
Bukit menjerit
burung pindah ke pasar
Beton dipancang

(B)
Hujan mengguyur
orang tua menangis
Anak berenang

(C)
Sawah menghilang
jadi bensin premium
Aku melongo
.
(70)
Mapung Madura #konsen1 (A)
Kelebat makhluk
Tuyul jadi pembalak
Hutan bercermin

B)
Langit dan Bumi
Bahtera yang berlayar
dimana otak ?

C
Awannya pipis
lupa pakai pembalut
Banjiri perlak.

(71
Ridwan Ch Madris
#konsen1
(A)
lidah apimu
membakar tanah hijau
menjadi lahar

(B)
Ladang dan kolam
Gunung bahkan kuburan
Dimakan buta

(C)
Derasnya hujan
Tak kunjung tuntas sungai
Melimpas darah
.

(72)

Melati Purwakarta #Konsen1

(a)

zen mengajarkan
mencintai lingkungan
kejar hadiah

(b)

filosofi zen
jemari pun di hitung
gunung dan lembah

(c)

ilalang liar
tutupi ular bludak
yuk kerja bakti

(73)
Coe Didi #Konsen1
(A)
Anakan ayam
Mati terkena banjir
Selokan mampet
(B)
Pohon ditebang
Monyet pindah ke kota
Mimpi Wa Haji
(C)
Kepala kijang
Gading gajah dan tupai
Di dinding rumah
.
(74)
Agus Age Supriyadi #konSen1
(A)
Booming harganya
Zaman batu merasuk
Gunung dibabat
(B)
Kemana burung
Kicau riangnya hilang
Ngumpet di ringtone
(C)
Citarum pilu
Fitrahnya hilang lenyap
Ditelan sampah
.
(75)
Kokom Komariah #konSen1

(A)
Pohon ditebang
ganti dengan sayuran
banjir melanda

(B)
Bertanam sayur
berpestisida banyak
untung sesaat

(C)
Beternak sapi
limbah mengalir bau
lingkungan cemar
.
(76)
Raka Patria Elmagfira #KonSen1
(A)
Janji pejabat
Lestarikan lingkungan
Disumpah pocong
(B)
Hewan berkumpul
Seminar Ekologi
Dipimpin unta
(C)
Kentut lapindo
Sangat dashyat baunya
Abu pun lenyap
.
(77)
De Nyk #KonSen1
(A)
Hujan mereda
Bu Tani cuci kaki
Kodok tersenyum

(B)
Padi bergoyang
Musim panen pun tiba
Tikus cemberut

(C)
Belut dan Lele
Berantem saling jotos
Berebut jangkrik
.
(78)
Supriadi Bin Joni #Konsen

Semua tahu
Paru paru dunia
Negara kita

Solusi apa
Hutan hangus terbakar
Dunia bertanya

Yang menakutkan
Ekologi terganggu
Tak bisa napas
.
(79)
Sarah Febrianty #Konsen1

(A)
Udara segar
Kuhirup pagi hari
Baunya trasi

(B)
Anginnya kencang
Menyambar jemuranku
Jemuran gesek

(C)
Lambai meniup
Lepah pohon kelapa
Timpah kepala
.
(80)
Eulis Wiwin #Konsen
(A)
Hamparan hijau
Air mengalir lembut
Virus bertumbuh

(B)
Padang pelangi
Singa bermeditasi
Satwa bergaya

(C)
Bumi memanas
Gajah beraksi lembut
Bintang terjatuh
.
(81)
E Sopiyudin #konsen1

(A)
Mancing di sungai
Ikan ingin kudapat
Sendal terangkat

(B)
Ribuan pulau
Berjajar nusa nusa
Bingkai prahara

(C)
Semak dan sekam
Tiap tahun terbakar
Low hujan,,, banjir
.
(82)
Fasha Imani Febriyanti #konsen1
(A)
Pohon ditebang
Mataharipun geram
Rambut terbakar

(B)
Dianku redup
Tanah merah merekah
Ditebing malam

(C)
Alam berontak
Orang-orang teriak
Tuhan tersenyum
.
(83)
TehRai #KonSen1
(A)
Bangau terbang
Ikan terkapar
Tanah merana
(B)
Hutan ditebang
Air menelan kampung
Rakyat mengungsi
(C)
Hujan mengguyur
Alam terendam karam
Ulah siapa?
.
(84)
• Ratna Ayu Budhiarti #konsen1
(A)
Polusi kota
Kumpulkan di tong sampah
Atau didenda

(B)
Aturan ada
Keluar lima juta
Kok tetap banjir

(C)
Jalanan bolong
Waktu hujan mobilpun
Jadi perahu
(85)
Chandra Yusuf #konsen1
(A)
hutan di tebang
hijau menjadi coklat
kampung tertimbun

(B)
pohon di kota
akar beralas beton
mati tak makan

(C)
capung bertengger
ilalang tampak indah
musnah terbakar
.
(86)
Asep Eri #konsen 1
(A)
Memapah bumi
tuntun lekukan jangkar
ulah manusia
(B)
menghentak kalbu
putarkan mesin waktu
Zaman tak lekang
(C)
Matilah nadi
Sungai kering kerontang
petani miskin
.
(87)
Zay Ahmadi #konsen1

(A)
samudra luas
garis pantai memanjang
garamnya impor

(B)
masuk jeruji
curi ranting di hutan
illegal loging

(C)
asap knalpot
membentuk rumah kaca
beternak mobil
.
(88)
Endang Rochimat #konsen 1
(A)
Hutannya lebat
Susu sapi diperah
Ingat semalam

(B)
Humut yang tandus
Lunglai lepas dahaga
Aku Selingkuh

(C)
Tebas ilalang
Sombong kokoh dan pongah
Cikcak buaya
.
(89)
• Vinny Soemantri #konSen1
(A)
bulanku bulat
perutkupun membuncit
dan kaupun raib

(B)
lempar sekoci camar menukik tajam
cintaku padam

(C)
beriku kembang
dan dadaku mengembang
kau dalam gamang
.
(90)
Saeful Al-Qudus #konsen 1 (A)
Bangsat yang besar
Mereka yang membakar
Hutan sendiri

(B)
Retaknya tanah
Dikikis pemberontak
Sangkuni kantor

(C)
Iman adalah
bukan lisan bajingan
merusak alam
.
(91)
• Tri Karyono #KonSen1

(A)
Menggali lobang
Menebang pepohonan
Tak kena sangsi
(B)
Berdalih indah
Mengisap perut bumi
Tersedak pasir
(C)
Alam berduka
Sang pandir berseteru
Tak tahu malu
.
(92)
Kinanti Laras #KonSen1
A
Hutan tergerus
Burung pindah bersarang
Di sarung bapak-----
B
Gadis nan cantik
Kempit ayam yang hitam
Ketekmu bau-----
C
Hajatan ruah
Perut butriktrik kenyang
Berkatpun meunang
.
(93)
•Vanny Rantini #konSen1
(A)
Perajut gedung
Hutanku jadi beton
Mengulum Gunung
(B)
Lembang dipangkas
Pribumi jadi cemas
Villa meraja
(C)
Air Cisangkuy
Oh sekeruh bajigur
Hadiah Fengtai
.
(94)
Rukmana Saputra Deru #konsen1
(A)
Udara segar
Tercemar kentut teman
Polusi alam
(B)
Dukun bertindak
Putar celana dalam
Hujan tak reda
(C)
Batu di ambil
Pohon tanah sekarat
Kepala gundul
.
(95)
Cany Shaw #KonSen1

(A)
Hutanku gundul
Pejabatku tertawa
Kursiku aman

(B)
Menanam benih
Perempuan menyiram
Hutannya rimbun

(C)
Kemarau panjang
Dahaga melandaku
Tetangga banjir
.
(96)
Tetyesnat Nataprawira #KonSen 1

(A)
Bulan menangis
Burung hantu tlah mati
Negri pun sepi

(B)
Banjir melanda
Emak mencari bayi
guling didapat

(C)
Berlaga pandai
Katak dalam tempurung
Kolam tersenyum
.
(97)
Jejen Jaelani War #KonSen1

(A)
Di atas dahan
Burung meringkuk beku
Sayapnya kaku
(B)
Kicaunya pilu
Mentari sudah lelap
Bulan tertawa
(C)
Bulan tertawa
Cahaya bintang redup
Burungku kaku
(98)
Etti RS
#Konsen1
A
Perut kerontang
kepala isi tinja
otak si udang
B
Daun merambat
bau 'Sunda' menyengat
oh 'kahitutan'
C
Daun nan muda
tiap orang tak suka
daun jendela
.
(99)
Ipit Saefidier Dimyati #KonSen1 (A)
malam jumatan
pohon di hutan tumbang
dalam lap tisyu

(B)
kota berbunga
punah diserang hama
tinggal bunga bank

(C)
usir kemarau
lomba tangis sejuta
mengalir sungai
.
(100)
• Noer Listanto Alfarizi #konSen1

(A)
Pohon ditebang
Hewan pun baca mantra
Jadilah longsor

(B)
Sawah berkurang
Rimba beton menjulang
Petani malang

(C)
Sampah menggunung
Lalat-lalat berdo'a
Banjir bertamu
.
(101)
• Nella S Wulan #konSen1
A
ketika kering
nyamuk menari nari
pun tumpang kaki
B
rerintik tandang
lihat, langit terpana
ternak teriak
C
semut di bangku
hangatkan diri. sambil
menunggu reda
.
(102)
Achmad Stone Zain #konsen1

A
Sampah menumpuk
Kali kotor dan keruh
Jamban berderet

B
Laut mendangkal
Nelayan pasang jaring
Tinja menyangkut

C
Sudah kebelet
Lari ke rimbun Semak
Ular menyusup.
.
(103)
Eni R. Kustiadi #KonSen1
(A)
Bumi berguncang
Hantam keserakahan
Penuh amarah
(B)
Laut mendarat
Memamah penuh marah
Negri yang pongah
(C)
Hutanku gundul
Dicukur tukang ngibul
Bumi pun mandul
.
(104)
• Cahaya Alam #KonSen1

(A)
Sawah tak ada
rumah mewah jadinya
metamorposis
(B)
Diatas empang
diam jongkok termenung
ikan pun makan
(C)
Nangis di bogor
air berlimpah tumpah
rumah terendam
.
(105)
• Andi Rustandi #KonSen1
(A)
Langit puasa
Tanah kehausan euy
Bulu tak tumbuh
(B)
Alam menusuk
Lorong tersedak lega
Joged dikasur
(C)
Alam berbisik
Daun berdendang ria
Bumi berontak
.
(106)
Ivan Adzam Wahyudin #konSen 1
(A)
Buaya ilang
Di hutan meradang
Garuda bimbang
(B)
Udang yang sakit
Nelayanpun menjerit
Cirbon pailit
(C)
Pohon ditebang
Jadi buku tuntunan
Janji melayang
.
(107)
Agus Mezeck Sorume #KonSen1
(A)
Hujan menangis
Hutan merasa sepi
Banjir menyapa
(B)
Tanah terinjak
Cacing pun kepanasan
Burung keriting
(C)
Laut bernyanyi
Ombak terbias racun
Ikan pun teller
.
(108)
Gampang Prawoto #KonSen1
.
(A)
Terik beranting
rimba manja bersemi
membuta musim.
.
(B)
Gauli alam
cinta kasih sesama
sirna bencana.
.
(C)
Ozon tertusuk
melepuh kulit bumi
hawa yang adam.
.
(109)
Nanon Iskandar #KonSen1
(A)
Orang serakah
Hutan lindung dijarah
Rusaklah sudah
(B)
Lautpun merah
Diledak bom berdarah
Habitat musnah
(C)
Sungai nan indah
Tercemar air limbah
Nanarlah sudah
.
(110)
Muhammad Kusna #KonSen1
A
Awan cumulus
Berarak langit gelap
Hujanpun lebat
B
Serasa magrib
Guruhpun bersahutan
Tiada henti
C
Kilat berbinar
Rancaekek,cieunteung
Waspada banjir!.
(111)
Andi Maulana #Konsen1

(A)

Susi menembak
Kapal kapal tenggelam
Nelayan riang

(B)

Cecak buaya
Piting memiting leher
Sungai berdarah

(C)

Hujan menggunung
Ribut banjir menggerung
Ahok pun berang
.
(112)
Idham Hamdani #KonSen 1
(A)
Sampai TPA
Organik anorganik
Rujuk kembali
(B)
Orang peduli
Bumi diselamatkan
Kapan kiamat?
(C)
Terima sampah
Syarat: sudah dipilah
Dan diuangkan
.
113
.
Gaus Firdaus #KonSen1
(A)
Kotor dan bau.
Air, tanah, udara.
Metro Polutan.
(B)
Kebersihan tuh.
Bagian dari iman.
Saya Iman, Pak!
(C)
Tumpukan uang.
Sumber banyak penyakit.
Tumpukan sampah?
.
(114)
Inda Nugraha Hidayat #Konsen1

(A)
Di perut Sanca
Ajag melawan Macan
Mati semua

(B)
Rebutan Domba
Macan dan Ajag mati
Nazar berpesta

(C)
Anjing dan Kucing
Tangisi Babi mati
Dibunuh Tikus
.
(115)
Bung Bram #konSen 1

