Seminar Sastra, Mari Budayakan Baca Sastra
Minggu, 03 Februari 2013 15:00:21 Reporter: Hazhu Muthoharoh
blokBojonegoro.com - Sastra dan budaya baca di Bojonegoro dikupas dalam sebuah seminar di Institute Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bojonegoro Minggu (3/2/2013). Dalam seminar tersebut mahasiswa jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia diharapkan ikut menjadi pendorong minat membaca sastra di masyarakat.
Seminar yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB itu menghadirkan dua pembicara, yakni Anas AG alumnus UGM Yogyakarta dan Nanang Fahrudin pegiat Sindikat Baca. Dalam pemaparannya Anas AG menceritakan tentang sebuah karya sastra yang sudah mulai pudar di zaman modern seperti saat ini.
"Sastra itu soal rasa, masyarakat bisa lebih mudah memahami masalah sosial lewat sastra," ungkap pria berkacamata ini.
Sementara itu Nanang Fahrudin menjelaskan bahwa jika disederhanakan, dalam dunia sastra ada tiga "orang" yang mendiami "rumah sastra" yakni penulis(sastrawan), Kritikus sastra dan pembaca sastra.
Penulis buku "Membaca untuk Bojonegoro" ini juga menambahkan bahwa masyarakat Bojonegoro belum menjadikan sastra sebagai bacaan utama, sebagian lagi melihat satra hanyalah hiburan saja.
"Salah satu penyebab masih beradanya sastra di "ruang gelap" adalah mahalnya buku-buku sastra, apalagi untuk ukuran kantong siswa atau mahasiswa," ungkap pria dua anak ini.
Acara yang diikuti ratusan mahasiswa ini digelar di Aula atas Kampus IKIP PGRI Bojonegoro dengan dosen pembina Susanto. [zhu/lis]
blokBojonegoro.com - Sastra dan budaya baca di Bojonegoro dikupas dalam sebuah seminar di Institute Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bojonegoro Minggu (3/2/2013). Dalam seminar tersebut mahasiswa jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia diharapkan ikut menjadi pendorong minat membaca sastra di masyarakat.
Seminar yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB itu menghadirkan dua pembicara, yakni Anas AG alumnus UGM Yogyakarta dan Nanang Fahrudin pegiat Sindikat Baca. Dalam pemaparannya Anas AG menceritakan tentang sebuah karya sastra yang sudah mulai pudar di zaman modern seperti saat ini.
"Sastra itu soal rasa, masyarakat bisa lebih mudah memahami masalah sosial lewat sastra," ungkap pria berkacamata ini.
Sementara itu Nanang Fahrudin menjelaskan bahwa jika disederhanakan, dalam dunia sastra ada tiga "orang" yang mendiami "rumah sastra" yakni penulis(sastrawan), Kritikus sastra dan pembaca sastra.
Penulis buku "Membaca untuk Bojonegoro" ini juga menambahkan bahwa masyarakat Bojonegoro belum menjadikan sastra sebagai bacaan utama, sebagian lagi melihat satra hanyalah hiburan saja.
"Salah satu penyebab masih beradanya sastra di "ruang gelap" adalah mahalnya buku-buku sastra, apalagi untuk ukuran kantong siswa atau mahasiswa," ungkap pria dua anak ini.
Acara yang diikuti ratusan mahasiswa ini digelar di Aula atas Kampus IKIP PGRI Bojonegoro dengan dosen pembina Susanto. [zhu/lis]