(A)

bak pesta rakyat
banjir bandung tradisi
hujankan sampah

(B)

pulanglah satwa
dapatkan bunga sawit
berbuah pasir

(C)

buaian malam
pasopati merona
kubur balubur
.
(116)
Mang Bibih #konsen1

(A)
Mendulang sampah
Cari sesup nasi
Nasib pribumi

(B)
Gunung menjulang
Simpan emas berlian
Didulang asing

(C)
Hutan nan rindang
Menyimpan air hujan
Tinggal kenangan
.
(117)
Herman Hermit #KonSen1
(A)
Di atas sesar
Fosil saja dibakar
Lumpur direbus
(B)
Beribu musim
Demi perut membuncit
Rimba dibakar
(C)
Kita wong edan
Artefak dimusnahkan
Kurang ingatan
.
(118)
Pipin Rosdianta #KonSen1

(A)
Harum Citarum
Aliri listrik sawah
Bejibun limbah
(B)
Sampah menumpuk
Mang yana telat angkut
Bukan PNS
(C)
Indahnya desa
Kakus bawahnya empang
Ikannya lahap
.
(119)
Iwan M. Ridwan #konSen1
(A)
Hujan menari
Anak-anak berlari
Dorong motorku
(B)
Jalan berkubang
Kutanam ikan lele
Jadi gurame
(C)
Di sungai keruh
Bapakku mancing ikan
Dapat celana
.
(120)
Widaningsih Counselor #konSen 1
(A)
Luwak gendutku
Melumat pisang raja
Ranting terkekeh
(B)
Maria lari
Musim kawin katanya
Mencium dahan
(C)
Panjat hatiku
Lahang di lodong bapa
Manisku rasa
.
(121)
Pemilik Hati Eka #KonSen1
(A)
daun di petik
pohon tak akan tumbang
karena tumbuh
(B)
pohon di tebang
tak dapat lagi hidup
daunnya gugur
(C)
bunga yang gugur
pasti akan di ganti
bunga yang baru
.
(122)
Destra Yana #Konsen1

(A)
Bumi di gali
bukan padi kutanam
penggali kubur

(B)
Rumah idaman
satu tak diimpikan
tanah kuburan

(C)
Penggali kubur
nanam tak harap panen
petani ikhlas
.
(123)
Rarah Rakhmah #KonSen1
(A)
Bandung Berhiber
Bersih Hijau Berumput
Sayang sintetis
(B)
Wisata Limbah
Kali Kordon di Bandung
Kentut abadi
(C)
Tong sampah basah
Sampah kering dipisah
Campur dalam truk
.
(124)
Abdurahman Abro #KonSen1

(A)
sim sim salabim
bukan sembarang kucing
bertaring bajing
(B)
sim sim salabim
bukan sembarang tikus
bernyali maling
(C)
sim sim salabim
kucing mabuk kemaruk
dibius tikus
.
(125)
Retno Indrarsih Soerono #KonSen1
(A)
Desaku hilang
Terkubur bubur lumpur
Ditinggal kabur

(B)
Pergi memancing
Sungai hitam menggumpal
didapat sandal

(C)
Si monyet bingung
Cari tempat bergantung
Pohonan bunting
.
(126)
Iguy Aishiteru #KonSen1


(127)
Ataqi #konsen 1
A)
Tak ada hujan
Banjir melanda, sebab
Di Bogor hujan
B)
Siapakah yang
Salah, rakyat membuang
Sampah di kali
C)
Pemberi surat
IMB, pada tanah
Resapan air
.
(128)
Yuyu Ydw #KonSen 1
(A)
semusim hujan
resah diintai banjir
tidur berdiri
(B)
burung yang bingung
tak ada pohon rindang
rela di sangkar
(C)
piknik di taman
makan tak jadi nikmat
aroma sampah
.
(129)
Ikin Sodikin #konsen 1
(A)
batu berjaya
mata kagum menatap
hiasan tangan
(B)
tanah kuburan
habis terseret rumah
mayatpun linglung
(c)
sampah menggunung
lalat nyamuk tersenyum
dokter beruntung
.
(130)
Didi Garnadi #KonSen1
(A)
polisi nilang
sopir diam membisu
melongo bingung
(B)
polisi nanya
apa yang ia bawa
malah ketawa
(C)
pak sukro marah
mobil langsung ditilang
membawa sukro
.
(131)
Dado Tisna #konsen1

(A)
wahai Khalifah
sisakan Kami rumah
Dhemit mengeluh

(B)
Makan tak nikmat
berasnya hampos. Air
sungainya hitam

(C)
Banjir melanda
bergegas pulang. Aku
tak lupa selfie
.
(132)
Herlambang Satrio Wibowo #KonSen1
(A)
awan kelabu
di punggung gunung gundul
pertanda banjir

(B)
musim penghujan
isi sungai meluap
tersendat sampah

(C)
polah manusia
rimbun hutan menjelma
batangan korek
.
(133)
Tiwi Berlina #KonSen1
(A)
hamparan pasir
nyinyir sinis mencibir
laut memasir
(B)
mahluk menjerit
terhimpit tersakiti
tanda mesedih
(C)
nalar kembali
harap hidup tertindih
tiada lakon lagi
.
(134)
Catatan Senja #konsen1
(A)
Aturan idem
Saritem juga sarkem
Pakailah helm
(B)
Malioboro
Gudeg, rawon dan soto
Tak ada comro
(C)
Tubuh telanjang
Tontonan banyak orang
Kebun binatang
.
(135)
Agus Injuk #konsen 1
#konsen 1

A
Limbah dan lembah
Tak ada jurang pemisah
Karena sampah

B
Pohon keramat
Dibabat tanpa rahmat
tak ada selamat

C
Di hutan Beton
Burung pipit marathon
Sawah menonton
.
(136)
Ghee Wirawan #KonSen 1

(A)
limbah merkuri
tubuh tertimbun PETI
emas meringis

(B)
lukamu bumi
kemilau pasir emas
cukong terbahak

(C)
gunung dikerok
lembayung keemasan
mendanau biru
.
(137)
Agustin Hartati #KonSen1
(A)
Bibit sedia
Pa bupati pa camat
Menanam pohon

(B)
Sekarang tanam
Untuk masa mendatang
Tinggal menebang

(C)
Hijau daunmu
Ranum rindang buahmu
Kayalah kita
.
(138)
Penyair Terhunus #Konsen 1

(A)
Sampah bertumpuk
kali ciliwung banjir
pemulung panen

(B)
Nafas pun sesak
debu panas krakatau
bukanlah asma

(C)
Lumpur lapindo
menggusur rumah rakyat
lumpur ditampung
.
(139)
Teti Herawati #Konsen 1

(A)
sampah meruah
sekonyong banjir bandang
jiwa melayang

(B)
menghijau rumput
insanpun lalu lalang
sayangnya plastik

(C)
pohon ditebang
akasiapun tumbang
banjir menghadang.
(140)
Anastasia Hermina Irianti #konsen1
A
lebatkan hutan
maju mundur daunmu
rindu oksigen
B
rupawan hutan
tak mau hujan asam
merusak wajah
C
selagi sepi
desiran angin sunyi
kemahku rapi
.
(141)
Yulius Sulistiadi #Konsen1
A
Kutebang pohon
Kusampahi selokan
Ku umpat banjir

B
Paru Dunia
Indonesia bangga
Hutanku gundul

C
Bencana datang
Salahkan pemerintah
Kucuci tangan
.
(142)
Greysand Harimau #KonSen1
(A)
lumpur meluber
kali serupa darat
buaya ranjang
(B)
sawah meringkik
darah muncrat ke petromak
makan suike
(C)
tanah diblender
gunung berubah kolam
pembuat bata
.
(143)
Handoko F. Zainsam #KonSen1

(A)
melihat monyet
enak membuang sampah
ke tengah kali

(B)
tanaman rempah
tumbuh di halamanku
sehat pun murah

(C)
padi menguning
ikan melimpah ruah
petani senyum
.
(144)
Doddi Kiwari #konsen 1
( A)
alam tersenyum
bintang dilangit
suara bernyanyi
(B)
getaran magma
geliat sang waktu
tak terkendali
( C)
tebing runtuh
termakan isu busuk
mimpi tak pasti
.
(145)
Rudy Aliruda #KonSen1

A
menanam singkong
tanah dikubur limbah
memanen racun

B
alam tercemar
sampah limbah polutan
kita pun mutan

C
naik sepeda
isi perut terburai
jenazah santung
.
(146)
Daenk Ida #KonSen1

A
Pohon meranggas
Asap mengepul-ngepul
Dimana anda?

B
Sesaknya nafas
Mencari kesejukan
Rindukan alam

C
Pucuk dicinta
Ulam datang merana
Daun tlah hilang
.
(147)
Bambang Tanoeatmadja #KonSen1
(A)
Hujan satu jam
Mobil motor berenang
Bandung semalam

(B)
Bandung cantik
Rumput berganti plastik
Kotamu seksi

(C)
Citarum harum
Cikapundung minum
Airnya ranum
.
(148)
Supriadi Bin Joni #konsen 1

Banyaknya ikan
Dansa pukat harimau
Tangis nelayan

Asingnya kapal
Ikan ikut berlayar
Ibu mencegah

Jaring diukur
Ikan kecil bernyanyi
Gera dewasa
.
(149)
Kalembo Ade Andri #KonSen1

(A)
Hemat energi
Bahan Bakar Makanan
Onthel bergigi

(B)
Kau bilang buang
Sampah menjadi uang
Kau bilang sayang

(C)
Puncak ciremai
Edelweis indah permai
Tanpa mencapai
.
(150)
Atta Verin #konsen1
(A)
Angin Menjambak
Pusaran Menggelora
Bumi Nestapa

(B)
Wangi Menjangan
Serupa akar malam
Tegak meradang

(C)
Sampaikan Luka
Luruhkan dedaunan
Rekahkan tanah
.
(151)
Cunong Nunuk Suraja #Konsen 1

(A)
gerimis liris
katak kecebong lengang
dipatuk bango

(B)
pestisida, o
rantai makanan racun
bencana punah

(C)
air jernih, ah
isyarat tanpa limbah
sebotol asa
.
(152)
Andrian Eksa #KonSen1

(A)

jelang valentin
Jakarta banjir coklat
tapi air bah

(B)

pohon disulap
jadi kertas koran, cling
berita banjir

(C)

orang sembunyi
bawah timbunan tanah
longsor ternyata
.
(153)
Ade Saskia Darmawan #konSen1

(A)
Cemari sungai
Abaikan kebersihan
Keluhkan banjir

(B)
Tenggak oplosan
Terhanyut kesenangan
Nyawa melayang

(C)
Beli surabi
bungkus koran.Terbaca
jelas karyaku
.
(154)
Bu Emma #KonSen1
(A)
Puting beliung
Porak poranda Bandung
Karuhun pundung
(B)
Datangnya rutin
Bebas bayar iuran
Banjir langganan
(C)
Musim layangan
Hanya dalam khayalan
Langit memurka
.
(155)
Yulia Sugiarti Achdris #KonSen1

(A)
Siul cemara
Pergi bersama angin
Hutan membara

(B)
Bedil dikokang
Elang menukik tajam
Rimba meringis

(C)
Batu ditambang
Akik mendulang uang
Bumi terluka
.
(156)
Ade Satia #KonSen1

(A)
Ayam berkokok
Nampak sinar kemilau
Bening jidatmu

(B)
Kembang meringis
ganti aroma wangi
kentut koruptor

(C)
Gadis meringis
sawah tergadai syahwat
Kakek tersenyum
.
(157)
Gilang Respati #KonSen1

(A)
Langit membelah
Banjir melanda kota
Katak tertawa

(B)
Air berlimpah
telanjang kaki di kali
ikan berjingkrak


(C) Gunung gundul
Banjir melanda negri
Kontraktor ngacir
.
(158)
Nia Thoriq #konsen1
(A)
pohonan tumbang
kakek intip perawan
jidatnya benyut

(B)
bulan mengintip
bumi tersenyum malu
hutan beranak

(C)
pohon melambai
ajak awan berdansa
angin cemberut
.
(159)
DaNie Viul #konSen1
(A)
Warisan banjir
septictank luap ruang
pembalut nyangkut.
(B)
Rimba menyala
semut bersimulasi
Tarzan ke Blok M.
(C)
Tanker terkaram
wajah teri berminyak
Duyung korengan.
.
(160)
Padepokanseni Mayangsunda #konsen1
(A)
Siapkan Pawang
Hujan tak pernah reda
Hamburkan uang.
(B)
Pawang semedi
Banjir datang melanda
Mantra tak mempan.
(C)
Biarkan Hujan
Berkah sirami bumi
Pawang tenggelam.
.
(161)
Lovely LiLy #Konsen1
(A)
Hutan terbakar
kuda liar ke kota
mencari susu
(B)
Lahar mengalir
lari menuntun sapi
anak tertinggal
(C)
Meliuk ganas
asap cerobong pabrik
superman asma
.
(162)
Achiel Syam #KonSen 1
(A)
Ilegal loging
Flora fauna raib
Rekening gendut
(B)
Kulit buaya
Gengsi sosialita
Pendemo parau
(C)
Lapangan bola
Masa kecilku indah
Beton Mal songong
.
(163)
Kelana Putra #konsen1

(A)
Hutan berkurang
Petani pesta-pora
Bersama tikus

(B)
Kucari batu
Jadilah cincin akik
Tuk melamar mu

(C)
Di luar banjir
Dingin menusuk ari
Anak bertambah
.
(164)
R Iman #konsen1

(A)
Citarum indah
dangkal merana resah
kita yang salah

(B)
Tanahnya emas
hijau bertaut kilau
investor pun koruptor

(C)
Kulihat laut
merah menghampar rona
bangkai pesawat
,

(165)
Rochaeni Neni Albanjari #konsen1
(A)
Ikan terdesak
Sampah menyerbu sungai
Bumiku banjir
(B)
Hutan berhijrah
Melesak masuk pesak
Air menghilang
(C)
Tanah digorok
Bumi berlumpur darah
Danau Lapindo

.
(166)
Bambang Kustedjo Soedarjo #KonSen1

(A)
Banjirpun bandang
Ketika hutan rebah
Habis ditebang

(B)
Harapkan hijau
Tanam kembali pohon
Yang dulu tumbang

(C)
Langitpun biru
Saat udara bersih
Tanpa polusi
.

(167)
Teh Zaneta #KonSen 1

A
Sawah digusur
Ladang menghilang kelam
Panenku impor

B
Salak berduri
Durenku dinikmati
Rindu didodol

C
Merah merayu
Berkubang di ulekan
Bunga kecombrang
.

(168)
Anggi Putri W #Konsen1
(A)
asap meruap
dada tersadap sesak
bumiku keruh

(B)
sungai meluap
penduduk jumpalitan
membajak hidup

(C)
pohon menangis
paru-paru dunia
direnggut habis
.

(169)
Nani Karyono #konsen 1

(A)
Gagal sang pawang
Pejabat saling lomba
Banjir mi instan

(B)
Di daur ulang
Kata kata kampanye
Sampah menggunung

(C)
Menanam beton
Peresmian bangunan
Tebangi hutan
,
(170)
Dewi Ratna Damayanti #Konsen 1
(A)
Mentari sangar
Putri malu meranggas
Tanah telanjang
(B)
Mimis menjerit
Sayap bersimbah darah
Aksi pemburu
(C)
Langit menangis
luka bumi terendam
mayat mengambang
,
(171)
Prahara Hujan #konsen 1
(A)
tepian laut
dan bangkai ubur-ubur
dimana sunset

(B)
pagi menjelma
tanah hilang rumputan
embun tak datang

(C)
hujan tak habis
kota jadi telaga
bulan kecemplung
.
(172)
Revi Uchox's #KonSen1

(A)
angin berhembus
Air selebor tanah
si hijau muncul .

(B)
Ikan menari
Jari kaki menerkam
Siparuh girang

(C)
Seperti tumbuh
Banyak pohon beranak
Salahkan pupuk
,
(173)
Cahaya Mentari #Konsen 1
(A)
Rimba tersulut
Karbon mencakrawala
Virus membumi
(B)
Bumi terguncang
Jeritan lalu hening
Jiwa terkubur
(C)
Rimba binasa
Disulap jadi emas
Pebisnis subur
,
(174)
Aceuk Tresna #Konsen 1

A
Agni mengamuk
Akar dan dahan terjungkal
Hutanku rebah

B
Sampah berlomba
Air tenggelam perih
Manusia bejat

C
Makan dimakan
Habitat tidak sehat
Punahlah tanah
.
(175)
Yeni Bintu Chozin #KonSen1

A)
Hutan dibakar
Kebun sawit terhampar
Sedih hatiku

B)
Tikus di sawah
Para petani marah
Rusak semua

C)
Freeport Menggali
Lubang Dimana-mana
Kami merugi
,
(176)
Elok Bagas #KonSen 1
(A)
Banjir melanda
Akibat hutan gundul
Panas dan kering
(B)
Udara bersih
Semakin sulit ada
Karna polusi
(C)
Awan menghitam
Asap dimana mana
Semakin sesak
.
(177)
Dé Goeriang Kusmawan #konSen1

(A)
"Abrakadabra...!"
Hutannya hilang, lihat...!
Jadi ilalang.

(B)
Binal nafsumu
Jalang cumbui rimba
Hingga telanjang.

(C)
Hijau pulauku
Biru laut langitku
Dalam lukisan.
.
(178)
Tetyesnat Nataprawira #KonSen 1

(A)
Sakura mekar
Saat di Shizuoka
Kukunjungi anakku
(B)

Tatap yang jauh
Menembus awan putih
Banjir mengepung

(C)
Salju memutih
Di luar jendèlaku
Desember lalu
.
(179)
Kananta Egotika #KonSen1

Negri bahari
Julung julung tergusur
Plastik berenang

Asap industri
Rokok bebas nikotin
Merpati batuk

Kurang lokasi
Lumpur panas dibendung
Wisata duka
.
(180)
Aji Septiaji #KonSen1

(A)
Siang di Garut
Pohon-pohon mengering
Kurang disayang

(B)
Polusi rokok
Bumi resah gelisah
Orang tak sadar

(C)
Subur dan makmur
Tanah kita katanya
Tapi khayalan
.
(181)
Bunyamin Fasya #KonSen1
(A)
Di alun-alun
Duduk di rumput. Bau
kaki menyengat
(B)
Air mengetuk
jalan-jalan tergenang
mobil selancar
(C)
Tikus merayap
Masuk gedung petinggi
Seperti ingus
.
(182)
Abah Fajry #Konsen1 :
(A)
pergi ke bali
/hamparan pasir putih
sungguh indahnya
(B)
bulan desember
jeritan ketakutan
di tanah atjeh
(C)
tsunami datang
mereka kalang kabut
aku berjemur
.
(183)
Rinrin Candraresmi #konSen1
(A)
Semua kera
Mengamuk tak tertahan
Menebang kota
(B)
Kawanan burung
Bersarang di baligo
Bergambar hutan
(C)
Penghuni hutan
Serentak unjuk rasa
Menolak KB
.
(184)
Neni Yuhaenah #Konsen 1
(A)
Pipit mengerang
bulu rontok terpanggang
ozon melenggang
(B)
Air melimpah
sampah nyangkut di rumah
buang sembarang
(C)
Hutan dibabat
satwa menggasak kebun
seringai cukong
.
(185)
Widia Gustiani #konSen1

(A)
Percikan api
Dari puntung rokoknya
Hutan terbakar

(B)
Gunung dikeruk
Truk-truk nunggu antrean
Longsor melanda

(C)
Ini prestasi
Banjir masuk istana
Rakyat melongo
.
(186)
Kardanis MudaWi Jaya
#KonSen1

(A)
bergetar bunga
digoyang angin malam
terkena spilis.


(B)
buat bom ikan
merusak trumbu karang
mulutnya jontor.

(C)
menebang pohon
bencana longsor banjir
dalaman lepek.
.
(187)
Ésép Muhammad Zaini #KonSen1
A
nasib mahoni
ditempel poster caleg
dan sedot WC
B
terlelap tidur
mimpi kayuh perahu
tergenang banjir
C
Menanam beton
berbuah apartemen
kapan dipanen?
.
(188)
Cahyono Soedjadi #KonSen1

(A)

Sungaiku kotor
berderet kapal selam
kuning warnanya

(B)

sama sama dam
Belanda dan Rotterdam
kita terendam

(C)

Polusi angin
keluar lewat kentut
bau semerbak
.
(189)
Adrian Agoes #konSen1
(A)
Di satu desa
Penduduk gosok gigi
Berkumur lumpur
(B)
Di satu kota
Penduduk tak bekerja
Terkungkung banjir
(C)
Di satu negri
Penduduk tak bertani
Tanahnya beton
.
(190)
Nandang R. Pamungkas #KonSen1
(A)
Dari pohon, kan?
Karton untuk berdemo
“Lindungi Hutan!”
(B)
Bukti kampanye
Tol laut jadi nyata
Jakarta Raya
(C)
Minkomankamin
Kuman jadi vitamin
Doa pemulung
.
(191)
Thomz Ward #KonSen1
(A)
sungguh hijaunya
jika semua tumbuh
sejuk terasa

(B)
mataharipun
tersenyum padamu
tanpa teriknya

(C)
sahabat jaga
bumimu untuk kami
tanpa terganggu
.
(192)
Ayie Bukhary #KonSen1

(A)

Dangkal sungai
sampah di ujung ngarai
sulit terurai

(B)

salah membaca
alam raya bersabda
tergenang mata

(C)

bongkah batu
diangkat dari perut
akik di jari.
.
(193)
Rudi Riadi #Konsen1

(A)

Bersama sampah
Keliling sudut kota
Akulah lalat

(B)

Supaya sehat
Bersih-bersih lingkungan
Sambil merokok

(C)

Nikmati alam
Menatap pemandangan
Menghisap knalpot
.
(194)
Oma Neska #KonSen1

(A)
Binatang langka
Pindah ke rumah kertas
: buku cerita

(B)

Di hutan beton
rakus melahap dollar
: tikus parlemen

(C)

Menghemat lahan
pasung perkosa pohon
Bonsai dirantai...
.
(195)
Eneng Iyul
#Konsen1
(A)
Cerobong Maut
Asapmu hitam pekat
Bertopeng uang
(B)
Ogokan plastik
Menggunung menutupi
Pemulung pesta
(C)
Hutanku limbung
Merana tak berdaun
Botak otakku
.
(196)
Ersa Sasmita #Konsen 1

(A)
Rambut terkikis
Khawatir disangka akik
Kututup topi

(B)
Burung pun linglung
Tumbuhan jadi beton
Bingung bersarang

(C)
Hutan tergerus
Banjir bandang menerjang
Rumah diangkut
.
197
Dewi Azza #konsen1

(A)

Telanjang kaki
Melawan deras arus
Jembatan putus

(B)

Panas berpijar
Surya membakar kulit
Ozon menipis

(C)

Ilalang hilang
Kebun berganti wajah
Mal jadi raja
.
(198)
Doddo Abdullah #konsen1
(A)
cuaca dingin
masuk kamar pengantin
malam pertama
(B)
di hutan kota
tongkat kayu dan beton
Jadi tanaman
(C)
hutan dibakar
hati hangus tersulut
api serakah
.
(199)
Nan Keanan #konsen1
(A)
politik bising
kujual pulau pulau
demi kau nyai
(B)
buldozer datang
jangan lagi berladang
mari main golf
(C)
petani punah
makanlah seng dan plastik
dan tertawalah
.
(200)
Aam Hamidah #konsen1

(A)

Istana banjir
Hiruk pikuk opini
Sabotasekah

(B)

Air membanjir
Jalan menangguk sampah
Pemulung senyum

(C)

Betis tersingkap
Om om menelan ludah
Rejekikah
.
(201)
Harry Deker #konSen1
(A)
kiriman tamu
dari bogor katanya
tak di undang
(B)
anaku senang
renang kini geratis
berikut gatel
(C)
sekolah libur
gedung nya ikut renang
belajar renang
.
(202)
R Okke Chandra #KonSen1

(A)
Kuburkan aku
Kafani pakai kresek
Awet Seabad

(B)
Busa berlimpah
Deterjen masuk sungai
Ikan pun “bersih”

(C)
Knalpot terbahak
Orang pada tersedak
Mati perlahan
.
(203)
Seli Desmiarti #KonSen1

(A)
masih teringat
tanah air yang subur
sayang dongengan

(B)
garam di langit
musim kemarau panjang
hujan buatan

(C)
satwa bersedih
hutan hilang pemimpin
tarzan diburu
.
(204)
Thyara Miranty #KonSen1
(A)
Pecinta alam
Bersiul dan bernyanyi
Kencingi pohon
.
(B)
Lemparkan pancing
Di Ciliwung yang keruh
Dapat sepatu
.
(C)
Hutan yang gundul
Sangat elok dipandang
Saat kasmaran
.
(205)
Djalu Padjajaran #Konsen1

(A)

daun bambu pun
menyumbu kimiawi
tinggal sebatang

(B)

dinding sekolah
jadi saksi yang bisu
stop vandalisme

(C)

serumpun bambu
hisap udara pabrik
investasi lah.
.
(206)
Denny Cholid Rachmat Awan #KonSen1

(A)
Hujan dan banjir
Musyawarah kemarau
Semoga damai

(B)
Dipersidangan
Perdebatan yang ketat
Kontes berkokok

(C)
Burung garuda
Dua puluh empat jam
Hinggap didinding
.
(207)
Novy Siti Nurzanah #konsen1

(A)
mereka protes
mengeluh banjir. Warga
di pinggir kali

(B)
Hutan ditebang
tinggal satu. Penebang
ngaso berteduh

(C)
Rimba yang tangguh
gagah perkasa. Kelak
hanyalah dongeng
.
(208)
Ayém Cépian #KonSen1

( A )

hutan terbakar
pemadam cepat datang
tak bawa air

( B )

mengunyah uang
saat alam diregang
tak mungkin kenyang

( C )

angin mengering
kelakarnya menjerit
api dan hutan
.
(209)
Sri Mulyani #KonSen1

(A)
Lampunya mati
Kompak berjuta lilin
Di rumah warga

(B)
Sumpah jabatan
Kado untuk koruptor
Ke suka miskin

(C)
Pocong bersumpah
Tidak akan korupsi
Di tanah abang
.
(210)
Nur Achmad Rus #konsen 1

A
gedung mentereng
pesawahan terkapar
lapar menganga

B
kita bergaya
angkik berpesta dansa
longsor membanjir

C
alam meringis
terinjak kasut iklan
pencinta alam
.
(211)
Mira Rosana Gnagey #Konsen1

(A)
Kampanye hijau
Taman Kota Bertambah
pedagang panen

(B)
Banjir mengepung
protokolerpun sibuk
Tangan melambai

(C)
Menggali tanah
satu mayat sepetak
megah shoping mall
.
(212)
Aank Hantomi .
#KonSen1
(A)
Air Citarum
Terminum hingga kencing
Bercabang dua

(B)
Kuternak kambing
Semuanya betina
Takut beranak

(C)
Tanam alpukat
menjadi pohon nangka
Ah, dasar senryu
.
(213)

Efri Aditia #KonSen1

(A)
Hutan Perawan
Tersibak selendangnya
Ganggu nafasmu

(B)
Air Lautan
Kehilangan birunya
Rusak mandimu

(C)
Nir kata-kata
Alam membincang hidup
Di balik dada
.
(214)
Laila Kurniawaty #konSen1
(A)
Langit menderum
Hawa menggigit malam
Jangkrik berdendang
(B)
Telur terpendam
Escavator menggeram
Maleo padam
(C)
Sampah buanglah
Jendela terbukalah
mobil bersihlah
.
(215)
Zulkifli Songyanan IX #konSen1

(A)
Hutanku gundul
Ingat kepala bapak
Utang semata.

(B)
Sebatang sungai
Ngalir senantiasa
Di ranjang hanya.

(C)
Hujan melulu
Banjir di mana-mana
Tuhan di mana?
.
(216)
FE Sutan Kayo #KonSen1

A
Batu batu
Melingkar dijari manis
bumi pun ompong

B
Ikan terbang
Hutan adat melayang
Tinggal nisan

C
Musim kemarau
Sawit beranak sabun
Hutang mengkilat

.
(217)
Juned Topan #KonSen1
(A)
Pupuk kimia
Rekayasa genetik
Rapuhkan tanah
(B)
Bumi di kuras
Sepi tak ada gugat
Bangsa yg gagap
(C)
Hutan di babat
Satwapun turun gunung
Perutnya busung

Selasa, 17 Februari 2015

Vanera El-Arj Penyair Yang Pulang

EL, PENYAIR YANG PULANG


Oleh Muhamad Rois Rinaldi *(

Dalam lingkaranMu, yang kucoba pahami adalah cinta. Namun selalu yang engkau minta aku pahami adalah duka. Kini dalam purnama, luka dan duka adalah dua jiwa dalam satu nyawa bernama Cinta; menjadi aku yang senantiasa menjadi purba dalam lautan pemahaman dan makna tanda baca. Engkau dan hanya Engkau tujuanku, dan kerelaanMu yang kucari. Engkau lebih mengerti jalan mana yang harus kulalui. (Vanera El-Arj)

I/
Saya tidak bisa mengaku bahwa saya mengetahui banyak hal tentang Vanera El-Arj. Tidak, sungguh tidak banyak yang saya ketahui mengenai Vanera, atau El, atau Va, atau panggilan-panggilan kasih sayang lainnya yang beragam ditujukan padanya.  Karena begitu banyak hal yang tidak saya pahami darinya, baik dari caranya diam atau caranya bicara. Meski demikian, sebagian kecl yang mulai saya pahami darinya, karena perkenalan dengannya tidak dapat dikatakan sebagai perkenalan yang singkat. Sekitar tahun 2011-2012 saya mulai mengenalinya, bukan dari nama atau rupa, melainkan karya yang saya baca dari buku yang diterbitkan Sembilan Mutiara. Entah apa judulnya, mungkin Guci Berdarah atau Kamboja. Buku itu hadiah dari Noor Aisya, penyair Singapura yang karya-karnyanya juga tergabung di dalamnya.

Saya sempat mengatakan pada Noor Aisya bahwa saya suka puisi yang ditulis oleh penyair bernama Vanera El-Arj, tentu lengkap dengan catatan-catatan kecil yang saya minta agar disampaikan pada Vanera El-Arj (kemudian saya lebih merasa akrab memanggilnya, El). Saya melihat potensi kesadaran jiwa yang besar dalam diri seorang El. Potensi kesadaran itu yang akhirnya membuat saya kerap memaklumi berbagai hal teknis yang dilalaikan.  Sebagian ahli sastra mungkin akan menanggapnya sebagai kesalahan elementer, sementara saya kadang menyepakati kadang tidak, tergantung mana yang lebih bermanfaat.

Lelaki kelahiran Wonosobo 13 April 1989 yang memili nama asli Ahmad Muadzin El-Zahid ini kemudian cukup menyita perhatian, meski saya tidak selalu menunjukkan ketertarikan dengan cara yang verbal. Saya dan El kemudian dipertemukan melalui media sosial, Facebook. Dimulailah penelusuran-penelusuran saya terhadap penyair muda berbakat ini. Melalui obrolan di berbagai kesempatan, ia lelaki yang tidak banyak bicara. Kalimat-kalimat yang digunakan cenderung singkat dan padat. Dari kalimat-kalimat padat dan singkat itu, saya menemukan kedalaman cara pikirnya: tenang dan sangat hati-hati. Bagi saya, ketenangan dan kehati-hatian dalam diri anak muda berusia 20-an merupakan gejala langka. Sebagaimana kita ketahui--apalagi di zaman serba panas ini--manusia lebih senang dengan ketergesa-gesaan dan kepanikan. Mengetahui potensi kematangan emosional yang dimiliki El, saya semakin optimis, pada waktunya ia akan menemukan maqam puisi yang cemerlang.

Alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum Islam Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo yang aktif menulis sejak tahun 2003 ini, rasanya tidak berlebihan jika dianggap sebagai penerus keusastraan Indonesia yang layak diharapkan.  Selain kematangan emosioanal ia juga memiliki semangat berkarya yang menggembirakan. Akan tetapi, harapan adalah harapan bukan keputusan yang dapat dipegang teguh kepastiannya. Pada 29 Desember 2014, saya ditelpon Arafat AHC, penyair Demak--yang juga sahabat saya--menyampaikan kabar bahwa Vanera El-Arj pulang ke pelukan Gusti Allah. Dengan suara yang memberat dan napas yang agak patah, saya berkali-kali menanyakan pada Arafat mengenai kebenaran kabar tersebut. Saya sempat berusaha atau sebut saja berharap Arafat sedang bercanda. Sayang sekali, Arafat tidak memberi saya ruang untuk berharap lain, El telah pulang lantaran penyakit radang selaput otak yang dideritanya dan saya yang sudah lupa kapan terakhir kali meneteskan airmata, tidak sanggup menahan tangisan. Penyair muda yang sudah saya anggap seperti adik sendiri pulang begitu cepat: di usia 25 tahun, di mana ia sedang begitu keras memperjuangkan harapan-harapannya. Bukan tidak mengikhlaskan, tetapi manusia pada suatu perpisahan kerap tidak sanggup menampik kesedihan.

Saat keadaan lebih tenang, saya mulai mengingat-ingat: ketika El muntah darah di Cilegon dalam Temu Penyair Asia Tenggara pada Oktober 2014, saya--meski sangat khawatir--tidak menduga bahwa darah sebagai pertanda pertahan badan El sudah di ambang batasnya. Atas informasi dari Arafat, saya meminta tim saya untuk mengantarnya ke klinik terdekat. Sepulangnya dari klinik, saya menanyakan kepada tim saya ihwal hasil pemeriksaan dokter, tapi rupanya El sengaja tidak mengaja tim saya masuk sehingga tidak ada informasi yang saya dapatkan mengenai penyakitnya. Saya juga tidak bertanya pada El, karena ia pasti akan menjawab bahwa ia baik-baik saja. Jawaban yang kadang sulit saya terjemahkan, kemana arah dan muara 'baik-baik saja' itu.

Setelah kegiatan Temu Penyair Asia Tenggara selesai, saya, Dimas Indiana Senja, Ka Tyo, dan Arafat memutuskan untuk berwisata alam ke Baduy Banten.  El pun tampak begitu bersemangat, bahkan ketika akan naik ke Baduy Dalam yang harus menempuh 4-5 jam pendakian, ia tidak sama sekali mengajukan protes atau tampak lelah. Saya yang mengajukan protes, karena fisik saya yang tidak memungkinkan juga kesehatan El yang masih mengkhawatirnya. Wal hasil, kami hanya berputar-putar di wilayah yang tidak terlalu tinggi. Dalam perjalanan itu, berkali-kali saya melihat begitu banyak yang ia sembunyikan. Semacam kegelisahan tapi bukan kegelisahan, semacam ketenangan tapi bukan ketenangan yang sebagaimana biasa saya temukan di mata kebanyakan orang. Sikap El, secara langsung membuat saya begitu ingin bicara banyak dengannya.

Sambil menunggu Arafat dan Dimas selesai belanja pernak-pernik Baduy, saya dan El memilih duduk santai di jembatan rotan. Ia memegang setangkai ranting dengan kaki yang terjulur, sedangkan saya dengan tangan kosong, sesekali menyentuh kakinya. Selain bicara mengenai pohon-pohon besar yang mulai langka dan tentang bagaimana air mengalir dari sumber ke muara, ia juga banyak bicara tentang kebaikan, ketulusan, dan pengorbanan manusia atas manusia. Saya berusaha tidak banyak bicara--aslinya saya sangat cerewet--dan dengan khidmat mendengarkan setiap kalimat yang diutarakan El. Hanya sesekali saya menimpali dan mengingatkan agar El tidak lupa minum obat.

Tentu tidak hanya saya yang punya cerita, Mirza Sastroatmodjo (Kudus) yang sempat sekamar dengan El, mungkin punya banyak cerita di bulan-bulan terakhir menjelang kepergian El. Tetapi, baiknya kita tidak terlampau melankolia, toh, El pernah bilang, bahwa segala yang ada di dalam dirinya suatu ketika akan hilang dari kefanaan. Saya takut El tidak merestui jika banyak cerita tentang dirinya. Cukuplah pembaca tahu, El adalah penyair muda yang dimiliki Indonesia. Penyair yang pulang dengan segala keheningan yang ditinggalkan di kepala dan jiwa orang-orang yang dekat dengan dirinya, dan mungkin keheningan itu akan masuk dalam kepala jiwa para pembaca.

II/
Mengenai asal mula rencana penerbitan antologi puisi ini. Rasanya belum sampai tiga hari setelah kepulangan El, banyak inbok Facebook yang masuk. Inbok-inbok tersebut dengan redaksi yang berbeda menyampaikan isi yang sama: El ingin menerbitkan antologi puisi tunggal, itu harapan yang tidak dapat ia realisasikan semasa hidupnya. Noor Aisya (Singapura), Anna Mariyana (Kalsel), dan Dimas Indiana Senja (Yogyakarta) juga menyampaikan hal yang serupa. Dalam hati sempat terbersit rasa bersalah dan permohonan maaf, "Maafkan kami, El, kami benar-benar terlambat!"

Meski merasa terlambat, tidak jadi alasan untuk tidak menerbitkan puisi-puisi Vanera El-Arj. Persoalannya kemudian, bagaimana cara menerbitkannya?Menerbitkan antologi puisi bukan perkara mudah, lantaran puisi masih jadi anak tiri dalam khazanah penerbitan masa kini. Ternyata apa yang sempat saya duga akan sulit, tidak demikian nyatanya. Kawan-kawan yang mengenali dan dekat dengan El, antusias menyambut rencana penerbitan antologi puisi tersebut. Pustaka Senja Publishing, Sembilan Mutiara Publishing, dan Lentera Internasional secara serempak menyanggupi. Tentu saja beradasarkan kemampuannya masing-masing. Selain itu, banyak kawan yang juga turut mendukung secara personal. Nama-nama yang saya rahasiakan beradasarkan permintaan yang bersangkutan. Sungguh, keterlambatan ini tidaklah menjadi sia-sia. Penerbitan antologi puisi Vanera El-Arj adalah jalan yang layak ditempuh. Karena jejak seseorang yang 'berarti' tidak boleh begitu saja dihapus dari setiap ingatan.

Kendala lain kemudian muncul, bukan mudah pula mengumpulkan puisi-puisi El, tidak ada yang tahu di mana El menyimpan semua puisinya. Jalan yang ditempuh akhirnya mengumpulkan puisi-puisinya yang sudah diterbitkan dalam buku, di catatan facebook, maupun yang ada dalam dokumen pribadi kawan-kawannya El. Dengan demikian, boleh jadi puisi yang diterbitkan tidak secara keseluruhan sudah sampai pada tahap pematangan si penyairnya. Dalam hal ini, berdasarkan masukan kawan-kawan, editor disarankan untuk tidak mengubah kata perkata dalam puisi El sebagaimana yang terjadi pada puisi Chairil Anwar. Alasannya sederhana, untuk menyuguhkan kemurnian penciptaan dan tidak menyimpangkan orientasi pesan penyair.

III/
Seperti apa sesungguhnya puisi-puisi El, dan apa sesungguhnya yang ingin disampaikan penyair sebelum ia pulang ke keabadian? Banyak! Begitu banyak yang ingin disampaikan. Sebagaimana penyair pada lazimnya, El ingin menyampaikan kegelisahan-kegelisahannya mengenai hidup dan kehidupan. Di mana ia kadang meletakkan dirinya sebagai objek dan kadang sebagai subjek atau kadang tidak berada di keduanya. Hal yang paling spesifik dan yang saya tandai dari puisi-puisinya adalah cinta yang tidak profan. Cinta yang begitu ia sakralkan sebagai inti atom pemikiran-pemikirannya. Penyair ini tampak bersikeras mengurai nilai-nilai cinta dalam berbagai aspek, sebagaimana dalam penggalan beberapa puisi berikut ini:

...
Catatan-catatan yang pernah kutulis dan akan kupelajari yang selanjutnya berharap aku memahaminya seakan-akan tak pernah ada. Yang kurasai selalu engkau masih dalam satir yang begitu dalam - misteri yang begitu gelap. Sedang siluetmu senantiasa melambaikan tangan agar aku lekas memelukmu.
...
(Akan Engkau)

...
Aku masih terus mencari aku-engkau
dalam jasad yang satu.
Sebagaimana aku
berusaha meleburkan aku-ku ke dalam jiwamu
...
(Rindu yang Gelap)

...
Kau masih saja sebagai misteri
dalam otakku yang kecil,
dalam hatiku, kandil.
meski kau ada
bersama sepanjang sejarah:
Nafas
...
(el-Firzh)

...
maukah engkau mengajakku duduk di beranda atau sekedar duduk di teras, pun bahkan apabila duduk-duduk hanya di tepi jalanaku sungguh merasa sendiri, dan berharap engkau berkenan menyapamengajakku bercerita tentang entah tentang brantahmelahirkan diskusi-diskusi konyol penuh tawa, juga mempuisikan hidup yang semakin membuat lena seperti tragedi telenovela
...
(I am Still Alone)

...
Dan benar, sebentar saja sinar matahari yang jatuh ke permukaan tanah tikungan sebelum jembatan itu merubah suasana angin yang berkesiur. Sedari subhuh yang masih sayup, waktu itu masih hanya sekedar seberkas sinar putih yang menembus fajar
...
(Tikungan Sebelum Jembatan)

Begitulah cara El, menyelipkan Cinta dalam puisi-puisinya,  kadang kata 'cinta' digunakan sebagai penegas keberadaan cinta dalam cinta sang pecinta dan kadang ditiadakan untuk menyembunyikan tirakat cinta sang pecinta cinta, tanpa menghilangkan esensi cinta itu sendiri.

Selain cinta atas pengertian yang luas dan dalam, ada hal-hal yang dapat diperhatikan melalui puisi-puisinya, yakni kesadaran mengenai 'kematian'. Begitu banyak soal kematian yang ia tulis, baik kematian yang ditulis dengan tegas ataupun dengan samar dan nyaris sulit diterka. Bahkan pada 12 November 2014 sebelum akhirnya saya dan kawan-kawan tidak dapat berkomunikasi dengan El baik melalui facebook maupun handphone, ia mengirimkan puisi terakhirnya melalui inbok:

Dalam Cahaya

Kau
dan aku adalah jarak;
melebur dalam cahaya.

Grand Mangkuputra, Cilegon, 23 Oktober 2014

Tanpa Alas

Tanpa alas kaki Sang pejalan
tak berhenti sampai
cahaya tak silaukan mata.

Cilegon, Dzulhijjah 1435 H

Apakah dua puisi di atas sebagai isyarat atau firasat? Apapun, firasat atau isyarat sesungguhnya bukan hal yang amat sangat tidak dapat disentuh manusia. Pada dasarnya, alam semesta senantiasa memberikan sinyal pada jiwa manusia, mengenai hal-hal yang tidak kasat. Tidak heran, jika kemudian penyair mempu menangkap sinyal-sinyal itu, terlepas dengan sadar atau tidak.  Karena simpul-simpul kehidupan, uraian-uraian kejadian, serta rahasia-rahasia sesungguhnya tertutup dan terbuka.  Manusia dapat menangkap itu, tentu saja pada batas-batas kesanggupannya semata.

Dari berbagai kenangan yang masih terawat oleh ingatan, hal yang paling dekat adalah status yang ditulis El pada 29 November 2014, sebulan sebelum ia berpulang. Dalam statusnya tersebut, El dengan sangat gamblang meminta doa kepada kawan-kawannya agar didoakan husnul khatimah. Meski beberapa kawan mengamini status tersebut, tentu tidak ada yang menyangka hanya berjarak 30 hari El benar-benar pulang, semoga juga benar-benar husnul khatimah sebagaimana pengaminan sahabatnya, Rini Intama dan kawan-kawan dalam status.

Lebih sederhana, barangkali perlu ditarik juga ke ranah yang lebih logis dan memungkinkan dapat diterima dengan mudah: El sesungguhnya tengah membangun kesadaran-keadarannya sebagai seorang manusia yang penyair atau sebagai penyair yang manusia. Bahwa segala yang baru akan rusak dan hilang. Setiap yang dilahirkan akan menemukan kematian:kesinambungan kesadaran akan hakikat dunia dengan kefanaannya serta hakikat alam akhirat dengan kekekalannya. Rasanya, apa yang dipikirkan dan direnungkan oleh seorang Vanera El-Arj sangat penting dan perlu juga direnungkan oleh kita semua.

Mengenai kepulangan penyair ini, tidak ada yang terbaik selain doa dari semua pembaca. Diharapkan kesediannya mengirim alfatihah bagi El (Ahmad Muazin El-Zahid). Sebagai penutup, bacalah penggalan puisi El yang seolah sebagai wasiat bagi keluarga, sahabat, dan kerabat. Wasiat yang memberikan rambu-rambu bagaimana mengenang seorang Vanera El-Arj:

...
aku ingin mengenangmu bukan dalam takutku,
aku ingin mengenangmu bukan dalam tangisku,
aku ingin mengenangmu bukandalam bimbang dukaku,
namun....
aku ingin mengenangmu dalam cinta
...
(AKU, KAU dan DIA)


*(Muhammad Rois Rinaldi, penggiat sastra, tinggal di Kramatwatu, Banten.

Mirza Sastroatmodjo (kiri) dan Vanera El-Arj (kanan) sedang makan kacang, di hotel Grand Magkuputra Cilegon 24 Oktober 2014.Mirza Sastroatmodjo (kiri) dan Vanera El-Arj (kanan) sedang makan kacang, di hotel Grand Magkuputra Cilegon 24 Oktober 2014.

Sabtu, 10 Januari 2015

Indonesian Poetry Battle on Facebook 6 Winners!


Indonesian Poetry Battle on Facebook 6 Winners!

10897860_10204222989069959_1372669919723464590_n
photo credit by Afrizal Malna
Happy New Year!
New Hope. New Life.
Curators:
1. Kurnia Effendi (Poet)
2. Ita Siregar (Author)
3. Yuno Delwizar Baswir (Visual Artist & Founder of IACA)
4. Indah Darmastuti (Author)
5. Sartika Sari (Poet)
6. Timur Budi Raja (Poet)

Choosing:
Abu Nabil Wibisana
Setelah Kembang Api
Jembatan dari serabut api. Labirin cermin. Reranting kering tumbuh di atas pecahan kaca. Angin dingin.
Bulan tembaga. Sebuah lakon dengan alur adegan yang tak pernah bisa kauduga.
(Bello, 2015)

Abu Nabil Wibisana
After the Fireworks
A bridge of fire fiber. Maze of mirror. Dry twigs grow on broken glass. Cold wind. Copper moon. A play which its plot you could never guess.

Tri Jengky
Ubah-ubah asa
Gantungkan baju lama
Baju baru sudah kadung dosa
Asa bagai angin
Baunya cuma sebentar

Tri Jengky
changing the sense
hang the old clothes
new clothes have already
overgrown
by sin
sense is like the wind
it smells just for a while

Tan Muda
pada uban di kepalaku, aku sudah menaruh dirimu
agar waktu tak mati, agar waktu tak memutih
mungkin esok adalah hari yang telah diputuskan
aku menantikanmu, seribu tahun sebelum dan yang akan datang
penjelasan-penjelasan memang selalu rumit
aku memutuskan memilihmu, engkau memutuskan untuk menaruh jam dinding pada gamelan itu
untuk kau tabuh, bersamaku,bersamamu,
kita adalah pemusik itu yang memainkan “lagu hidup”

Tan Muda
the gray hair on my head, I’ve put you in
so that time
not stopping
so that time
not whitened
maybe tomorrow is an obvious day
i was expecting you,
a thousand years before
and which will come
explanations are always complicated
i’ve decided to choose you, you’ve decided to put a clock on the wall of the gamelan orchestra
for you to thump, with me, with you,
we are musicians
who play ‘the song of life’

Ratna Ayu Budhiarti
ATM DALAM KOTAK KADO
Jika esok aku menaruhmu di antara barisan hp bekas
Di etalase toko BEC*, jangan salahkan
Sebab di tahun-tahun lewat kau mèmburu cinta
Dari yang tiada.
Asal kau tahu, tahun ini
Dompet telah kujejali kartu-kartu ATM baru
Tiap saat biar kuambil rindu yang disimpan
Toh sudah banyak mesin sepanjang jalan,
atau di Indomaret, di Alfamart,
yang serupa jamur di musim hujan
Tahun ini, harapan kubungkus hati-hati
Dengan kotak dan pita cantik
Sesuai presisi.
02012015
*BEC: Bandung Electronic Center, pusat perbelanjaan elektronik di kota Bandung, Jawa Barat.

Ratna Ayu Budhiarti
Bank card in a gift box
If i put you in used mobilephone lines tomorrow
In a BEC outlet, do not blame me
Because in the past, you hunted for a love
From the nothingness
Just so you know, this year
I stuffed my wallet with new ATM cards
Every moment, I can take all the longing collected there
Yet there are many machines along the way
or in Indomaret, or in Alfamart,
like cultivated mushrooms in rainy season
This year, i keep the hope carefully
closed
with a box and a gorgeous ribbon
in an appropriate precision.
* BEC: Bandung Electronic Center, electronic shopping mall in Bandung, West Java Indonesia.

Ratu’Archy Laraz
Nisbi, menguap
Tak berwarna tak berasa
Ramuan ampuh untuk cinta
Namun meninggalkan jejak
Aroma di tanganmu

Ratuarti Laras
virtual
yawn
colorless, tasteless
intoxicated potion for love
however it leaves a track
of smell
in your hand

Dedy Tri Riyadi
Curahan Baru
Setiap pagi, harapan dicurahkan
seperti embun di atas daun, cahaya
pada pucuk-pucuk pohonan,
supaya kita bisa tahan pada masa
bersusah, ketika malam tiba, dan
ketika kita hilang rasa percaya
pada segala yang tampak menyenangkan,
dan kita lalu tiba-tiba juga merasa
dunia ini berhenti, hidup membosankan,
dan pergumulan tak henti memperdaya
kita. Setiap pagi, harapan dicurahkan
agar semuanya binasa
dan di atasnya tumbuh yang baru dan
berkilau, seperti minyak di atas kepala
lalu turun ke janggut dan doa-doa akan
mekar sempurna, seperti baru saja dibangkitkan
dari tidur sepanjang masa.
2015

Dedy Tri Riyadi
the new outpouring
every morning, hope is poured
like dew on the leaves, the lights
on top of the trees,
so we can hold on
time
so hard, when the night comes, and
when we lost confidence
on everything that looks nice,
and we suddenly felt
the world has stopped, life has turned to be so boring,
and then the struggle endlessly mesmerizing
us. every morning, hope is poured
perishing all being
and on it grown
a new and
shiny, like oil poured on my hair
down to the beard and prayers will
bloom, as a resurrection
from
forever sleep.
2015

Abu Nabil Wibisana
Tepi Tahun, Tepi Daun
Semilir angin citrus. Dedaun tanggal serupa angka yang bersalin rupa di lembar kalender. Hitam hiatus, merah menyela: warna menjalin siklus. Di tepi tahun kaulepas sukaduka. Begitu saja—tanpa ratap tanpa harap, serupa embun yang menetes dari tepi daun. Begitu sahaja—tanpa rencana tanpa upaya.
(Bello, 2015)

Abu Nabil Wibisana
The Edge of the Year, the Edge of the Leaf
Citrus breeze. Foliage falling like varying numbers in the calendar sheet. Hiatus black, interrupt red: cycle of color. At the edge of the year, you took off joy and sorrow. Just like that, without sobbed, without hoped—as if dew dripping at the edge of the leaf—so natural, without a plan, without tension.

Ishack Sonlay
Aku yang Memeluk
Khairunnisa dan buli-buli minyak di tangannya. Aku mengasihimu. Eva pun tidak mengguncangkan pohon untuk mencuri buah yang terlarang. Petang ini. Sembilan.
Kupang, 2 Januari 2015

Ishack Sonlay
Hugging me
khairunnisa and
the jar of
oil in
her hands.
i love you.
eve did not shake the tree
to steal the forbidden fruit.
this afternoon. nine.
Kupang, January 2, 2015

Alburhan Ash-shiddiq
Clarts,
Sampai juga kita di awal tahun yang mekar namun gemetar.
Harapanku padamu hanyalah minyak wangi yang mengalun di udara dari derita ke derita, dari bahagia ke bahagia.
Aku meraba raba asa yang tak terbaca. Menduga duga cintamu yang telah binasa. Mungkin di atas dunia yang kejam, mimpiku akan segera karam.
Padahal, Aku hanya inginkan cintamu agar hidup yang kubayangkan sewangi harapanku.

Alburhan Ash-shiddiq
Clarts,
soon we arrive at
the beginning of a bloom, but
trembling.
my hope for you
is just a fragrance
that floated in
the air from suffering
to suffering, from
unhappy to happy.
I fingered the unreadable feelings.
Suspecting that
your love has been destroyed.
Perhaps over the cruel of the world,
my dream will soon be sinking.
In fact, I just want
your love so this little life
as frangrance as my
hope.

Gustu Sinduputra
matahari.terbit.dalam.sajakku
tahun.cahaya.membuat.puisiku.tidak.lagi.gelap
aku.membuka.penutup.mataku
seekor.kambing.hitam
menyentuh.ibujari.kakiku
suaranya.sepekak.terompet.akhir.tahun.yang.basah
senantiasa:senyap.dan.tanpa.gema

Gustu Sinduputra
sunrise in my poem
fairy lights of the year has made
it no longer dark
i opened my blindfold
a scapegoat
touching the thumb of my feet
its voice like a trumpet
in the end of the wet days
always:
silent and
without echo

Rakhmad Hidayattulloh Permana
Parfum Tahun Baru
Tubuhmu penuh peluh masa lalu
Bau asam ketakutan, pada ketiak
Bau anyir darah, pada dadamu
Selusin harapan yang tak kunjung mekar
Kini menjelma sulur-sulur beracun
Maka sucikanlah tubuhmu
Dengan sebotol parfum dari surga
yang kau pungut bersama seruap doa
Kelak, harapanmu akan tumbuh
Menjelma matahari yang teduh
Percayalah
2015

Rakhmad Hidayattulloh Permana
New Year Parfume
your body sweat from the past
sour smell of fear, in the armpit
the stench of blood, on the chest
a dozen of hope that never blooms
now incarnated as poisonous tendrils
purify your body
with a bottle of perfume from heaven
which you collected together with prayers
later, your hope will grow
transformed the sun shade
believe me
or not

Ardy Priyantoko
PROSEDE
saat terjaga dalam naungan bulan
kudapati bunga malam berkabar
tentang perpanjangan musim
aku bergegas mengembara
ke tempat-tempat yang masih
menyimpan rahasia Tuhan
memungut, merangkainya
jadi doa-doa bagi perjalanan
yang akan terus berlepasan

Ardy Priyantoko
proceed
waking up in the shadow of the moon
i found the night flower telling me stories
on the extension of
the season
i rushed to wander
to secret places
picking, weaving
so that devotions of trip
which will keep
on ravel

Yanwi Mudrikah
Kata dan doa
Kuncup-kuncupmu telah mekar
Seperti mawar di musim semi
Semoga kabar dari langit segera beredar
Sekalipun agak sunyi
Purwokerto, 2015

Yanwi Mudrikah
Word and prayer
your buds have bloomed
like a rose in spring
hopefully the news of the sky
soon be dispersed
although
somewhat
stillness

Aditya Ardi N
Ekstase
malam ini kugotong sendiri mayatku, tanpa
pelukan-ciumanmu melewati labirin waktu
dengan maut yang tak kuasa menjilat kulitku yang tropica
mari kita bermetamorfosa menjadi apa
saja untuk bisa bersama, mengangkangi
waktu, dan sok-sok an ikut merayakan
tahun baru..

Aditya Ardi N
ecstasy
this evening i’ll carry
my own corpse, without
your hugs—kisses
through the labyrinth of time
with the death that could
not lick my tropical skin
let us morphed into anything
just to be together, straddling
time, and too early celebrating
the new beginning

Gusmel Riyadh
AKITRAS
Selain mimpi
Sajak adalah tempat penderu sendu beranak pinak
Biar kubuatkan kandang- kata perempuan di facebook
Tukangtukang sajak pun berkembang biak
Beserta harapanharapannya yang merisau almanak

Gusmel Riyadh
AKITRAS
besides dream,
a poem is a propaganda of sadness
i’ll make house—said a woman
on facebook
poetry artisan
popped out
with their hopes
dissipated along
the almanac

Mas Triadnyani
INGATLAH WANGI INI
Hidup menekan bahkan
kerap menggiring pada selokan
Pada saat demikian boleh engkau mengingat
beberapa wangi yang pernah singgah
Setetes kelopak mawar pada tengkuk
Besok putih melati pada lengan
Berganti kesegaran cendana
Pada tempat yang rawan
Berharap bertahan dan belokkan hidup yang terus-terusan gawat

Mas Triadnyani
Remember This Perfume
Life presses
even
often leads
to the gutter
at such times you may remember
fragrance that never stopped by
a drop of rose petals on the neck
tomorrow white jasmine on the arm
then turns to the freshness of sandalwood
in prone areas
hope to survive
and acute steered life

Lucia Dwi Elvira
Apakah harapan bisa dipegang serupa minyak wangi?
Apakah keinginan dapat dikecup seperti manis bibirmu?
Dalam hal-hal yang kukejar dalam pelarianku,
Dalam mimpi yang bukan bunga tidurku, yang selalu tabah kuimani.
Dan demi langit luasku yang sabar menunggu.
Maka saat-saat batu menyandungku, serta jatuh mengenai giliranku.
Minyak wangi dan manis bibirmu menjelma penawar yang membangkitkanku.
Adalah penawar yang membangkitkanku.

Lucia Dwi Elvira
if hope can be touched like a fragrance?
if desire can be kissed like your sweet lips?
in my escape, i chased things
in a dream that is not
my flower
i chased to believe.
for the sky who waits for me.
then when the stone tripped me down
and fell on the turn
the perfume and your sweet lips transformed to
a bidder who wakes me up
a bidder who wakes me up

Ade Riyan Purnama
Amonia
Harapan adalah angin yang terhempas
Seperti harum yang diterbangkan pada pemiliknya
Pada segala musim menjelang pesta kembang api
Yang menari-nari di langit
Bukankah udara tak dapat dipeluk serta
Seperti harapan yang dibentuk atas dasar kepercayaan
Sedangkan waktu menebarkan percikan ke segala arah
Tepat pada angin pergantian

Ade Riyan Purnama
ammonia
hope is the slammed wind
as fragrant flown on the owner
in every season ahead of
fireworks
dancing in the sky
do you believe that the wind can be embraced?
as expectations formed on the basis of trust
while time spread in all directions
right at
turnover
of the wind

Muhamad Rifqi
5 cm
Kumemandang jauh tertuju pada satu titik
Kudekati
Kudapati aroma mega 5 cm sejauh pandangan

Muhamad Rifqi
5 cm
I looked from a far
focusing on a single point
I approached
I find the scent
of a cloud
5 cm
as far
as the view

Yuliana Sari
SETELAH LUKA
seperti itulah, pertemuan adalah takdir
masih ada rindu
dan kenangan yang minta diulang
meski duri telah menyambangi beberapa ruas di jantungku
menjadikanmu puisi adalah pilihan, siap terluka juga gembira
lalu, adakah tawa yang bisa kita urai setelah kedukaan panjang?
di tubuhmu, aku menyimpan banyak harapan
sebab kaulah pemilik kerinduan
; kembalikan kita seperti waktu lalu, sebelum jarak merenggut segalamu

Yuliana Sari
after wound
so that is it
meeting is destiny(?)
and yet longing still remains
and yet we could ask
if we can reproduce the memories
thorn visited
several fractions
of my heart
to alter you to a poem is
a choice
ready to hurt
is also a happiness
is there laughter
after a long grief?
in your body, i’m loathing hopes
because you’re the owner of
ardor
to return us
before the distance
claimed

Didik Siswantono
Aku melangkah di awal Januari
di jalan sajak yang sunyi
menciumi bau wangi rambutmu
yang bukan untukku !
Didik Siswantono
i stepped in
early January
the lonely
road of rhyme had
kissed
fragrance hair
which is
not
for me

Alda Muhsi
WISUDA
Kau datang pada waktu yang tak kuingini
Setiap malam pada ruang mimpi
Adakah kau akan singgah
Membasuh wajah-wajah lelah
Yang penuh guratan asa
Lalu menjelma nyata
ah, wisuda

Alda Muhsi
GRADUATION
You came in time I
may not long
every night
in dreamy space
will you stop
to purify a weary face
full of strokes
up
then incarnate
the real
ah,
graduation

Trioki N
Gemulai tanganku menggamitnya
Membuka pelindung, menekan kepala, menyemburkan wewangian
Seketika H2 mengikat semerbak yang menyegarkan
Sungguh sebenar-benarnya niat, asa seperti wewangian itu

Trioki N
my graceful hands start to clutch
his
uncovers
presses
his
head
spraying fragrance
hydrogen
binding instantly the smell
hope is like fragrances
if you intended to

Miftahul Abrori
Bolehkah sesekali kubeli waktu luangmu?
Bolehkah sesekali kubeli waktu luangmu?
Atau aku perlu menukar spidol merahku dengan kalendermu?
“………………..”
“………………………………………………..”
Kau rembulan
Berhentilah menatap matahari
Pagi segera datang
Tak peduli malam masih menyisakan kenangan
Jalan Slamet Riyadi, Solo. 01 Januari 2015 01:28

Miftahul Abrori
can i buy your spare time?
can i buy you spare time?
or can i exchange my red markers
to your calendar?
‘………………..’
‘………………………………………….’
you’re the moon
stop staring at the sun
morning will stop by
soon
no matter the night
endures
the remembrance

Amoy AiRior
PERHATIAN!
Ada harapan yang kuletakkan di laci nakas meja kerjamu
Setahun lalu ia di sana, usang dan lapuk.
Kau tak bisa membukanya,
Sebab aku sengaja menelan kuncinya dan kekenyangan
Hingga tertidur abadi.
Dan harapan itu,
Kini sedang merangkak keluar
Melalui pori-pori serat mejamu lantas menelusup di botol minyak wangi
Yang rutin kau semprot
Awas! Tubuhmu kini akan bemandikan harapan

Amoy AiRior
CAUTION!
there is hope that I placed in your desk drawer
nightstand
a year ago it was still there
worn and weathered
you can not open it
because i accidentally swallowed the key
and feel like a balloon
to sleep forever with the air
that hope
crawled out now
through the pores of fiber in your table
then infiltrating in to perfume bottles
that you spray
watch out!
your body will now
be bathed by expectations

Anton Sulistyo
BUKU HARIAN
Di dalam buku harian penganggur
Harapan adalah daun-daun gugur
Dan wangi parfum kekasih
Hanyalah mimpi indah
Di luar jam tidur

Anton Sulistyo
DIARY
in a diary an unemployed
hope is the fallen leaves
and perfume of lover
just a beautiful dream
outside the hours of
sleep

Rani Fitriana Jambak
Aku kau menyekap kata
Mencumbu rajuk dalam jarak
Menyatu rayu dalam detak
Restu merindu harap rasa
Jikalau kita hilang menghilang
Aroma tubuh intim mengerang
Cinta seorang gadis dan bujang
Meraih tangan hingga sebrang
Lihatlah
Aku kau ; anggun

Rani Fitriana Jambak
i and you confined the words
fondle in within
converging cooed in the beat
hope is just a flavor
if we lost it, disappear
intimate scent of moans
the love of a girl and a flunky
reaching a hand
to the other side
take a Look
i and you;
nimble

Astina Purba
Harum minyak wangimu yang tak sengaja ku endus
Di sebuah ruangan pengap
Tak lama kemudian menguap, lenyap
Pun kita,
Didekap harap, meski tanpa cuap-cuap
Sembari samsara merayap-rayap
Oh, kita tak lagi bersayap
Padahal kita belum hinggap

Astina Purba
fragrant oil that was accidentally sniffed
by me
in a stuffy room
shortly thereafter evaporate, vanish
and we,
are hold by hope, even without talks
samsara while crawling
we have no more wings
though have we not
landed

Abdullah Mubaqi
ENIGMA
Ini Aneh. Orang-orang pulang
membawa penguk tubuh
dinding kamar lengket keringat
kau, apakah
masih percaya parfum?
2015

Abdullah Mubaqi
ENIGMA
it is strange
people return home
with smelly armpit
the wall with sticky sweat
you, do you even now
swallow in
perfume?
2015

Ang Jasman
MIMPI BUNGA
Mimpi-mimpi yang kau tulis itu
Lanjutkan meski matamu terjaga.
Tinggalkan kehangatan ranjang
Teruskan kisahmu di pelataran dan jalan-jalan.
Awas. Ada jejak menyimpan cerita
Tak hendak sudah sampai kerontang tintamu.
Simak bisik rahasia itu
Di bibir kelopak bermekaran.
Serahkan mimpimu di warna-warninya
Dan hanyutkan dirimu di wanginya yang tuba.
21015

Ang Jasman
Dreams of flower
The dreams that you write
Continue
even if your eyes awake
Leave the warmth of the bed
Forward your story
in the courts and the streets.
Watch Out. There were traces of a story
parched your ink. Unwilling.
Listen the whisper of a secret
Blooming petal on the lips.
Submit your dreams in the colors
And flush yourself in the fragrance
that tube.
2015

Niken Kinanti
kau intip masa depan dari sebuah kloset
apakah harum kitab kitabmu membuat kau lihai berceloteh mengenai kekosongan?
kau cumbui bbm fb twitter instagram linkedln friendster google+ blogspot wordpress yahoo picsart pinterest whatsapp line beetalk wechat dan semua medsos yang semakin mbelgedhes
kau melupa pada tetanggamu yang patah tangannya yang lapar perutnya yang hilang anaknya yang meninggal mertuanya yang encok punggungnya yang kudis kakinya
kau biarkan sajak sajak masuk ke telinga, mengganti apa saja dengan kalender tua
07.57.03.01.15

Niken Kinanti
you voyeur
the future from
a toilet
if fragrant book
that makes you chattering about
emptiness?
flattery
with fb twitter myspace linkedIn instagram google +
blogspot wordpress yahoo picsart pinterest
whatsapp line beetalk WeChat and all social media
mbelgedhes
You forgot the
reality of
the neighbor
who broke his hands
hungry stomach
missing his son
that scabies legs
you let the rhyme
replace anything
with the old calendar

Ang Jasman
MENUAI MUSIM
Di kedalaman keringat
Ditanam senyumnya juga
Bola mata bininya
Dan lagu dolanan anak-anaknya.
Pada cangkul sering dia berbisik,
“Kau telah beri kami musim pada bulir-bulirnya.”
Di hangat mentari tiap pagi
Matanya mengenali wangi padi bertumbuh
[Disaksikan ratusan burung pipit]
Menembangkan musim menuai.
2015

Ang Jasman
Reap the season
in the depths of sweat
he had planted a mile
of smile
his wife’s eyeball
and the song his child’s game
in a hoe he often whispered
‘you have given us the season in its grain’
in the warm sun each morning
his eyes grew
recognizing the fragrant rice
[witnessed by hundreds of sparrows]
to sing the harvest songs.

Watipu Ichijo
Purba
Terlalu purba
Jika wangi mesiu
masih di bajumu
Sejak semalam
Padahal masih banyak
Yang harus dijual
Kecuali kenangan
Air mata,
Bekas rumah
yang kini penuh ilalang
Meski terlampau purba
Keringat bercampur mesiu
Menjadi parfum terwangimu
3 januari 2015

Watipu Ichijo
ancient
too ancient
If the scent of the gunpowder
licked in your chlothes
overnight
though there are many
which must be sold
except memories
tears,
former home
full of weeds
too ancient
your sweat mixed with gunpowder
the most fragrant smell in the world
for you
3 January 2015

Andrian Eksa
NATAL NANTI
tetap saja kuharapkan
Santa Claus datang kembali
membaca suratku
tentang bapak yang hilang
dan kucari nisannya
Jogja, Januari 2015

Andrian Eksa
Next Christmas
still expecting
Santa Claus coming
reading my letter
about the missing
father
and I’m looking for
his
tombstone

Fajar Setio Utomo
SURAT ETALASE
Dalam ruang pribadi
Aku kirimkan doa-doa nakal, yang terdiri dari tiga inti.
Doa pertama bersyaratkan gairahku akan bumi berserta isinya.
Doa kedua terpusat pada wujud lain dari dosa yang aku cinta.
Sampai doa penutup, aku hanya memberikan sepucuk pengharapaan pada segala keburukan yang datangnya dari kau..
Ya, dalam kerinduan yang kalang kabut, doaku menjelma bayi dalam rentetan puisi.
April 2014

Fajar Setio Utomo
A letter of window shops
in a private room
I’ve written down some prayers which consist of three core.
The first is about passion,
for the earth.
The second is on another form of sin
I love sins.
and the last would be
the hope for gloom
merely from you
yeah in a frantic desire,
my prayers is a baby
incarnated in poems.

Gayatri Mantra
doa kugantung seperti awan yang melukis rupa surealistiknya
sembari kusibuk menjemur baju basah biar segera tiris
apakah udara segera kering ato lembab?
sambil mengerling bentuk kapas di langit
udara memberiku nafas

Gayatri Mantra
I hung my hope such a cloud
in a surrealistic painting
I’m busy too
Hanging the clothes I washed sometime ago
If the air is humid or dry?
while ogling the form of
cotton in the sky
the breath of mine
is the breath of the breath

Asni Furaida
Harapan itu omong kosong,
layaknya minyak wangi yang tertempel pada tubuh dan bajumu,
yang akan menyublim ke udara.
hilang tanpa ucapan sampai jumpa.

Asni Furaida
hope is nonsense
like perfume
from the body
and clothes
sublimate into the air
lost without saying good bye.

Sakinah Annisa Mariz
Api di langit-langit
Kembang di pucuk bulan sabit
Seekor kunang-kunang tersesat di telapak tangan Ibu
Jejak rindu yang kusut dan setangkai bunga ros
Tak pernah Ibu tahu akan diberi anak yang mana
Kata orang cinta itu merah jambu seperti malam tahun baru
Kata Ibuku cinta itu adalah harap yang dilumuri awalan ber-
Medan, Januari 2015

Sakinah Annisa Mariz
The fire in the ceiling
Fireworks at the top of the crescent
A firefly lost in the palm of my hand
Traces of tangled covetous and rose garden
Mothers who never know
Whoever becomes her child later
They say that love is pink like the color of New Year’s Eve
My mother said that love is
hope
Smeared by prefix -to

Deri Hudaya
Di Atas Batu, Tahun Baru
Pada parfum yang lekat sekejap. Mawar yang mekar sebentar. Pesta kembang api yang semarak. Sejenak. Kita diam. Angin dan waktu. Diam. Sementara ada keabadian. Sebelum langit jadi langsat ditelanjangi pagi, telentang di atas batu hampar itu. Aku selalu ingat. Ingatanlah yang berkhianat.

Deri Hudaya
above the stone, a new year
in the blink of tacky perfume.
roses that bloom briefly.
vibrant fireworks.
a moment.
we are silent.
wind and time. in a harmony.
while there is immortality.
before the sky got tanner
stripped off by a morning
stretched out
on the flagstones.
i always remember.
and that memory itself is
a traitor.

Sastro Taruno Satoto
KEPALA
Pagi-pagi juga kau buka jendela, jendala yang kau pasang dalam dada :namamu udara
Lalu katamu pada pagi pagi itu “tak mengapa kaki terluka, bahkan tongkatpun masih menyanga, tapi bila tubuh tanpa kepala, siapa tahu hendak kemana?”

Sastro Taruno Satoto
HEAD
early in the morning
you open the window,
a window
plugged in your chest: air is your name
then you say that, early morning
‘it is okay that your legs hurt
even a stick can sustain, but if
the body without head
where to go?’

Ocarina Coueffe
Tahun Baru
bila hutanmu melengkap semak, jalan keriangan, sunyi sampai ke mataku. di langit abu-abu yang kugambar, tidurlah di situ. di tempatku yang utuh menangkup dan mengekalkanmu.

Ocarina Coueffe
New Year
when your jungle
bush
the gaiety
my eyes
the gray sky
that I drew,
sleep on it.
cupped by my own ground
intact and
make you eternal

Fendy Arif Rimbayana
Sajak Awal Tahun
masihkah langit di sisiku?
jika di luar sudah tak berdebu dan pertengkaran orang orang sudah reda.
ceritakan tentang malam, kunang kunang yang benderang
lalu, gemerlap bintang bintang sebisa engkau bahasakan.
malam dan taman tak lagi dipenuhi gerai rambut perempuan tenggelam
harapan mengembang.
Surabaya, 2015

Fendy Arif Rimbayana
poem in the beginning of the year
the sky
is it still on my side?
if outside is not as dusty as
it used to be
and the quarrels have stopped
tell me about the night, the bright fireflights
then, sparkling star
as much as you translated
the night and the park
was again filled with
women’s sinking hair
inflating the trust

Wadie Maharief
Minyak wangimu
Membuatku mabuk
Karena palsu
Kebanyakan alkohol
Menusuk hidung
Kau buat aku pusing
Siiing…..

Wadie Maharief
Your perfume
makes me drunk
because it’s not original
to much alcohol
offensive
you make me dizzy
zy

Yanwi Mudrikah
Puzzle doa
Barangkali seperti minyak wangi
Ketika engkau menyentuh sebuah kebaikan
Doa-doa para manusia
Purwokerto, Januari 2015

Yanwi Mudrikah
puzzle of prayer
Perhaps like perfume
when you touch a kindness
the prayers of human

Novia Rika
kembang mekar tengah malam
luruh jadi abu
jadi debu,
doa mekar tengah malam
terbang ke langit ketujuh
pelita kalbu,
mekar jiwa ditempa doa
laku hati menyatu
dunia baru

Novia Rika
The flowers bloom
midnight
become ashes
dust,
prayers bloom
midnight
fly to the seventh floor of
heaven
fusing the behavior of heart
new world

Peni Apriani
ASA MATAHARI
Di pucuk pagi aroma matahari
Sebarkan asa serupa minyak wangi
Merebak di penjuru jiwa
Untuk kemudian melekat pada nurani
Hadirkan asa dalam nyata
nyata di pandangan mata

Peni Apriani
The feel of sun
At the top of morning, the smel of sun
Spread the feelings like perfume
Spread throughout life
then attached to the conscience
bring up the real
real in the eye

Rio SHi FiVerz s’Jti
CUKUP
Cukup menoleh ke belakang
Kemudian melangkah ke depan
Sesungguhnya itu lebih baik
Untukku mengapai segenggam asa
Padang, 2 Januari 2015

Rio SHi FiVerz s’Jti
ENOUGH
enough to look back
then stepped forward
surely it’s better
reaching a full hand of
feelings

Mif Baihaqi

Berharap Harum
Kemarin kuwu diharap-harap tapi dana desa ditilap.
Kemarin camat diharap-harap tapi gadis desa digarap.
Kemarin bupati diharap-harap tapi telah lengser ditangkap.
Kemarin gubernur diharap-harap tapi dua periode tak cakap.
Seperti Angel, ibu tak harap. Seperti Anas, politik tak harap. Seperti Atut, rakyat tak harap, Seperti Akil, hukum tak harap. Seperti harum, padahal tak tak tak. Tak!

Mif Baihaqi
The wish of sweet scented
in the past we hoped the best for kuwu, but he corrupt the village funds.
in the past we hoped the best for subdistrict heads but he raped a country girl.
in the past we hoped the best for the regent he has stepped and arrested.
in the past we hoped the best for the governor but two periods proved incompetent.
As Angel, mother’s despair. As Anas, no politics please. As Atut, desolation. As Akil, law of dejection. As fragrant, but not
do not do not do not. Not!

Gampang Prawoto

S E L I S I H

Kau
berjalan dengan detik
sedangkan yang lain menghitung menit
Wajar
kalau kita ada persepsi berbeda
Walau
sesungguhnya kita akan bertemu
pada jam yang sama

Jambon,13032014

Gampang Prawoto
DIFFERENCE

you
running in seconds
while others count
the minutes
fair
if we have different perceptions
although
in fact we will meet
at the same time

Melati Suryodarmo
Aku ingin menyelinap dibalik kulitmu.
Sambil berkedip mata mengintip cermin.
Bersolek dibawah lekuk tengkukmu.
Berbisik angin lembut bulu kudukmu
Sebab aku rindu
Dan lupa bau malu

Melati Suryodarmo
I want to sneak behind your skin.
With a twinkle in the eyes peeping the mirror.
Preening under the curve of your neck.
Gently breezing whisper on your skin
Because I miss you
And forget the smell
of shame

Linggar Rimbawati Puwrowardhoyo
Bagaimana Jika Aku Berharap untuk Mati?
belum terlambat untuk menulis harapan, bukan?
;mati
pergi
musnah
punah
hingga aku tak merasakan kesakitan lagi
2015

Linggar Rimbawati Puwrowardhoyo
What If I Hope to die?
not too late to write, right?
; dead
go away
destroyed
extinct
so I do not feel
the pain anymore

Mujahidin Belantara
PINTU MAKAM.
itu malam bising riuh kendaraan sepanjang jalan
mereka berduyun-duyun memenuhi kota
suasana desa mendadak hening ditinggalkan jejak-jejak gila.
tak apa
sedang aku di pintu makam
sengaja menziarahi makam malam ini sepi
menemani sambil mengaji dan bersila sendu memalingkan riuh.
(Pati 02/01/15)

Mujahidin Belantara
TOMB DOOR.
The noisy night
boisterous vehicles along the way
they flocked in the city
abandoned village.
no problem
I’m at the door of the tomb
deliberately
making pilgrimage
to the tomb of lonely night
accompany you with a cross-legged
wistfully turning
rowdy.

Dendi Madiya
BEKAS MUNTAHAN SEORANG TEMAN: besok adalah air
tidak, besok adalah air yang dibendung
bukan, besok adalah aliran dalam got perumahan
non-imaji
besok adalah isi perutku yang terbawa oleh kaki temanku yang sedang pulang ke rumahnya
isi perutku ikut menginap di rumah itu
aku tidak dibangunkan sampai pagi datang yang membuatku bingung bagaimana menyibak gorden jendela
tapi rumah itu seperti besok
rumah dengan jendela yang selalu tertutup
rumah yang mengenali waktu melalui gorden berwarna merah-ungu pudar.

Dendi Madiya
A Friend’s Vomit
tomorrow is water
no, tomorrow is dammed water
not, tomorrow is the flow in the gutter
non-image
tomorrow is my insides carried away by my friend’s leg
returned to his home
my stomach stays in the house
he was not knock on me
til morning
baffles me how to uncover the window curtains
but it’s like a tomorrow’s home
a home with the windows always closed
a home that recognize time
through a faded red-purple curtains

Maria Ansul
DI TANGAN DEMONSTRAN
Di tangan demonstran
harapan menjadi yel-yel sangar
Matahari membakar dendam
di luar pagar kekuasaan
Lapar dan jurang kemiskinan
seperti awan berarak ke mana-mana
Menjauhkan wangi surga
yang dikotbahkan para biarawan!

Maria Ansul
in the hands of a demonstrator
in the hands of a demonstrator
expectations become fierce yells
the sun burns revenge
outside the fence of power
hunger and poverty
like clouds everywhere
distanced the perfume of paradise
which is preached by the monks

Didik Siswantono
SUJUD TERAKHIR
Ia menghitung takdir
pada sujud terakhir,
lalu menitipkan doa-doa
ke usia yang semakin tua.
Sujud itu pun menghilang.
Tinggal gulungan harapan
dan wangi dari kejauhan.

Didik Siswantono
the last prostation
He calculates destiny
in the final prostration,
leaving prayers
to something called
older age.
the prostration is disappeared.
except the rolls of hope
and the fragrance
from
a distance.

Tria Achiria
Duh, tubuh musim hilang dalam sekedipan, tapi tahun baru selalu gagal menculikku dari sekap dekap harum kenangan.

Tria Achiria
ouch, body of season has disappeared
in a blink of eyes,
but the new year always
failed to kidnap me
of fragrant memories
captured in the folded arms

Dewandaru Ibrahim
Melihatmu bersolek seperti melihat sebuah taman
Aku merubah diriku menjadi sebotol parfum
Agar bunga bunga bertebaran bersamamu

Dewandaru Ibrahim
Seeing you
preening
like seeing a garden
i have changed myself into a bottle of perfume
to keep the flowers
strewn with you

Dewandaru Ibrahim
Sebotol parfum
Impian yang menjadi kenyataan seperti semerbak harum
Dimana harapan adalah isi dari sebotol parfum

Dewandaru Ibrahim
bottle of perfume
Dream comes true like a sweet fragrant
Where hope is the contents of
a bottle of perfume

Fanny Chotimah
Anakku..
Brigjen Slamet Riyadi sudah mati Riuh terompet dan kembang api takkan membangunkannya
Hidup ini milikmu
Jadilah merdeka!
Solo, 03.01.15

Fanny Chotimah
My Childs ..
Slamet Riyadi street had died
Boisterous trumpets and fireworks can not wake him up
Life is yours
Be free!

Joko Tri
HARAPAN
ah ada-ada saja…
penyelam menggenggam mutiara
menggumam naïf tanpa daya
ini negara pe harta!
petani menyabit ilalang
sorot matanya tajam nyalang
beras kupinta, kerikil kuterima!
Pedanda pun tersilau menangkis surya
hotel itu lebih tinggi dari pura!
harapan mereka menyublim diudara.

Joko Tri
HOPE
ah nonsense …
diver hold a pearl
muttered helplessly naive
this is state or treasure!
farmer mowing weeds
sharp eyes awake
I’m asking more for rice, but I received gravel!
Rauh deflect the solar
dazzled
The hotels are higher than the temple!
their hopes fly in the air

Estria Solihatun Nurjannah
Hujan rahmat gusar berebut turun | asap rasa keju, tahi rasa gula | yang ‘katanya’ kolam susu, boleh juga ! lazuardi kan menyusui pungguk kesemuanya. | tak ada legam tak ada rajam tak ada kejam tak ada suram. | apalagi? harapkanlah ! aku wanita bulan masih sedia untuk -lagi- menipumu. ha ha ha

Estria Solihatun Nurjannah
the rain of grace: furious and scramble down
smoke tastes like cheese, sugar tastes like shit
pool of milk, i like them! the sky will breastfeed the owl.
no praise no stone no cruelity no bleak.
another? hope!
i’m a woman of the moon who is loyal
to lie to you

Muhammad Iqbal
Waktu kian membusuk
berbisik pada tanah
menarik
memaksaku
berbaring didalam tanah.
(bale, 2015)

Muhammad Iqbal
Time increasingly rot
whispered to the ground
sucked me up
forced me down
lying in the soil.
(Bale, 2015)

Wardjito Soeharso
BUKAN FATAMORGANA
Waktuku adalah detik memutar menit mengubah jam menjadi hari menyusun minggu menuju bulan mencapai tahun memberi harap seperti mentari terbit setiap pagi tanpa menimbang terang atau hujan.
Waktuku bukan fatamorgana!

Wardjito Soeharso
Not a Mirage
My time is the sec turning into hour turning into day turning into week turning into month turning into year turning into
the sun rises every morning without
weighing light or rain.
My time is not a mirage!

Aris Rahman Yusuf
BIDADARI
senyum terlukis di wajah mimpi
mencahaya pada bibir langit
mekar pada tangkai mawar
rindu-rindu menggebu
bisu pada sunyi malam
dalam pekat terucap ulang tentang sebuah nama
tahun berganti menuju harap
aku kamu jadi kita
2015

Aris Rahman Yusuf
FAIRY
smile painted on the face of a dream
linghting on the lips of the sky
blooms on roses
missing is passionate
mute on silent night
in a black wall
spoken again about a name
the change towards hope
I you becomes us
2015

Cahyatunisa
bisakah bintang di langit sana kugenggam sedangkan kabut gelap terkadang menutupinya
senyum dari bulan dan lambaian angin malam memberikan sedikit harapan
mengajak bersujud
membuka tabir suci

Cahyatunisa
can I held the star in the sky
covered by the dark mist
the smile of the moon and the night wind
waving have given us a little hope
invited
prostration
unmasked
sacred

Ken Hanggara
Hari ini aku mengambil sebatang mimpi di atas meja | Kubeli dia sepulang menonton festival ganti masa | Dengan sisa-sisa uang yang tandas | Dan yang tak laku berkat kadaluarsa | Maka kupotong mimpi itu, lalu kutata sedemikian rupa di atas piring | Mengundang saudara, sahabat, kerabat, dan tetangga | “Adakah kalian lapar? Makanlah, makanlah,” kataku berharap kami menelan mimpi sama-sama | Hingga nanti saat berkeringat ada bau mimpi | Dan saat berak dan kencing pun ada bau mimpi | Biar kita tidak pikun, bahwa terlalu banyak waktu yang sudah tergadai atau setidaknya mimpi itu bersemayam dalam nadi. (3-1-2015 _ @kenzohang)

Ken Hanggara AKA Ken Zohang
Today I picked a dream up on the table
I bought it after watching the festival of new year’s eve
The remains of the demolished money
And some which are not sold due to expire date
So I cut the dream, then line it on a plate
Inviting relatives, friends, and neighbors
“are you hungry? Eat, eat it” I said hoping we swallow that dream together
later when there was a smell of a sweaty dream
peeing and pooping
the smell of dream
will spread over
Let us not senile,
too many times already pawned
or at least dream dwelling
in the pulse

Ugo Untoro
Kau selalu tidak sekarang
Senyumu hanya buat besok
Berjalan tak menyisakan jejak
Berhenti di tiap cabang jalan
Ragu mengepungmu
Lalu entah kemana hilangmu
2015

Ugo Untoro
You’re always not now
Your smile is only for tomorrow
Walking and leaving no traces
Stop at each crossroads
doubt surrounds you
Then lost in
Somewhere I don’t know
2015

Hadi Sastra
Harapan yang Tersisa
Pagi masih menyimpan surya
Aku mulai kembali menata
Secuil harapan yang masih tersisa
Setelah sebagian melayang sirna
Dihempas putaran masa
Aku harus memegang erat harapan ini
Jangan sampai melayang lagi
Sebab bisik batin begitu yakin
Kelak akan seharum minyak wangi
Membalur sekujur raga ini
Tangsel, 03012015

Hadi Sastra
The Remaining Hope
Morning still
saving solar
I began to reorganize
A piece of remaining hope
After partially floated and vanished
slammed by the future
I had to hold on tight
to this expectation
let it not drift again
For inner whispered
so sure
later will it as fragrant as the perfume
Caress the body

Riyadhus Shalihin
Aku tidak pernah ingat minyak yang lain selain minyak kayu putih. Setiap pagi ibu membaluri minyak kayu putih di punggungku. Ayah yang flu dan adik yang berangkat sekolah.
Pagi yang dingin di kota bandung dengan baluran minyak kayu putih. Perjalanan ke kota jogjakarta, terjepit di dalam udara pengap kereta ekonomi, dengan riuh rendah penjaja makanan dan cemilan murah. Perut yang mulai mual , maka rumah akan selalu menemniku. Karena minyak kayu putih kuhirup.
Klak .. Katupmu kubuka dan rumah selalu ada
di antara perut dan punggung yang terbalur

Riyadhus Salihin
I never remember any oil except of eucalyptus oil.
Every morning my mother smear them on my back.
Father who catched a cold and brother who went to school.
Cold morning in the city of Bandung with eucalyptus oil glaze.
Travelling to Jogjakarta, wedged in the stale air of economic train, with boisterous hawkers and cheap snacks. My stomach began to nausea, then the house will always be with me. Because of the smell from the oil i breathe.
Clack .. your valve is opened and the house is always there
between your rubbed stomach and spine

Yoga Rusdiana Kawasen
Apa yang bisa aku baca dari puisi hari ini?
Kata-katanya tumpul dan mati rasa,
Sungguh aku tak berselera!
Tapi lupakanlah
Karena aku harus berbohong untuk bisa memujanya
Yoga Rusdiana Kawasen
What can I read of poetry today?
The words were blunt and numbness,
Really I am not in the mood!
but forget that
Because I had to lie in order to
worship her

Saktya Rini Hastuti
Bisakah kau pegang, janji-janji kemarin yang keluar tanpa ayal?
Mimpi-mimpi akan sejahtera, kau jual semurah minyak wangi jalanan.
Pada buruh, pada petani, pada nelayan, bahkanpada ribuan ibu rumah tangga, kau berjanji murahnya kehidupan.
Tak kau lihat kini inflasi mencekik kami?
Roda-roda tetap berputar, tapi kami merugi dan perut anak kami tak terisi!
Tolong, jangan jadikan tanah air kami sebagai lahan investasi.
Agar kami, tidak mati di tanah sendiri.
Janjimu yang tanpa ayal, galilah kembali agar tak kau lupakan.
Jangan kau buang di pinggir jalan, yang kau lewati untuk bertemu para penghisap negeri.
Bukankah bumi dan air adalah untuk kemakmuran kami?

Saktya Rini Hastuti
Can you hold, promises of yesterday
out without a doubt?
Dreams will be prosperous,
you are selling as cheap perfume in the streets.
On workers, farmers, fishermen, even on thousands of housewives, you promise the cheapness of life.
Don’t you see the inflation now?
The wheels keep spinning, but we lose our children and unfilled stomach!
Please, do not make our homeland as a land of investment.
In order for us, not die on its own land.
your promise without a doubt, dig it back so you do not forget.
Don’t you throw that on the street,
passing the road to meet the foreign exploiters.
wasn’t the earth and water
are for our prosperity?

Galeh Pramudita Arianto
ALMANAK
ada yang lebih penting dari rupa-rupa angka dan peristiwa
adalah kita yang masih saja
mempersoalkan gerah
dan selalu saja cuaca, waktu dan suasana jadi tameng untuk berlindung bersama kaleidoskop yang serakah.
03, Januari 2015

Galeh Pramudita Arianto
ALMANAC
Nothing is more important than all manner of figures and events
it is that we are still
Questioning the sultry
and always
the weather,
the time and
the atmosphere
becomes a shield to shelter
along kaleidoscope
of greedy.

Galeh Pramudita Arianto
WISATA WAKTU
badanmu apek, oleh waktu yang sering kamu godain karena detik bisa kamu ubah lewat jam tanganmu.
otakmu beku, oleh kota yang sering kamu pukulin karena empuknya bukan main
lalu, kapan aku mampir ke labirin surgamu?
(Ruang retrospeksi-progresif, Januari 2015)

Galeh Pramudita Arianto
TOUR TIME
your body is musty,
by the time you seduce
because often you change
a sec be an
hour.
your brain freeze,
by the city that you
smacked
then, when can I pop into
the maze of your heaven?

Sastro Taruno Satoto
CINTA YANG MEMATIKAN
Pagi hari, Antono dan
pacarnya
Pisah di ujung jalan
setelah cekcok.
Antono jalan ke kanan
pacarnya ke kiri.
Tujuan antono adalah SD
tempatnya mengajar.
Setelah sampai di kelas
wajah Antono masih murung.
Siswanya salah jawab
disabet pake penggaris.
Sang siswa menangis
berlari pulang.
Sang ayah tiba membawa
parang.
Keesokanya, di surat
kabar bagian kriminalTertulis
“seorang guru tewas tersabet parang!”

Sastro Taruno Satoto
Deadly Love
Morning, Antono and
his girlfriend
Split at the end of the road
after a quarrel.
Antono is way to the right
his girlfriend to the left.
Antono’s goal is the elementary school
where he teach.
After arriving in the classroom
Antono’s face was glum.
on of the student answer his question
but false
He uses a ruler. And smeck her head
The student cries home.
The father come to the school bringing
a machete.
the next day, in the news written down:
“A teacher killed by a Machete!”

Watipu Ichijo
Almanak
Kau gantung ia
Setelah kau merahi
Semua angkanya

Watipu Ichijo
almanac
You hang it on
after you make it red
all the numbers

Adi Purnomo Wartam
Langit tidaklah biru
Kau tawarkan aku sepasang sayap
Yang melesatkanku ke langit biru
Hingga benar sampai di sana
Birulangitku hilang, entah
Dan yang paling buruk
Aku tak bisa pulang
Wangon, 03 Januari 2015

Adi Purnomo Wartam
The sky is not blue
You offer me a pair of wings
Which fly me to the blue sky
right up there
Lost my blue sky, either way
And the worst
I can not go home

Mochammad Asrori
Biduan
tahun ini kan kukejar biduan
tanpa perlu banyak alasan
cukup merdu suaranya klangenan
biar susah senang ia lantunkan
deretan lagu hangat peraduan
tahun ini benar, bukan tahun depan
karena ke depan, biar susah senang
bersama anakanak kami tuan puan
tanpa banyak alasan kan kusiapkan
orkestra kehidupan
2015

Mochammad Asrori
singer
This year I’ll chase a singer
without the need for a lot of reasons
melodious voice
of Klangenan
she sings it gladly
song’s row in a love
This year I’m sure, not next year
together with our children
without a lot of the reason
I prepared
a life orchestra

M Alif Marufy
Carilah, maka kau ditemukan
Kepastian adalah harapan yang dipalsukan
Terbunuh dua kali olehnya bukanlah kebetulan

M Alif Marufy
Seek and found
Certainty is the hope that forged
Killed twice by it
is not a coincidence

Dyah Setyawati
Harapan kuharap mewangi ;meski belum kesturi..kusiram doa dan usaha tiap hari.pada teriknya dan temaram malam .energi yang tak pernah pupus; meresap hingga pori pori asam ketiak untuk tetap semangat memburu warna biru

Dyah Setyawati
The scent of hope is the scent of scent
:although not a flower scent
I pour it over
prayer and effort each days.
On the heat and energy
dim night
that never die;
seep up pores the armpit
acid to keep
the spirit
hunt blue

Aris Rahman Yusuf
SECARIK HARAP
bunga api…
lepas
meletus satu-satu
di langit bebas
munajat terlafadz
merupa wangi kembang
merekah cinta, bahagia
2015

Aris Rahman Yusuf
A piece of please
sparks …
loose
erupted
one-on-one
The free sky
supplications
be the fragrant flowers
broke in love,
happily



https://indonesianliterarycollective.wordpress.com/2015/01/09/indonesian-poetry-battle-on-facebook-6-winners/